Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
58
Penayangan
4
Bab

Kenzo hanya ingin menjadi dirinya sendiri. Pencarian jati dirinya dimulai di bangku putih abu-abu.

Bab 1 OSIS

Setelah upacara selesai Kenzo sengaja duduk di belakang dekat dengan sahabatnya-Rio. Biasa setelah upacara selesai pasti akan ada pengumuman dari guru atau pun pengurus OSIS. Saat ada cowok yang namanya lumayan terkenal di sekolah Satu Nusa maju ke depan, para gadis tersenyum senang dan menatap lekat-lekat cowok itu, seperti takut jika mereka mengedip sekali saja dia akan hilang dari muka bumi.

Dhani Narendra, cowok yang saat ini menjadi primadona bagi seluruh gadis di sekolah Satu Nusa bahkan guru-guru pun menyukainya. Pintar, cerdas dan anak teladan merupakan hal yang sangat disukai para guru dan gadis seumurannya. Berbanding terbalik dengan Kenzo sudah bodoh, malas dan memilik sifat yang kurang disenangi oleh semua guru.

Kenzo pernah berpikir jika dia bisa memiliki sifat seperti Dhani, apakah Kenzo bisa disenangi banyak orang? Ah, Kenzo berpikir kembali. Kenzo dan Dhani berbeda, Kenzo tidak bisa menjadi Dhani dan sebaliknya.

Setelah upacara selesai, Kenzo tidak langsung ke kelas. Kenzo menemani Rio dulu untuk bertemu dengan anak-anak yang lain.

"Ken, lo jaga di depan. Gue harus bicara sama anak-anak yang lain tentang waktunya," pinta Rio sebelum masuk ke kelas.

Kenzo mengangguk. "Oke," jawab Kenzo tanda setuju.

Kenzo menuruti ucapan Rio yang menyuruhnya untuk jaga di depan. Soalnya bisa bahaya jika orang lain tahu tentang apa yang Rio bicarakan. Bisnis rokok yang dijalankan oleh Rio membuat Kenzo harus melindungi Rio semaksimal mungkin, makanya saat dia menemukan tempat rahasia di belakang sekolah, Kenzo menyuruh Rio agar mereka melakukan transaksi di sana.

"Gue udah selesai, mau balik sekarang?" tanya Rio setelah selesai dengan urusannya.

"Iya. Sekarang bagian Pak Lala, bakalan kena ceramah kalau telat masuk kelas," jelas Kenzo. Pak Lala adalah pembina OSIS dan dia juga guru paling ditakuti di sini, kecuali oleh Rio dan Kenzo tentunya.

"Gue nggak takut sama dia. Kalau dia bikin masalah, tinggal tusuk aja ban mobilnya pake pisau," ejek Rio. Soalnya Rio sangat membenci Pak Lala.

"Gila lo," canda Kenzo saat mendengar perkataan Rio.

"Nanti ujung-ujungnya kita juga yang harus dorong mobilnya ke bengkel depan," balas Kenzo. Rio pun melirik Kenzo dan tertawa, menjadi buronan sekolah memang tidak menyenangkan.

Saat jam istirahat Kenzo dan Rio tidak pergi ke kantin, malahan mereka pergi ke ruangan rahasia. Saat tiba di sana, para anggota yang bergabung dengan Rio sudah berkumpul. Kenzo yang melihat Rio sedang membagi-bagikan sebungkus rokok diam dan duduk di pojokan sambil memainkan game.

Di zaman sekarang, anak-anak seumuran mereka sudah mencicipi yang namanya rokok. Membuat para guru di luar sana khawatir dengan nasib penerus bangsa ini, dan karena itu pihak sekolah memutuskan jika ada yang membeli rokok dengan seragam SMA Satu Nusa harap di laporkan dan mereka yang akan mengurus semuanya. Namun karena otak para siswa tidak berhenti di situ saja, Rio dengan memanfaatkan media sosial yang ada, memesan rokok ini dan menjualnya kembali ke teman-temannya.

Kenzo berhenti memainkan gamenya saat merasakan Rio duduk di sisinya.

"Untung berapa hari ini?" tanya Kenzo tersenyum senang saat Rio membawa uang berwarna merah lebih dari dua lembar.

Rio membalas senyuman Kenzo dan menunjukkan uangnya yang semuanya berwarna merah. "Empat ratus ribu," terang Rio kepada Kenzo.

Kenzo menggelengkan kepalanya sebagai tanda senang. "Gila. anak-anak pecandu rokok semua ya."

Rio mengangguk, "Besok gue traktir lo makan sepuasnya."

"Nggak. Makasih," tolak Kenzo dengan sengaja. "Gue masih mampu untuk bayar makanan gue sendiri," sindir Kenzo kepada Rio.

"Anjir, sombong lo!"

Waktu sudah menunjukkan jam pulang, tetapi karena tadi Rio bilang tidak ingin pulang terlebih dahulu terpaksa Kenzo menemani Rio di sekolah. Kenzo menatap serius dari atas melihat para anggota OSIS yang ada di bawah sana sedang sibuk menyiapkan acara untuk ulang tahun sekolah. Sepertinya tema yang diangkat adalah tentang bahaya rokok, karena dari atas sini Kenzo bisa melihat spanduk-spanduk yang bertuliskan bahaya merokok.

Kenzo tersenyum tipis saat melihat interaksi mereka semua, ada yang sangat serius membuat sesuatu, ada yang sambil cekikikan dan semuanya membuat Kenzo iri. Dhani pun membantu mereka di saat ada yang kesusahan. Jika Kenzo bergabung dengan mereka apakah Kenzo akan merasakan hal yang sama?

"AWAS MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, JANTUNG, STROKE, HIPERTENSI." Semua itu Rio baca dengan keras membuat Kenzo dan yang ada di bawah sana melirik Rio.

"Anjir! Kuping gue sakit denger suara lo!" protes Kenzo sambil melangkah ke dalam, agar anak-anak yang di bawah tidak memperhatikan mereka berdua.

"Lo kenapa merhatiin mereka?" tanya Rio.

"Ya karena gue mau lah."

"Lo mau masuk OSIS?"

Kenzo termenung dia memandang teman-temannya yang sedang sibuk bekerja sama. Kedua matanya menatap Rio dan berbalik sambil bersedap.

"Udah terlambat," tukas Kenzo saat Rio berkata seperti itu. "Mereka semester pertama buka pendaftaran anggotanya." ucap Kenzo dengan membawa handphone yang ada di sakunya.

"Nggak tuh. Gue tadi denger dari anak-anak katanya OSIS buka pendaftaran lagi."

Kenzo diam dan melirik Rio. Dia tahu jika Rio berusaha untuk mendesaknya untuk mengatakan sesuatu yang sangat dia inginkan, hanya saja Kenzo masih tidak ada niatan untuk bergabung masuk ke organisasi yang paling diminati oleh semua anak yang ada di sekolah ini

"Kalau gue masuk OSIS, emangnya lo mau ngapain gue?" sindir Kenzo, karena Kenzo tahu ada maksud tertentu Rio memberitahu hal tersebut. Semenjak mereka berdua masuk ke dalam sekolah ini Kenzo dan Rio sudah berjanji tidak akan masuk ke semua organisasi yang ada di sekolah ini. mereka akan membuat organisasi sendiri dan itu semua adalah impian mereka berdua

Kenzo melihat Rio mengepalkan tangannya dan meremas-remas kedua tangannya secara bergantian, membuat Kenzo berkacak pinggang.

"Gue bakal tonjok lo, terus gue banting dan gue ceburin lo ke pantai Ancol," ujar Rio membuat Kenzo tertawa terbahak-bahak.

"Gue bisa berenang."

"Gue akan ceburin lo ke pantai yang ada hiu, biar lo dimakan dan nggak bisa balik lagi."

Kenzo berdecih dan berjalan masuk ke dalam kelas Rio, dia menatap papan tulis yang penuh dengan angka-angka sepertinya kelas terakhir Rio adalah matematika.

"Lo baru ulangan?"

"Iya. Gue udah tulis soalnya, lo besok ulangan juga kan?"

Kenzo menganggukkan kepalanya. "Gampang?"

Rio menganggukkan kepalanya. "Gampang kalau Lo udah tahu soalnya dari sebelum ulangan."

Kenzo tersenyum miring. Dia beruntung mendapatkan teman sahabat seperti Rio, meski pun mereka bandel hanya saja mereka berjanji untuk tidak akan tidak naik kelas. Mereka berdua juga mempunyai urat malu jika sampai tidak naik ke kelas selanjutnya. Mau dikemanakan muka mereka berdua jika hal itu terjadi.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku