Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Di tengah derasnya hujan yang mengguyur. Joana Griselda, berlari keluar dari mobil sahabatnya--Vinka, yang baru saja parkir di samping gedung kelab.
Joana, si wanita pemilik julukan Dewi Aphrodite, karena kecantikannya yang memukau. Tampak mengibaskan rambut panjangnya yang basah.
Pemilik manik hijau, seperti zamrud yang berkilauan itu menatap ke arah sahabatnya yang baru ke luar dari mobil.
"Vin, cepat!" Joana melambai ke arah Vinka yang tampak ragu-ragu menerobos hujan.
"Kamu tinggal di situ. Aku masuk duluan!" kali ini Joana berseru lantang. Sengaja mengeluarkan nada ancaman agar Vinka segera menyusulnya menerobos hujan.
"Shit! Kau tidak lihat pakaianku sekarang, Joa?! Tunggu aku perempuan gila!" Vinka balas berteriak sembari menunjuk gaun mini sebatas paha dengan model tali spageti yang menggantung di pundak.
"I don't care! Cepat ke mari!" segala keanggunan Joana malam itu seketika menghilang diakibatkan stress yang melanda.
Joana ingin segera masuk ke dalam dan menghabiskan beberapa botol minuman.
"Oke, tunggu di situ!" Vinka dengan sangat terpaksa menerobos hujan yang membasahi riasan wajah dan gaun cantiknya.
Begitu Vinka berdiri di hadapannya sembari mengibaskan rambut. Joana lantas menarik pergelangan tangan wanita itu untuk segera masuk bersamanya.
"Astaga, Joa! Kau tidak bisa pelan-pelan? Minuman di dalam tidak akan habis. Kau tenang saja." Vinka menepis kesal tangan Joana.
Joana mengangkat kedua pundak acuh. "Siapa yang tahu kalau ada banyak pengunjung stress sepertiku, yang butuh minuman dalam jumlah banyak?"
Vinka hanya bisa menggelengkan kepala. Mencoba sabar dengan keadaan Joana yang saat ini memang sedang dilanda gundah-gulana.
Baru satu menit Joana dan Vinka berada dalam gedung itu. Beberapa pandangan langsung tertuju ke arah mereka.
Walaupun sejak kecil Joana kerap mendapat perhatian seperti ini. Namun, tetap saja ada rasa tidak nyaman yang mendera.
"Joa, aku ke toilet sebentar. Aku tidak nyaman pakaianku basah begini. Rambut dan riasanku juga berantakan," ujar Vinka sembari menunjukkan keadaannya yang tidak sempurna lagi.
Joana tentu tidak melarang. "Aku tunggu di sana." Telunjuk Joana mengarah ke meja bar, yang lantas diangguki oleh Vinka.
Beruntungnya, Joana tidak mengenakan riasan apapun. Wajahnya tetap terlihat mempesona meski hanya menggunakan lipstik.
Kedua kaki jenjang Joana melangkah percaya diri di tengah kerumunan para pengunjung, yang terus menari tanpa peduli dengan keadaan sekitar.
Setelah mengambil posisi duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengan meja bar. Pandangan Joana memutar ke segala arah. Memandang orang-orang yang terlihat happy dengan apa yang mereka lakukan.
Pemandangan erotis. Bau alkohol yang berpadu dengan asap rokok. Musik EDM yang mengentak keras. Menyadarkan Joana di mana tempatnya berada sekarang.
Sejenak Joana mendesah berat. Jika saja tadi pagi dia tidak berdebat dengan Levin--kekasihnya. Joana tidak akan berakhir di sini. Jujur saja, selimut tebal yang lembut di kamarnya jauh lebih menggoda daripada membuang waktu di tempat ini.
Namun, berdiam diri di kamar dalam keadaan pikiran berkecamuk. Hanya akan membuat pikirannya semakin kacau. Dengan kebisingan yang memenuhi ruangan ini. Joana berharap agar keresahan yang terus membelenggu sejak pagi tadi bisa menghilang, atau setidaknya mereda.
Joana mengalihkan atensi dari pemandangan liar di hadapannya. Seorang bartender tampan dengan model rambut gimbal yang terikat satu di belakang, menyambutnya dengan senyum mempesona.
"Wiski, tolong shake pesananku sekarang."