Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dikejar Oleh Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
[Hai, Kak Peri Cuan. Perkenalkan, aku Gio, editor baru yang menangani naskah Kakak di bawah naungan Editor Fay.]
Balasan chat yang ditunggu Nessa langsung membuat Nessa mengerutkan dahinya.
[Baik, akan aku jelaskan secara singkat. Aku Gio editor baru yang bertugas menggantikan pekerjaan Kak Fay karena Kak Fay sendiri sudah tidak bekerja lagi di perusahaan kami.]
[Seminggu yang lalu perusahaan menerima kabar duka cita dari pihak keluarga Kak Fay karena Kak Fay dinyatakan meninggal dunia. Untuk itu sekarang aku yang menangani tugasnya sebagai editor pengganti.]
Editor Gio menceritakan kabar duka yang terjadi pada Editor Fay kepada Nessa hingga membuatnya kaget. Ia tidak menyangka Editor Fay yang sering kali membuatnya jengkel dengan banyaknya naskah yang harus direvisi, akan tetapi tetap memberinya masukkan positif saat ia mengalami kebuntuan ide dalam menulis, telah meninggal dunia.
Nessa yang awalnya setengah hati menerima outline dari Editor Fay, kini bertambah bimbang saat editor yang bersangkutan malah menghilang untuk selamanya.
[Ah, satu hal lagi, Kak. Kukira aku harus memberi tahu kamu kalau saja nanti kamu menolak tawaran ini, maka naskah ini tidak akan dilanjutkan oleh siapa pun.]
[Itu isi dari pesan singkat yang disampaikan Kak Fay sebelum meninggal. Tapi semua keputusan ada pada kamu, dan aku akan menghormati apapun keputusan Kak Peri Cuan sendiri.]
“Apa-apaan? Satu suami punya empat istri? Apa nggak bisa setia aja sama satu istri? Ya ampun, kepala gue bisa pecah kalau gini!”
Nessa Andini, perempuan berdarah Jawa berusia 25 tahun itu mengacak-acak rambut ikalnya. Pekerjaannya sebagai penulis novel online kerap kali membuatnya frustrasi. Tapi kali ini memang terasa berlebihan.
Di tengah kesalnya, pandangan Nessa perlahan bergeser dari layar laptop ke sebuah bingkai foto berisikan dirinya yang tersenyum senang saat menerima ciuman pipi dari ayah dan ibunya dari sisi masing-masing.
“Ibu, apa aku sanggup selesaikan alur cerita yang paling aku benci ini? Apa aku bakalan tahan waktu ngetik tokoh suami yang bisa bagi tubuh dan cintanya ke perempuan lain selain istrinya? Itu jelas banget bakalan buat aku ingat sama perselingkuhan ayah yang buat kalian meninggal,”
“Harus banget aku tahan traumaku kalau aku ngelanjutin cerita ini, Bu? Aku benci laki-laki yang bagi cintanya ke wanita lain. Aku jadi yatim piyatu, kan, karena ayah yang selingkuhin Ibu…”
Nessa menangis sambil tersenyum pahit. Ia mengusap foto wajah ibunya dengan sedih tapi setelah mengingat Editor Fay lagi, Nessa segera menghapus air matanya.
“Sialan banget sih. Kepala gue langsung sakit gara-gara mikirin ini. Terserah, gue mau tidur aja,” gumamnya kesal. Kepalanya sakit memikirkan hal rumit tentang tema cerita yang dibencinya.
Nessa memilih mengabaikan dulu apa yang baru saja merusak moodnya. Ia berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya dengan mata sayu.
‘Gimana gue bisa masuk ke karakter istri yang tinggal bareng banyak madu suaminya? Female Lead-nya itu diharuskan bagi cinta suaminya ke tiga istri yang lain,’
‘Ya ampun… cowok seganteng apa yang harus gue bayangin dan layak jadi karakter pria brengsek yang bahkan nggak punya celah buat gue maki?’
‘Kak Fay juga gesrek banget buat alurnya. Nggak cukup apa, buat Male Leadnya itu kaya raya aja terus sekalian brengsek? Kalau gitu, kan, bisa gue maki sekalian. Bisa-bisanya dia punya ide buat cerita beginian. Bikin puyeng banget!’
‘Ah, iya. Kak Fay udah meninggal. Gue nggak boleh ngeluh sama dia,’