Menjadi seorang yang banyak dibenci dan tidak disukai oleh orang-orang ternyata se-menyakitkan itu ya? Aku contohnya. Dari dulu aku selalu mendapatkan perilaku tidak mengenakan dari orang-orang sekitar. Ah iya, apa itu namanya Bullying? Iya itu adalah kalimat yang cocok untuk mendeskripsikan kondisiku dari dulu hingga sekarang. Kalaian pasti bertanya-tanya mengapa aku mengatakan hal demikian kan? Dulunya aku adalah gadis ceria yang dikelilingi oleh orang-orang yang sangat sayang kepadaku. Tapi itu dulu, sebelum peristiwa menyakitkan yang menghantarkanku kepada Cowok Brengsek ini. Aku Ingin merasakan kebahagiaan seperti orang lain, Tidak selalu terbelenggu oleh kesedihan yang mendalam. Aku ingin kembali tersenyum seperti sediakala. Memberikan senyuman ku kepada orang-orang yang aku sayangi. Sayangnya harapan itu hanya tinggal harapan. Sampai kapanpun aku tidak akan merasakan semua keinginanku. Berharap setidaknya satu saja harapanku itu bisa terwujud nyatanya tidak akan bisa. Mustahil jika harapan-harapan itu akan terwujud dalam kenyataan. Yang aku lakukan sekarang hanyalah pasrah kepada keadaan. Keadaan yang tidak pernah sekalipun terbersit dalam benak dan pikiranku. Yaitu menjadi budak seorang cowok yang bernama Raditya Abizar. Cowok tengil dengan segudang kelakuannya yang amat sangat menyebalkan. Mengapa aku bilang begitu? Contohnya saja sekarang, dia menyuruhku untuk berdiri di sebelahnya pria ini memintaku untuk mengipasi nya, persis seperti seorang Raja yang sedang di kipasi oleh datang. "Woy Perkedel, yang kenceng dong ngipasin gue nya. Nggak ada tenaga lo sampai ngipasin gue aja kayak lemes banget? Badan aja yang gede tapi tenaganya nggak ada!" cemoohnya secara beruntun. Jika kalian pikir aku akan sakit hati lalu menangis karena perkataan pedas yang keluar dari mulut Radit, itu salah besar. Aku sudah terbiasa mendengar segala ucapan dan cemoohan dari mulutnya yang ditunjukkan kepadaku. Mengapa begitu? Aku sudah bersama dengan Radit sudah hampir 3 tahun sejak pertama kali masuk Sekolah Menengah Atas hingga sekarang. Tak heran jika aku sudah terbiasa dengan ocehan-ocehan pedasnya. "Yang kenceng dong!" perintahnya lagi. Aku hanya diam tidak bersuara, Ku tambah gerakan tanganku agar menimbulkan angin yang lebih besar seperti permintaan Radit. Disela-sela kegiatanku yang sedang mengipasi Radit, tiba-tiba harus terhenti ktatkala Pemuda itu berkata, "Del, jangan pernah Bahagia ya? Gue sakit kalau ngeliat lo Senyum."
Aku Ingin merasakan kebahagiaan seperti orang lain, Tidak selalu terbelenggu oleh kesedihan yang mendalam.
Aku ingin kembali tersenyum seperti sediakala.
Memberikan senyuman ku kepada orang-orang yang aku sayangi.
Sayangnya harapan itu hanya tinggal harapan. Sampai kapanpun aku tidak akan merasakan semua keinginanku.
Berharap setidaknya satu saja harapanku itu bisa terwujud nyatanya tidak akan bisa.
Mustahil jika harapan-harapan itu akan terwujud dalam kenyataan.
Yang aku lakukan sekarang hanyalah pasrah kepada keadaan.
Keadaan yang tidak pernah sekalipun terbersit dalam benak dan pikiranku.
Yaitu menjadi budak seorang cowok yang bernama Raditya Abizar.
Cowok tengil dengan segudang kelakuannya yang amat sangat menyebalkan.
Mengapa aku bilang begitu? Contohnya saja sekarang, dia menyuruhku untuk berdiri di sebelahnya pria ini memintaku untuk mengipasi nya, persis seperti seorang Raja yang sedang di kipasi oleh datang.
"Woy Perkedel, yang kenceng dong ngipasin gue nya. Nggak ada tenaga lo sampai ngipasin gue aja kayak lemes banget? Badan aja yang gede tapi tenaganya nggak ada!" cemoohnya secara beruntun.
Jika kalian pikir aku akan sakit hati lalu menangis karena perkataan pedas yang keluar dari mulut Radit, itu salah besar.
Aku sudah terbiasa mendengar segala ucapan dan cemoohan dari mulutnya yang ditunjukkan kepadaku.
Mengapa begitu? Aku sudah bersama dengan Radit sudah hampir 3 tahun sejak pertama kali masuk Sekolah Menengah Atas hingga sekarang.
Tak heran jika aku sudah terbiasa dengan ocehan-ocehan pedasnya.
"Yang kenceng dong!" perintahnya lagi.
Aku hanya diam tidak bersuara, Ku tambah gerakan tanganku agar menimbulkan angin yang lebih besar seperti permintaan Radit.
"Ya ampun, My Prince Charming nya gue."
"Oh my god tambah ganteng aja sih My husband gue."
Sumpah demi apapun, Aku jengah dan bosan mendengar kata-kata ini setiap harinya.
Jika kalian mau tau sumber dari suara-suara ini, akan ku beri tahu.
Mereka berdua adalah dua orang gadis berpenampilan mencolok yang kemana-mana selalu mengenakan make-up yang tebalnya mengalahkan tebal aspal jalan raya.
Yap, mereka ini adalah gadis yang selalu mengejar-ngejar seorang Radit dari kelas sepuluh, hingga sekarang kelas Dua belas.
Sebut saja mereka berdua ini adalah Cabe kecombrang SMA 1 Bhayangkara.
Oke, baiklah aku akan menjelaskan satu persatu identitas cabe kecombrang ini.
Yang pertama adalah gadis yang berambut ombre, Namanya adalah Aira Madania. Seorang gadis yang menjadi primadona sekaligus ratu di SMA Bhayangkara.
Jangan tanya seberapa populernya gadis ini, Bukan hanya dikenal oleh siswa-siswi SMA Bhayangkara saja, Melainkan hampir semua orang mengenalnya.
Wajar saja begitu, Bukan hanya terkenal lewat kecantikannya dan kepopulerannya saja, Melainkan karena Aira ini juga adalah anak dari seorang anggota polisi.
Tak heran jika ia selalu disegani siapapun. Mulai dari siswa-siswi hingga guru semuanya menghormati Aira. Bahkan tak jarang jika setiap kali gadis itu melakukan pelanggaran-pelanggaran tata tertib sekolah, baik guru maupun siswa tidak ada yang menegurnya.
Mereka semua seperti menutup mata terhadap semua yang dilakukan oleh Aira.
Selanjutnya adalah gadis yang berdiri di sebelah Aira, dia bisa diibaratkan seperti seorang babu yang selalu menempel dengan Aira. Namanya adalah Caroline Embrain, seorang gadis yang akan mengikuti Aira kemanapun dia pergi.
Gadis ini juga sama populernya dengan Air, Ya tentunya karena dia selalu berada di samping sang Ratu sekolah.
Caroline juga sama menornya dengan Aira, dempul nya itu tebalnya hampir seperti lipatan roti buaya. Aku juga heran mengapa dia selalu memakai bedak yang tebal, bahkan kita bisa melihat dengan jelas perbedaan antara warna kulit bagian wajah dengan bagian yang lain sangat-sangat berbeda.
Jika kulit wajahnya putih, tidak dengan bagian kulit tangan, leher dan kaki. Bagian yang lain justru berwarna cokelat, tidak putih seperti pada bagian muka.
Caroline juga terkenal dengan ke centilannya, hampir siapa saja cowok yang menurutnya tampan akan di dekati.
Intinya Aira dan Caroline ini hampir bisa dibilang mirip, kelakukannya serta tingkah laku keduanya pun sama persis sebelas dua belas.
Bedanya jika Aira mempunyai rambut yang ombre, Caroline justru memiliki rambut yang panjang dan lurus.
"Hey Baby," sapa Aira kepada Radit sambil berjalan mendekat.
Jika kalian mengira bahwa Radit akan meladeninya, Kalian salah.
Cowok tengil ini malah memutar bola matanya jengah.
"Ungh, Pacarku ini kenapa tambah ganteng aja sih?" ucap Aira saat sudah berdiri di samping kami.
Sejujurnya saja, Aku ingin sekali muntah saat mendengar Aira mengucapkan kata-kata itu. Apa tadi tambah ganteng? Iyuh menjijikkan.
Ya memang sih patut aku akui bahwa Radit Ini mempunyai rupa yang tampan, namun terlepas dari semua itu, Persetan dengan wajah tampannya ia lebih cocok dibilang cowok yang paling nyebelin.
Bagaimana tidak? Dari kelas sepuluh, Aku sudah harus menjadi budaknya.
Kemanapun ia pergi maka aku harus mengikutinya.
Membawakan barang-barangnya, Mengerjakan tugasnya, bahkan kadang aku jugalah yang mengelap keringatnya ketika Radit sedang bermain basket.
Sangat menjengkelkan memang, Saat yang harusnya aku beristirahat, Ini malah harus lari-lari ke lapangan basket untuk memenuhi perintahnya.
"Apaan sih lo, Jauh-jauh dari gue deh," ucap Radit sarkas kepada Aira saat cewek itu mencolek pipi Radit.
"Ih beb kamu kok gitu sih." Aira mencebikan bibirnya.
Radit langsung menarik kursi dan memalingkan wajahnya,"Seharusnya yang bilang kayak gitu itu gue, Gue yang harus bilang kenapa sih lo selalu ngikutin kemanapun gue pergi?!"
Aira dan Caroline nampak tertohok mendengar ucapan yang keluar dari mulut Radit.
Astaga sudah kuduga Radit pasti akan mengatakan kata-kata itu, Tuh kan apa aku bilang, Dia ini adalah cowok tengil yang amat sangat menyebalkan.
Radit tidak perduli dengan siapa lawan bicaranya, Intinya ketika ia merasa terganggu, Maka saat itu juga ia akan langsung menyemprot orang itu dengan kata-kata pedasnya yang sanggup menyayat hati.
"Apa kamu bilang? Aku ganggu kamu? Yang seharusnya pantas disebut penganggu adalah gadis yang berdiri di sebelah kamu." tunjuk Aira kepadaku.
Aku hanya diam tanpa bicara sepatah katapun. Tak berniat meladeninya.
Tuh kan apa aku bilang, Pasti ujung-ujungnya aku lagi, Aku lagi. Semuanya yang berhubungan dengan Radit pasti aku ada didalamnya, Kecuali untuk masalah geng nya aku tidak dipersilahkan untuk ikut campur.
Radit menghela nafasnya seraya bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Aira. Gadis itu yang melihat Radit berjalan ke arahnya, merasa salah tingkah.
"Aira Madania?" panggil Radit dengan suara yang lebih lembut, bahkan ia sampai menyelipkan rambut Aira ke belakang telinga gadis itu.
Ada apa ini? Tumben sekali Radit bersikap manis kepada seorang gadis.
Tentu saja Aira dibuat salah tingkah dengan perilaku yang diberikan Radit, bahkan dia tak henti-hentinya tersenyum malu-malu.
"Iya ada apa Dit?"
Radit menarik senyumnya, Aku kira dia akan melakukan apa. Ternyata berbanding terbalik dengan apa yang aku pikirkan, Ia malah mengucapkan kata-kata yang menurutku akan membuat Aira dan Caroline naik pitam.
"Aira dan lo Caroline." tunjuk Radit kepada kedua gadis itu, "Lo berdua itu bagi gue sama hal nya dengan sebuah benalu. Lo tau benalu kan? Benalu itu sesuatu yang menganggu dan yang paling gue benci."
Setelah mengatakan itu, Radit menarik tanganku untuk keluar dari ruang kelas.
Namun sebelum itu, Aku masih sempat menoleh kebelakang, terlihat sorot mata tajam penuh emosi dari Aira dan Caroline, mereka berdua bahkan sampai mengepalkan tangan.
Menurutku kata-kata yang keluar dari mulut Radit barusan itu sangat keterlaluan, Tak seharusnya ia berkata seperti itu kepada seorang gadis.
Jika aku ada diposisi Aira dan Caroline pun hatiku pasti akan merasa terluka.
Ish, Radit ini benar-benar sudah tidak waras.
Seperti contohnya saja sekarang, entah memang sudah kehilangan akal atau bagaimana, dia membawaku ke Rooftop sekolah, Padahal sebentar lagi bel Istirahat berbunyi.
"Lo ngapain ngajak gue kesini sih Dit?"
"Gue mau ngomong sama Lo," ucapnya.
"Aelah Dit, kalau mau ngomong mah ngomong aja. Nggak usah ribet-ribet bawa gue kesini, biasanya aja lo nggak pernah tuh minta izin ke gue dulu kalau mau ngomong," ucapku sambil mencari tempat duduk disekitar Rooftop.
"Tapi kali ini gue serius Del, gue mau lo tau satu hal. Kalau gue itu...bentar lagi pergi."