Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Semua makhluk di dunia ini saling berdampingan, termasuk Jin dan sebangsanya. Ada yang percaya ada yang tidak, tapi yakini itu semua ada. Kita memang tidak pernah melihat, mungkin hanya sebatas angin yang kita rasakan entah itu bulu kuduk yang berdiri atau hawa dingin yang menerpa pundak kita
- Dasim -
01- Derap langkah
"Makhluk halus itu ada dua, satu Dasim yaitu setan laki-laki dan satu lagi Dasimah, itu yang biasa kita panggil Kunti, Dasimah itu setan perempuan. Mereka memang ada di rumah kita, setiap rumah itu ada penghuninya makanya kalau masuk rumah itu harus ucap salam agar semua Jin pergi."
Teng teng teng
Suara bel berbunyi menghentikan seorang guru agama yang sedang menerangkan. Semua murid kelas 11 bergegas merapikan buku-buku dan alat sekolah lainnya untuk dimasukkan ke dalam tas. Sang guru pun pergi keluar dari kelas, bersamaan dengan itu para murid mengekorinya.
"Amanda, Amanda," panggil Aryani pada teman sebangkunya yang masih saja ngorok saat jam pelajaran. Amanda mengerjap seraya menggeliatkan tubuhnya. mulutnya menguap menatap bangku kosong di depannya.
"Pak Jawadz ke mana? Anak-anak juga pada hilang," ucap Amanda melihat sekeliling.
"Sudah pada pulang kali, kamu tuh ngorok terus. Ayo! Mau pulang enggak?"
"Tungguin dong Ar, aku takut sendirian."
Amanda langsung memasukkan bukunya ke dalam tas, dan pergi mengejar Aryani tanpa melihat pulpennya tertinggal dan terjatuh di bawah meja.
"Aryani tunggu!"
Tiba-tiba saja tutup pulpen terbuka dengan sendirinya.
***
"Ar, aku pulang ke rumah kamu ya?"
"Idih, kenapa? Rumah kamu tuh yang dekat masa dilewatin."
"Aku enggak betah di rumah."
"kenapa?"
Amanda menghentikan langkahnya sejenak. setelah itu kepalanya menggeleng. "Aku bosan saja sendirian, enggak ada teman. Ibu sama bapakku, kan kerja paling pulang malam atau enggak pulang."
"Nanti deh, kalau libur sekolah."
"Beneran?" Mata Amanda berbinar mendengar ucapan Aryani seakan itu anugerah untuknya. Entah, kenapa Amanda ingin sekali di temani seseorang saat tidur padahal di rumahnya ada Mbok Nun, asisten rumah tangga yang selalu menemaninya.
"Iya, aku enggak pernah bohong. Masuk sana! Rumahmu sudah sampai,"ujar Aryani membuat Amanda menoleh ke samping kanannya yang memperlihatkan rumah sederhana dengan interior zaman dulu. Semacam rumah peninggalan belanda.
"Manda!" teriak Aryani menghentikan langkah Manda.
Amanda menoleh pada teman sebangkunya itu yang sudah berjarak 1-meter darinya. "Ingat kata pak Jawadz ucap salam saat masuk rumah," kata Aryani yang terkekeh.
Amanda menatap rumahnya intens, lalu melangkah masuk.
"Assalamualaikum," ucapnya saat membuka pintu.
Ruangan terlihat sangat gelap padahal di siang hari, apalagi jika saat malam hari. Amanda celingukan ke setiap ruangan mencari Mbok Nun, yang menemaninya setiap saat. "Huh!' Amanda membuang nafasnya kasar.
"Ke mana Mbok Nun," ucapnya yang melangkah menuju kamar belakang.
"Mbok Nun!"
"Mbok Nun! Hah!" kejut Amanda saat berbalik Mbok Nun sudah ada di belakangnya.