Pernah melihat artis? Pasti pernah, entah bertemu langsung, lewat koran, televisi, atau media lainnya. Kalian pasti mengira hidup artis itu sangat nyaman karena memiliki kehidupan yang melimpah akan harta, kesuksesan, dan kepopuleran. Namun kalian akan tahu kedok dunia film yang sebenarnya dari kisah Dera yang merupakan aktris senior yang sudah melalang buana di dunia film. Dibalik kesuksesannya, terdapat banyak kepahitan yang dimulai dari kesulitan artis baru yang asli bukan nepotisme untuk meraih ketenaran, pihak agensi film yang bermain kotor dengan artis baru, persaingan kotor antara para artis, pelecehan dan hinaan masyarakat serta citra yang buruk yang merata untuk para artis. Belum lagi kisah romansanya dengan aktor senior yang merupakan duda anak dua, apakah ia berhasil mendapatkan kesuksesan sebagai aktris dan keberhasilan percintaan secara bersamaan? Atau harus memilih salah satu dan melepas yang lain? Yang mana yang akan Dera pilih?
Life Choices
1
Gadis kecil manis cantik itu duduk manis di hadapan televisi. Orang tuanya menariknya mundur supaya tidak terlalu dekat dengan layar televisi. Gadis itu tampak kagum melihat kehidupan para aktor dan aktris film.
Dirinya kagum dengan kehidupan mereka yang serba mewah, nyaman, banyak harta, dan kepopuleran. Dalam hatinya bertekadlah ia menjadi seperti mereka. Secara diam-diam ia melatih dirinya agar bisa menjadi aktris.
"Aku pulang," gadis yang kini duduk di bangku kelas 10 SMA itu meletakkan tasnya di meja belajarnya. "Sepertinya ibu dan ayah belum pulang."
Ia mengambil skrip akting tugas bahasa Indonesianya. "Kesempatan bagus agar bisa berlatih! Aku pasti bisa menjadi aktris!"
Dengan cepat ia berlari ke dalam kamarnya. Berlatihlah ia dengan suara kencang dan menjiwai perannya. Gadis bernama Vadera Delta Anka itu berakting layaknya dia aktris hebat. Tanpa dia ketahui, orang tuanya melihatnya dan mendukung bakatnya.
Dera yang mengetahui itu malah semakin semangat berlatih di hadapan kedua orang tuanya. Semakin lihai ia berlatih, hingga di saat usianya berusia 17 tahun. Tepat setelah ia merayakan ulang tahunnya. Dia ikut ajang pencarian pemeran pembantu dalam sebuah film.
Dia diterima menjadi pemeran pembantu dalam film itu. Tentu saja, kenapa tidak diusianya di 17 tahun tubuhnya sangat ideal, cantik, suaranya yang sangat indah. Dirinya sangat populer diperbincangan cowok di SMAnya. Bahkan teman-teman sekelasnya yang perempuan sangat iri padanya.
Dengan senang hati ia pulang mengabarkan berita tersebut kepada orang tuanya. Dilemparkannya begitu saja tas sekolahnya di meja belajarnya. Kedua orang tuanya yang kebetulan libur muncul dari dalam kamar mereka dan menghampiri putrinya. "Ada apa Dera? Pulang-pulang kok ngajak berantem?"
"Coba tebak Pa, Ma! Dera lolos jadi pemeran film!" serunya dengan senang. Ia bahkan melompat dengan gembira. Ia menyodorkan kertas bukti ia diterima jadi pemeran film.
"Seriusan?" tanya mamanya. Ia melihat kertas yang dibawa anaknya. Papanya juga ikut melihat dan membacanya.
"Selamat Anda lolos menjadi pemeran pembantu dalam film kami."
Mata kedua orang tuanya saling bertatapan. Lama kelamaan meneteskan air mata harunya. Dera memeluk kedua orang tuanya. "Semoga ini bisa menjadi batu pijakan bagi Dera menapaki karir menjadi seorang aktris Ma, Pa."
"Iya Dera. Sekarang kamu harus sering berlatih dan jaga kesehatan. Tunjukkan kalau kamu bisa menjadi aktris yang hebat!" ucap papanya dan mengelus rambut panjang halus anak gadisnya.
"Mama dan Papa akan selalu mendukungmu Dera," kata mamanya menambahi. "Semoga sukses anak gadisku!"
Dengan giat Dera berlatih walaupun hanya menjadi peran pembantu. Kerja kerasnya membuahkan hasil, ia berhasil memerankan perannya dengan baik. Sutradanya bahkan meminta nomer ponselnya untuk dikabari apabila ada peran kosong, dipastikan dia yang akan mengisinya apabila cocok.
Bukan main Dera senangnya, dengan bangga ia mengatakan bahwa ia akan jadi aktris terkenal. Sama seperti orang yang sering dilihat di televisi waktu kecil dahulu. Saat filmnya sudah jadi dan mau ditayangkan, ia mengajak orang tuanya bahkan teman sekelasnya untuk menonton bersama pemutaran perdana film tersebut.
Teman-temannya kagum, begitu juga orang tuanya. Melihat putri dan kawan sekelas mereka begitu handal menjadi seorang aktris. Dera sangat senang dan bahagia sekali bahwa impiannya dari kecil akan terwujud.
Benar apa yang dikatakan oleh sutradara, ia terus-terusan mendapatkan tawaran untuk bermain film. Meskipunnya perannya tetap jadi peran pembantu, dengan senang hati ia lakukan. Karena dari hal yang paling kecil, hal besar bisa terwujud menurutnya.
Menjalani kehidupan sekolahnya dan menjadi aktris remaja. Membuat kehidupannya berubah 100%. Kini namanya terkenal di sekolahnya dan guru-guru kagum terhadapnya. Bahkan namanya tersohor di sekolah lain karena saking populernya dia.
Gadis polos itu baru tahu dunia perfilman dari luar saja. Ia tidak tahu apa yang ada di dunia perfilman sepenuhnya. Karirnya begitu cemerlang sebagai peran pembantu. Banyak kru-kru film dan aktor-aktor film mendekatinya.
Dua tahun berlalu, ketika Dera sudah lulus SMA. Ia menyadari karirnya di dunia perfilman mengalami stagnan. Perannya hanya tetap peran pembantu, dirinya selalu tergantikan oleh aktris-aktris baru. Ia heran mengapa ia tidak pernah menjadi pemeran utama?
Diberanikanlah dirinya mencari tahu dunia perfilman dan rumor-rumornya di internet. Di sana ia menemukan sebuah forum yang membahas negatif dan positifnya dunia perfilman. Dera tertarik untuk membaca karena rasa ingin tahunya begitu tinggi.
Semua sisi positifnya dapat ia terima, namun ketika membaca sisi negatifnya. Ia tampak tidak percaya, masa dunia perfilman seperti ini? Tidak mungkin, buktinya sutradaranya dan kru film begitu baik padanya. Tidak terjadi seperti apa yang dikatakan penulis di forum tersebut.
Dimatikanlah laptopnya dan semangat berlatih. Mungkin ia tidak mendapat peran utama karena kurang handal dan ahli. Maka kuncinya cuma satu, harus bekerja keras!
Suatu ketika, Dera beristirahat setelah pemotretan untuk poster film terbaru yang dimana ia berperan sebagai peran pembantu. Dera mendengar beberapa kru film berbicara hal negatif dan berbau pornografi tentang aktris pemeran utama film ini.
Benarkah? Mungkin itu hanya gosip yang disebarkan. Supaya mental pemeran utama hancur dan film melambat produksinya. Pasti mereka susupan dari studio saingan.
"Neng Dera, lanjut lagi pemotretannya." Panggil salah satu kru film.
"Bentar gue datang." Dera berlari dan bersiap untuk pemotretan bersama. Selesai pemotretan, dia mendapat pesan dari sutradara untuk menemuinya di sebuah klub. Katanya akan ada penawaran besar untuknya. Dia bisa saja mendapat peran utama dan memenuhi mimpinya sebagai aktris!
Dera tertarik dan mengirimkan balasan ia akan segera datang. Keluar dari studio tempat pemotretan, ia memesan ojek dan berangkat ke klub yang dimaksud. Matanya terbelalak kagum melihat klub. Baru pertama kali ini ia datang dan menginjakkan kaki di klub.
Dua orang penjaga klub berjaga di pintu utama klub. Barisan antrian memanjang, banyak pria dan wanita berusaha untuk masuk. Tapi para penjaga itu mencegahnya dan menahan mereka. Dera mengecek ponselnya lagi dan sutradaranya mengirimi sebuah gambar.
"Tunjukkan saja gambar ini ke penjaga. Nanti kamu bisa masuk."
Hmm, Dera mencobanya ia melangkah ke depan penjaga. Ia menunjukkan gambar di ponselnya. Setelah penjaga tersebut memeriksa keaslian barkode yang dikirim sutradaranya. Ia boleh masuk, Dera matanya kagum melihat dunia malam. Penjaga mengantarnya ke lantai VIP di atas.
Orang-orang berjoget ria di lantai dansa. Pria dan wanita penghibur minum dan mabuk bersama. Terlihat sutradaranya dan satu orang pria lagi sedang minum dengan aktris-aktris yang ia kenal. Sutradaranya memanggil Dera untuk bergabung duduk di sofa melingkar tersebut.
Di meja bundar dari kaca terdapat beberapa botol miras dan serbuk putih aneh serta alat-alat aneh. Dera disuruh duduk di sebelah pria yang tidak ia kenal. Sutradara tersebut meregangkan badannya dan minum segelas miras.
"Neng Dera, ini kenalan saya. Namanya Rages, lengkapnya Ragesta Dovilino. Pemilik agensi Dovilin Entertainment." Sutradaranya menunjuk pria di samping Dera.
"Dera ya, salam kenal." Balas Rages dengan ramah. Dera terpana melihatnya, sudah tampan, gagah kaya raya lagi.
"Sa-salam kenal," balas Dera malu-malu. "Sa-saya Vadera Delta Anka."
"Jadi ini yang kamu tawarkan untuk jadi pemeran utama. Boleh juga," Rages menatap sang sutradara. "Cocok untuk jadi peran utama. Pasti bisa menjadi aktris hebat."
"Te-terima kasih." Dera malu-malu. Matanya tidak bisa lepas dari ketampanan Rages.
Rages semakin tertarik melihatnya. Matanya tidak bisa lepas juga dari kemolekan tubuh Dera. Terlebih lagi ia dapat informasi dari temannya itu bahwa Dera masih perawan. Kesempatan besar bagi Rages, beruntung sekali hidupnya apabila berhasil menghancurkan kegadisan gadis molek seperti Dera.
"Kamu mau ikut agensiku?" tanya Rages. "Kebetulan saat ini kami ada proyek film. Masih mencari pemeran utamanya juga. Tentang percintaan dan drama, kamu tertarik?"
"Eh? Mmm." Dera nampak bingung. Ia menatap sutradaranya.
Ah tidak, Dera saat ini bingung bukan kepalang! Tawaran untuk menjadi aktris ada di depan matanya. Sutradaranya tampak mengiyakan, terlebih lagi ia akan menjadi pemeran utama! Batu pijakan lagi baginya di dunia perfilman.
Rages memberinya kartu bisnisnya. Kemudian ia berbicara panjang lebar tentang keuntungan di agensinya. Dera malu-malu dan menerimanya. Rages senang dia mendapatkan keuntungan besar. Sebuah aktris yang cantik dan mangsa untuknya.
Dera begitu senang dan mengabari kedua orang tuanya. Setelah itu ketika ia hendak pulang Rages memegang tangannya. "Mau kemana? Nikmati dulu malam ini bersama kami Dera."
"Aku mau pulang. Orang tuaku menunggu di rumah." Dera berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Rages.
Tanpa Dera ketahui diam-diam Rages menginstruksikan kepada sutradara untuk memasukkan sesuatu ke minuman yang akan diminum oleh Dera. "Minumlah sebentar, tenangkan dirimu. Tenang saja kami sudah memesan jus untukmu."
"Soal peranmu, dapat kubatalkan begitu saja apabila kamu pergi. Sini duduk dan minum bersama kami. Akan kubantu kamu dapat peran," Rages mendudukkan Dera ke pangkuannya.
"Kamu sudah bosan kan dengan peran itu-itu saja kan? Denganku, kamu bisa kubantu menjadi aktris terkenal. Tampil di televisi bolak-balik, banyak wartawan yang menginginkanmu untuk ditanyai. Kehidupan yang sukses, lancar, nyaman. Harta juga nyaman," tambah Rages.
Dera berpikir keras. Apa yang diucapkan Rages ada benarnya, kalau ia tidak bersama orang ini. Maka dia akan terus berada di posisinya sekarang. Dera duduk diam saja dan beralih dari pangkuan Rages ke sebelahnya.
Dera meminum minuman yang diberi Rages. Dihabiskannya sekali tenggak langsung, kepalanya merasa pusing dan berat beberapa menit setelah meminumnya. Rages tertawa, "Tidak kuat alkohol rupanya."
"Akan kuantar pulang, orang tuamu ada di rumahmu?" tanya Rages.
Dera membalas dengan anggukan. "Ta-tapi jangan di rumah! Mereka marah nanti!"
Dera tertidur pulas, kesempatan bagi Rages untuk membawa pulang ke rumahnya. Dibantu oleh sutradara yang merupakan anak buahnya. Dipandanginya wajah Dera yang cantik di dalam mobilnya.
Rages merasa malam ini malam keberuntungannya. Mendapat gadis cantik untuk film yang akan jadi ladang uangnya. Juga bisa memuaskan nafsunya akan wanita. Begitu sampai di rumahnya, dibantu oleh pembantunya ia membawa Dera ke dalam kamarnya.
Dera tersadar dan menyadari situasi bahaya yang dialaminya. Ia bergegas bangun dan hendak pergi. Rages menahannya dan mencengkram lengannya dengan kuat. Dilemparkannya ia ke kasur.
"Kamu pergi peranmu batal." Ancam Rages dia menampar Dera.
"Biar saja perannya batal. Antarkan aku pulang," Dera melawan dan menuju pintu kamar Rages.
"Harus jadi." Rages tertawa melihat Dera tidak sadarkan diri akibat mabuk. Diambilnya surat kontrak kerja di kamarnya dan mengambil dompet Dera. Ia meniru tanda tangan Dera agar terlihat Dera menanda tangani kontrak kerjanya.
"Dengan begini, kamu tidak bisa lepas Dera." Rages tersenyum menyeringai.