Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Seatap Dengan Maduku

Seatap Dengan Maduku

putri rahmania

5.0
Komentar
2.3K
Penayangan
32
Bab

Setiap wanita pasti berharap jika hanya dia yang menjadi wanita satu-satunya di hati suaminya. Begitu juga yang diharapkan Laila, seorang gadis desa yang kini telah menikah dengan Yoga seorang pria kaya dari kota. Pernikahan mereka memang terjadi karena perjodohan. Namun, Laila berharap Yoga bisa mencintainya seiring berjalannya waktu. Tetapi semua itu ternyata hanyalah sebuah mimpi bagi Laila. Yoga yang memang tidak pernah menerima perjodohan ini diam-diam telah menikah dengan Tasya seorang wanita yang bekerja sebagai resepsionis di hotel miliknya. Tidak hanya itu, Yoga pun akhirnya mengajak Tasya untuk tinggal bersama dengan Laila dalam satu atap. Mampukah Laila menjalani hidup dalam satu atap bersama madunya?

Bab 1 Satu

Tidak ada wanita yang mau dimadu, apalagi harus tinggal seatap dengan wanita yang telah merebut kebahagiaannya. Namun, sebagian besar dari wanita tersebut justru memilih untuk menerima kehadiran perempuan perusak itu. Bukan karena pasrah, tapi lebih kepada cinta dan menjaga mental sang anak. Pagi itu Laila sedang sibuk memasak untuk sarapan. Disaat dia sedang menata piring di atas meja. Tiba-tiba dia terkejut saat mendengar suara teriakan sang suami. Sambil mengetuk pintu dengan keras dan berteriak.

"Laila! Laila." "Alhamdulillah, sepertinya Mas Yoga sudah pulang," ucap Laila sambil meletakkan piring yang ada di tangannya. "Laila! Cepat buka pintunya." Yoga terus mengetuk pintu sambil berteriak. "Iya, Mas. Sebentar!" sahut Laila sambil berteriak dari dalam rumah. Sambil membuka pintu. " Alhamdulillah, akhirnya kamu pulang Mas." "Darimana saja kamu!" bentak Yoga sambil berjalan masuk. "Maaf, Mas. Aku tadi di dapur, jadi aku tidak mendengar teriakanmu," jawab Laila sambil langsung mengambil tas koper yang ada di tangan Yoga. "Alah, alasan saja kamu!" bentak Yoga yang terlihat kesal. "Ya sudah aku minta maaf ya. Ayo kita makan dulu, kebetulan aku sudah masak makanan kesukaanmu," ajak Laila sambil tersenyum ramah. Laila yang begitu sangat menyayangi Yoga langsung menggandeng tangannya. Terlihat tatapan risih dan jijik dari kedua mata Yoga. Tidak berapa lama setelah Yoga masuk tiba-tiba Laila dikejutkan oleh panggilan mesra seorang wanita kepada Yoga. "Sayang! Kenapa kamu tidak menungguku sebentar," ucap wanita tersebut sambil memeluk tangan Yoga dengan mesra. "Sayang! Siapa wanita ini, Mas?" tanya Laila sambil kebingungan. "Halo, Mbak. Aku Tasya, istri kedua Mas Yoga," jawab wanita yang mengaku bernama Tasya itu. Wanita itu terlihat sangat cantik dan muda. Bahkan bisa ditebak jika usianya terpaut jauh dari Laila. Dan kini wanita itu dengan gamblang mengaku jika dia adalah istri kedua Yoga. Seketika dunia seakan hancur berkeping-keping. "Oh, tidak mau bersalaman ya," ucap Tasya sambil menurunkan tangannya. "Mas, apa benar wanita ini adalah istrimu?" Laila mencoba bertanya sambil menatap Yoga. "Iya benar, Tasya ini adalah istri kedua ku dan bisa jadi dia akan menjadi istri pertama ku," jawab Yoga sambil langsung berjalan ke arah sofa. Setelah mendengar jawaban Yoga, Laila langsung berjalan ke arah sang suami. "Tega kamu mengkhianati aku seperti ini, Mas." "Apa salahku, Mas? Apa kurang pengabdianku selama ini!" teriak Laila sambil menangis histeris di hadapan Yoga. Yoga yang mendengar perkataan Laila terlihat tertawa bahagia. Tasya yang saat itu masih berdiri di depan pintu langsung berjalan ke arah yoga. Perlahan dia pun duduk di samping laki-laki tampan dan berbadan kekar itu. "Mas, aku jadikan tinggal di sini bersama kalian? Aku yakin setelah Laila mengenalku dia akan berubah baik kepadaku," ucap Tasya sambil bersandar di bahu Yoga. "Tinggal disini, dirumah ini. Mas kamu tidak akan memintanya tinggal di sini bersama kita 'kan?" tanya Laila dengan wajah penasaran. "Sebenarnya aku ingin membelikan Tasya apartemen, tapi setelah aku pikir-pikir lebih baik dia disini. Karena aku khawatir kalau dia akan kesepian jika berada di apartemen sendirian," jawab Yoga sambil membelai rambut Tasya. "Tidak, Mas. Kamu tidak bisa membawanya tinggal bersama kita di sini, aku tidak setuju." "Kenapa! Kenapa aku tidak boleh mengajak Tasya tinggal disini? Bukankah ini rumahku, dan aku berhak menentukan siapa saja yang boleh tinggal di rumah ini!" bentak Yoga sambil berdiri dari tempat duduknya. "Aku istrimu, Mas. Jadi aku juga punya hak atas kamu dan rumah ini!" teriak Laila sambil menangis. "Istri! Sejak kapan kamu menjadi istriku? Apa sejak ijab kabul pernikahan kita itu, asal kamu tahu sampai kapanpun aku tidak akan mengganggap kamu sebagai istri ku," jelas Yoga sambil menatap wajah Laila. "Ya ampun, Mbak. Masalah seperti ini saja sudah heboh, lagipula wajarkan seorang laki-laki menikah lebih dari dua kali," jawab Tasya sambil merapikan rambutnya. "Wajar kamu bilang. Sekarang aku tanya sama kamu, apa kamu yakin Mas Yoga bisa adil dengan kita berdua? Apa kamu tidak takut jika dia hanya adil padaku," ucap Laila sambil mengusap air matanya. "Aku yakin Mas Yoga bisa adil kepada kita. Mbak lihat saja rumah ini cukup mewah dan aset Mas Yoga cukup banyak jadi tentu dia bisa membagi rata antara aku dan Mbak Laila," jawab Tasya sambil berjalan di samping Laila. "Kamu salah Tasya. Adil itu bukan hanya tentang materi dan uang, tapi juga tentang waktu dan kasih sayang. Mungkin memang dia bisa menyayangi mu tapi pasti tidak kepada ku, bukan begitu, Mas?" ucap Laila yang langsung menoleh ke arah Yoga. "Sudah cukup! Aku tidak peduli kamu suka atau tidak tapi yang pasti Tasya akan tetap tinggal di sini bersama kita," jawab Yoga. Sambil berjalan mendekati Yoga. "Baik silahkan Tasya tinggal disini, tapi ceraikan aku dulu." Laila berharap permintaannya untuk bercerai akan membuat Yoga berubah pikiran. Namun, ternyata Yoga justru tertawa terbahak-bahak. Bahkan dengan senang hati dia meminta Laila untuk segera meninggalkan rumah itu. "Baik jika itu maumu, silahkan kemasi barang-barangmu dan pergi dari rumah ini!" usir Yoga sambil menatap ke arah Laila dengan tajam. "Yes, akhirnya aku bisa menyingkirkan wanita kampung ini. Dan aku yakin sebentar lagi aku akan jadi Nyonya besar di rumah ini," batin Tasya sambil tersenyum. Sambil memegang tangan Yoga. "Aku mohon pikirkan lagi keputusanmu itu, apa kamu lupa jika Mama Ajeng sangat menginginkan pernikahan kita langgeng." "Aku ingat, bahkan sangat ingat. Sekarang semua keputusan ada padamu Laila, kamu mau pergi atau menerima Tasya di rumah ini!" ucap Yoga sambil memegang pipi sang istri. Yoga yang tidak ingin menambah masalah dengan Laila akhirnya mengajak Tasya pergi dari rumah itu. Terlihat wajah kesal Tasya saat Yoga mengajaknya keluar dari rumah. Tidak ada yang bisa Laila katakan saat ini selain menangis memikirkan nasib rumah tangganya. "Ya Allah apa yang harus aku lakukan sekarang, bagaimana mungkin aku bisa hidup dengan wanita yang telah merebut suamiku," batin Laila sambil terus menangis. "Tasya, ayo kita pergi dari rumah ini." Yoga langsung menggandeng tangan Tasya. "Tapi, Mas. Bukankah kamu sudah berjanji untuk mengajakku tinggal di rumah ini?" tanya Tasya yang terlihat berat untuk melangkah. "Kita pergi dulu dari sini, biarkan wanita kampung ini memikirkan apa yang akan dia pilih," jawab Yoga sambil langsung menarik tangan Tasya keluar rumah. "Sebegitu cintanya kamu kepada wanita itu, Mas. Hingga kamu lupa akan amanah almarhum Mama mu," batin Laila sambil menatap Tasya dan yoga yang berjalan ke arah pintu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh putri rahmania

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku