Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Hamil dengan Mantan Bosku
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Suamiku Nakal dan Liar
"Ah, sakit... ." rintih wanita bersurai kecoklatan itu saat menyadari hampir seluruh tubuhnya rengup bagaikan dipukul dengan rotan saat digerakkan. Kepalanya masih terasa berat. Matanya belum sadar sepenuhnya.
Saat matanya terbuka dengan sempurna, sebuah pemandangan aneh langsung menerpa dirinya, bagaimana tidak, kamar kecil dan sumpek miliknya berubah menjadi sebuah kamar yang mewah dan luas, matanya berkeliling mencari kebenaran.
Bahkan dia beberapa kali mencubit pipinya, untuk membangunkannya dari mimpi.
“Aww, sakit,” keluhnya dan menyadari bahwa dia sedang tidak bermimpi. Lalu jika tidak mimpi… .
Sebuah kebenaran kembali membuatnya tersentak. Manik matanya jatuh pada sebuah punggung. Pungung? Ya sebuah pungung tanpa pakaian sedang membelakanginya, punggung yang kokoh, putih, bersih dan besar.
"Tidak mungkin... .”
Dia mengatup mulutnya yang menganga terlalu besar, menyibak selimut yang menutup hampir seluruh tubuhnya, dan mendapati tubuhnya yang telanjang tanpa sehelai benang pun, jantungnya berdebar bukan main, sebuah fakta kembali membuat matanya tak berhenti untuk melotot.
"A-aaapa yang terjadi?" ucapnya tergagap.
"Berisik!"
Suara bariton milik orang asing itu membuatnya terdiam, mungkinkah tadi malam mereka melakukan sesuatu? Apa saat ini kesucian yang selama ini dia jaga dengan baik telah terenggut?
"Hei, kamu... ."
Lelaki itu membalikkan tubuhnya, menampakkan pemandangan yang tak kalah indah dan membuat wanita di depannya menarik saliva dengan susah payah. Desiran hangat mengalir di dalam dadanya, membangkitkan kembali hasrat dari tubuhnya.
Wanita itu berusaha untuk mengontrol dirinya, jangan sampai pria itu tahu apa yang tengah dia pikirkan.
Lelaki itu mengerjapkan matanya, dengan tatapan horor dia menatap wanita yang sedang mematung di depannya itu.
"Siapa kamu? Dan... Apa yang kamu lakukan di sini? Aku tidak membookingmu tadi malam."
Merasa terhina dilontarkan kata-kata seperti itu membuat wanita pemilik bulu mata lentik itu mengepalkan tangan.
"Kamu bilang apa? Booking? Kamu kira aku wanita murahan? Kamu pikir aku wanita yang dibayar untuk memuaskan kamu? Harusnya aku yang tanya, kamu itu siapa dan kenapa aku bisa tidur denganmu? Kamu mengambil kesucianku."
Pria bernama Daren tertawa keras, perempuan di depannya ini memang pintar bersandiwara, seorang Daren tidak akan mau tidur dengan sembarang wanita, apa lagi wanita itu—jelek.
Wanita di depannya ini jelek, jelek dalam kategori Daren adalah saat wajahnya tidak mulus, putih dan bersih.
Dia membenci wanita yang memiliki jerawat di wajahnya. Dia menganggap wanita seperti itu tidak pintar mengurus wajahnya. Memang dangkal pemikiran Daren, tapi itulah Daren si pria yang suka tidur dengan banyak wanita cantik tanpa cela. Dia akan membatalkan bookingannya jika dia menemukan cacat pada wanitanya. Namun… apa ini? dia tidak memboking wanita dengan wanita penuh jerawat di wajahnya. Lagi pula… Daren memijat keningnya yang agak berat. Efek minuman keras yang dia tenggak tadi malam, juga… Ah sial. sepertinya dia diberi obat perangsang, hingga otaknya tidak bisa bekerja saat dia meniduri wanita sialan di depannya ini.
Daren mendecakkan lidahnya. "Kau dibayar siapa? Aku tida membooking wanita jelek sepertimu. Pasti kau memasukkan obat di minumanku, kan?"
Kayana—wanita yang ditiduri Daren tadi malam. Kayana mengerutkan keningnya. "Bayar? Bayar apaan?"
"Sudahlah, aku tahu wanita sepertimu pasti dibayar mahal untuk tidur denganku, harusnya aku tidur dengan wanita cantik bukan dengan wanita jelek sepertimu. Kau bukan levelku."
Plak!
Deru jantung Kayana memompa begitu cepat. Jika tadi dia terkejut dengan keadaannya yang sudah tidak perawan lagi. Kini dia sebal setengah mati karena mendapati dirinya dihina oleh lelaki brengsek yang mengambil kesuciannya. "Kau... Kau ambil kesucianku dan kau hina aku? Kau pikir, kau itu siapa? Hah?!"
Daren tertawa mengejek, dan kembali menatap wanita di depannya itu dengan tatapan menghina. "Kau jelek. Pergilah dari sini!"
Plak! Plak!
Kayana menjambak rambut Daren dengan keras membuat lelaki itu meringis kesakitan. "Kau... Akan menyesal telah melakukan ini, kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan padaku!"