Semua wanita pasti berharap kehadirannya bisa diterima dengan baik oleh keluarga suami. Namun, tidak jarang banyak wanita yang mengalami nasib buruk saat berada di antara keluarga besar sang suami. Hal ini juga dialami oleh Nia seorang gadis lugu yang terlahir dari keluarga broken home dan kurang mampu. Pernikahan bahagia, serta hangatnya kasih sayang dari mertua dan saudara ipar ternyata hanyalah sebuah mimpi indah bagi Nia. Pasalnya kehadirannya Nia di tengah keluarga Riko justru hanya dianggap sebagai seorang pembantu rumah tangga. Tidak hanya itu, Riko yang seharusnya bisa menjadi suami yang menjaga dan mendidik Nia dalam segala hal justru tega menjerumuskan sang istri pada lembah maksiat. Sifat pemalu, gengsi yang besar, serta kurang sifat tanggung jawab membuat Riko memiliki banyak hutang. Hampir setiap hari rumah mereka selalu didatangi oleh dekoleptor yang ingin menagih hutang dalam jumlah yang cukup besar. Riko merasa tidak nyaman tega menjual sang istri pada laki-laki hidung belang baik secara online maupun pada temannya. Mampukah Nia melepaskan diri dari jeratan dunia malam yang diperkenalkan oleh sang suami?
"Kamu tidak kerja, Mas?" tanya Nia saat melihat sang suami masih sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.
"Aku sudah mengundurkan diri dari perusahaan itu," jawab Riko tanpa mempedulikan Nia yang berdiri di hadapannya.
"Mengundurkan diri! Kenapa kamu berhenti dari pekerjaan itu, Mas?" tanya Nia yang terlihat terkejut mendengar jawaban Riko.
"Aku lelah dan bosan jika hanya menjadi pembantu orang, aku ingin punya usaha sendiri." Riko menoleh ke arah Nia dengan wajah sinis.
"Bosan, lelah? Mas, rasa bosan dan lelah itu adalah hal yang wajar. Tetapi rasa itu tidak bisa kamu jadikan alasan untuk berhenti dari pekerjaanmu, lagipula kita juga belum ada modal untuk membuka usaha," jelas Nia sambil memegang tangan Riko.
Sambil berdiri dari tempat duduknya. "Dasar perempuan cerewet! Harusnya kamu itu mendukung apapun keputusan ku, bukannya bertanya yang tidak-tidak."
"Bukan begitu, Mas. Sebagai istri aku akan selalu mendukungmu, tapi jika kamu tidak bekerja bagaimana kita akan menghidupi anak-anak dan membayar sewa rumah ini?" jawab Nia.
"Kamu pikir aku ini sapi perahan yang harus selalu bekerja untukmu!" bentak Riko sambil bertolak pinggang.
"Bukan begitu, Mas. Tapi masalahnya saat ini kita butuh banyak uang untuk menghidupi keluarga kita."
"Ya sudah, kalau begitu kamu saja yang kerja. Bereskan!" bentak Riko sambil berjalan meninggalkan sang istri.
Riko yang kesal dengan ocehan sang istri langsung memutuskan untuk pergi ke rumah orang tuanya. Nia yang merasa tidak ada kesempatan untuk bicara dengan Riko hanya bisa duduk di lantai yang beralaskan karpet. Sesaat Nia terdiam mengingat kejadian 9 tahun yang lalu.
Nia yang saat itu masih duduk di kelas 2 SMA memutuskan menghabiskan masa libur sekolahnya di rumah saudaranya yang bernama Novi. Suatu malam, Novi yang saat itu mengenal Riko dari sebuah akun media sosial mengajak Nia untuk menemui Riko di sebuah alun-alun kota Surabaya. Pertemuan itulah yang ternyata membuat Riko dan Nia akhirnya saling jatuh cinta.
Sambil menatap layar ponselnya. "Nomor siapa ini."
Terlihat sebuah pesan singkat tanpa nama masuk ke ponsel Nia. Ada rasa penasaran dalam hati Nia saat melihat pesan tersebut. Pasalnya selama ini dia tidak pernah memberitahukan nomor ponselnya kepada siapa saja.
"Maaf ini dengan siapa?" tanya Nia dalam sebuah pesan singkat.
"Ini aku. Riko, bagaimana kabarmu?" jawab Riko sambil memberikan emoticon senyum.
"Riko! Bagaimana dia bisa tahu nomorku?" ucap Nia sambil menatap layar ponselnya.
"Baik. Kamu tahu nomor ponselku dari mana?" tanya Nia dengan rasa penasaran.
"Dari Novi, aku sengaja meminta nomer mu karena aku ingin mengenalmu lebih dekat," jawab Riko.
Hubungan yang berawal dari sebuah pesan singkat itu kini berubah menjadi hubungan di dunia nyata. Riko yang saat itu tinggal di kota Surabaya kini sering mengunjungi Nia yang saat itu tinggal di kota Malang. Hingga suatu hari Riko yang berusia 5 tahun lebih tua dari Nia mengajak gadis remaja tersebut ke sebuah losmen yang ada di kota itu.
"Kenapa kita ke sini, Mas?" tanya Nia yang sambil melihat ke sekeliling losmen.
"Aku hanya ingin istirahat sebentar saja, perjalanan dari Surabaya ke Malang benar-benar membuatku lelah." Riko terlihat langsung berjalan ke arah sebuah kamar.
Nia yang sangat mencintai sang kekasih tidak menaruh curiga atas ajakan Riko. Setelah keduanya masuk Riko pun langsung mengunci pintu kamar. Perlahan Riko menghampiri Nia yang saat itu duduk di tempat tidur sambil memperhatikan seisi kamar.
"Nia, apa kamu mencintaiku?" tanya Riko sambil menggegam tangan Nia.
"Aku sangat mencintaimu, Mas. Tapi ...."
"Tapi apa, Nia?" tanya Riko dengan penasaran.
Entah setan apa yang merasuki Riko siang itu, hingga dia tega merusak masa depan gadis yang dicintainya. Riko yang sudah terbawa nafsu setan langsung mengulum bibir ranum Nia dengan lembut. Kedua tangan yang sejak tadi mengegam tangan Nia perlahan lepas dan kini mulai meremas kedua bukit kembar Nia.
"Jangan, Mas!" perintah Nia sambil melepaskan tangan Riko dari dadanya.
"Kenapa, Nia? Bukankah kamu mencintaiku," tanya Riko sambil menatap kedua mata Nia.
"Aku memang mencintaimu, Mas. Tapi bukan begini cara ku untuk menunjukkan rasa cintaku, lagi pula aku takut jika apa yang kita lakukan ini akan membuatku hamil."
"Kamu tenang saja, Sayang. Aku janji akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi padamu," bisik Riko yang langsung kembali mengulum bibir Nia.
Siang itu menjadi hari yang panas bagi Riko dan Nia. Cumbuan, belaian dan kecupan di berikan Riko pada setiap lekuk tubuh Nia. Nia yang awalnya berusaha menolak kini mulai merasakan kenikmatan yang diberikan sang kekasih.
Desahan kenikmatan mulai terdengar dari mulut kedua anak manusia itu. Sprei putih dan kamar losmen yang sempit menjadi saksi bisu hilangnya kesucian Nia. Bercak darah menjadi tanda robeknya kesucian Nia siang itu. Hampir tiga puluh menit keduanya larut dalam percintaan panas, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.
***
Sambil menatap ke arah tespek yang ada di tangan. "Ya ampun ternyata aku positif hamil! Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan sekarang."
Nia yang mengetahui jika dirinya hamil langsung menghubungi Riko dan memintanya untuk bertanggung jawab. Beruntungnya Riko yang mendengar berita kehamilan sang kekasih langsung bersedia tanggung jawab. Siang itu, Riko sengaja datang ke rumah Nia untuk bertemu dengan orang tua sang kekasih.
Dengan wajah takut dan gugup Riko dan Nia akhirnya menceritakan kehamilannya kepada mereka. berita kehamilan Nia jelas saja membuat orang tuanya marah besar. Terlebih Ayah Nia, dengan cepat dia langsung berdiri dan menampar pipi sang putri.
"Dasar anak tidak tahu diri! Bisa-bisanya kamu melemparkan kotoran di wajah kami," bentak Budi sambil menatap wajah Nia dengan penuh amarah.
"Ampuni Nia, Ayah. Nia benar-benar khilaf," jawab Nia sambil menangis.
"Maaf, Pak. Masalah ini bukan kesalahan Nia, ini semua salah saya karena saya tidak bisa mengendalikan hawa nafsu saya," ucap Riko sambil memeluk pundak Nia.
Kehamilan itulah yang akhirnya membuat Nia terpaksa dikeluarkan dari sekolahnya dan menikah dengan Riko. Setelah pernikahan Riko dan Nia dilakukan secara sederhana. Riko pun akhirnya mengajaknya untuk tinggal bersama keluarga besarnya.
Hampir satu jam Nia melamun mengingat masa lalu yang pahit. Hingga tiba-tiba dia dikejutkan dengan bentakan sang suami yang baru saja datang. Nia yang baru sadar dari lamunan panjangnya terlihat terkejut saat melihat Riko sudah berdiri di hadapannya.
"Nia! Dasar tuli, apa kamu tidak ada pekerjaan lain selain melamun dan menangis! " bentak Riko sambil menendang kaki sang istri.
"Maaf, Mas. Aku hanya berpikir apa yang harus kita lakukan nanti," jawab Nia sambil mengusap air matanya.
"Dimana-mana orang itu bergerak, bukan melamun. Kalau hanya melamun dan menangis itu tidak akan menyelesaikan masalah. Sekarang lebih baik kamu cepat kemasi barang-barang kita!" perintah Riko dengan nada tinggi.
"Berkemas! Memangnya kita mau pergi kemana?" tanya Nia penasaran.
"Sudah kamu tidak perlu tahu, lebih baik cepat bereskan semua barang-barang kita!" ucap Riko sambil duduk di lantai.
Bab 1 Satu
22/01/2024
Bab 2 Dua
22/01/2024
Bab 3 Tiga
22/01/2024
Bab 4 Empat
22/01/2024
Bab 5 Lima
22/01/2024
Bab 6 Enam
22/01/2024
Bab 7 TUJUH
22/01/2024
Bab 8 Delapan
22/01/2024
Bab 9 Sembilan
22/01/2024
Bab 10 Sepuluh
22/01/2024
Bab 11 Sebelas
22/01/2024
Bab 12 Dua Belas
22/01/2024
Bab 13 Tiga Belas
22/01/2024
Bab 14 Empat Belas
22/01/2024
Bab 15 Lima Belas
22/01/2024
Bab 16 Enam Belas
22/01/2024
Bab 17 Tujuh Belas
22/01/2024
Bab 18 Delapan Belas
22/01/2024
Bab 19 Sembilan Belas
22/01/2024
Bab 20 Dua Puluh
22/01/2024
Bab 21 Dua Puluh Satu
07/02/2024
Bab 22 Dua Puluh Dua
09/02/2024
Bab 23 Dua Puluh Tiga
12/02/2024
Bab 24 Dua Puluh Empat
19/02/2024
Bab 25 Dua Puluh Lima
21/02/2024
Bab 26 Dua Puluh Enam
23/02/2024
Bab 27 Dua Puluh Tujuh
26/02/2024
Bab 28 Dua Puluh Delapan
28/02/2024
Bab 29 Dua Puluh Delapan
01/03/2024
Bab 30 Tiga Puluh
03/03/2024
Bab 31 Tiga Puluh Satu
05/03/2024
Bab 32 Tiga Puluh Dua
07/03/2024
Buku lain oleh putri rahmania
Selebihnya