Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dinikahi Om Bujang

Dinikahi Om Bujang

putri rahmania

5.0
Komentar
1.3K
Penayangan
20
Bab

Kisah ini sengaja saya ambil dari kisah dan penggalaman pribadi saya sendiri. Bukan untuk membuka aib, tapi saya ingin mengatakan kepada dunia jika perbedaan usia, status dan jabatan bukanlah jaminan jika sebuah rumah tangga akan bahagia. Yang di butuhkan adalah saling terbuka, kejujuran dan saling sadar jika kehadiran kita untuk pasangan adalah untuk melengkapi kekurangan pasangan kita. Disini saya ingin menunjukkan bagaimana perjuangan suami saya dalam mengajarkan islam dan membantu saya memulai kehidupan yang baru. Sosok wanita yang sama sekali tidak menggenal islam bahkan nekad keluar dari islam kini sedikit lebih tahu tentang islam. Serta seberapa sabar suami saya menghadapi cemooh keluarganya tentang masa lalu saya dan bagaimana kuatnya dia bertahan merawat saya yang sedang sakit sampai saat. Semoga segala lelah dan kerja keras para suami bisa di balas dengan pahala serta kesehatan dan rejeki yang berlimpah.

Bab 1 Satu

"Tidak! Papa tidak akan merestui hubunganmu dan Fian, dia itu lebih pantas jadi Paman untuk mu daripada seorang suami!" bentak Arman kepada putrinya yang bernama Laras.

"Tapi Pa, Laras sangat mencintai Fian, Laras mohon restui pernikahan Laras dan Fian," ucap laras sambil merengek.

"Laras, pernikahan bukan hanya tentang cinta Nak, namun juga soal tanggung jawab sekarang kamu lihat di usianya yang hampir menginjak kepala empat saja dia hanya bekerja sebagai seorang tukang, apa kamu yakin dia bisa membahagiakanmu," jelas sang mama sambil membelai rambut Laras.

"Benar apa yang diucapkan Mama mu, dia tidak akan bisa memenuhi kewajibannya sebagai suami yang baik," timpal sang papa sambil menoleh ke arah Laras.

"Kenapa kalian harus memandang semuanya dari materi, bukankah kita juga bukan orang kaya, bahkan untuk makan saja terkadang tidak ada," tanya Laras kepada orang tuanya.

"Justru karena kita orang miskin Mama dan Papa ingin kamu bisa mendapatkan laki-laki yang kaya, agar kita bisa memperbaiki perekonomian keluarga kita," jawab Sophia kepada Laras.

Laras yang marah kepada orang tuanya langsung berjalan menuju ke arah kamar. Dia tidak menyangka orang tuanya bisa mempunyai pikiran yang jahat buat jodoh Laras di masa depan. Di ruang tamu Arman dan Sophia mulai mencari jalan keluar atas permasalahan Laras dan Fian.

"Apa yang harus kita lakukan Mas, aku yakin kita akan susah menjauhkan Laras dari Laki-laki tua itu," ucap Sophia kepada Arman.

"Besok aku akan coba menemui Fian di tempat kerjanya dan memintanya untuk menjauhi Laras," jawab Arman sambil duduk di samping sang istri.

Kehidupan Laras dan keluarganya jauh dari kata cukup. Namun, orang tua Laras ingin mendapatkan seorang menantu yang kaya agar kelak bisa merubah perekonomian mereka. Keesokan harinya Arman menemui Fian di tempat kerjanya, dengan berbekal secarik kertas yang dia dapatkan saat Fian datang ke rumahnya untuk melamar Laras.

"Permisi, apa Fian hari ini masuk kerja?" tanya Arman kepada salah satu pegawai Fian.

"Fian, ada sebentar saya panggilkan," jawab sang karyawan sambil masuk ke dalam bengkel.

"Bos ... ada yang mencari!" teriak sang karyawan saat melihat Fian berjalan di depannya.

"Bos, apa jangan-jangan ... ah tidak mungkin dia pemilik bengkel ini," batin Arman saat mendengar sang karyawan memanggil Fian dengan panggilan bos.

"Selamat siang Pak," sapa Fian dengan lembut.

"Siang, saya mau berbicara sebentar denganmu," ucap Arman dengan tegas.

"Oh iya, lebih baik kita bicara sambil makan di warung makan situ saja pak," ajak Fian sambil menunjuk ke arah sebuah warung makan.

Setelah memesan beberapa makanan untuk mereka, Arman mulai menjelaskan maksud dan tujuannya menemui Fian. Sebenarnya Fian tahu apa yang akan dibicarakan Arman kepadanya. Namun, Fian berusaha tetap tenang seolah tidak tahu maksud dan tujuan Arman.

"Saya mau kamu segera menjauhi Laras, kalau perlu kamu keluar dari pekerjaanmu dan pergi dari kota ini," ucap Arman tanpa melihat Fian.

"Memang kenapa Bapak begitu membenci saya," tanya Fian kepada Arman yang terlihat sangat membencinya.

"Kamu lupa umur kalian itu jauh berbeda, kamu lebih pantas menjadi om dari Laras bukan sebagai suaminya, dan kamu juga hanya kuli rendahan, jadi kamu tidak akan mampu membahagiakan putri saya," jawab Arman sambil berdiri dan menatap Fian.

"Kalau menurut saya harta dan usia bukan jaminan suatu kebahagiaan. Namun, kesetian dan perlakuan yang lembutlah yang membuat seseorang bahagia," jawab Fian sambil tersenyum.

"Ah ... tahu apa kamu soal cinta!" bentak Arman kepada Fian.

"Saya memang belum mengerti tentang cinta. Namun, saya jauh lebih paham dari bapak dalam memperlakukan wanita," jawab Fian sambil tersenyum.

Mendengar jawaban Fian yang terdengar seperti merendahkannya Arman pun langsung melangkahkan kakinya keluar dari warung. Fian yang melihat sikap Arman hanya bisa menggelengkan kepala. Tidak berapa lama makanan yang dipesan Fian pun datang.

"Lah, kok Bapaknya pergi ini makanannya gimana Mas," tanya seorang pelayan yang mengantar makanan.

"Bungkus dan kasih kepada pemulung itu, nanti biar saya yang bayar," jawab Fian sambil menunjuk seorang pemulung yang duduk di depan bengkel las miliknya.

"Baik Mas, Bapak tadi benar-benar tidak tahu diri, padahal Mas Fian itu kaya dan baik tapi kenapa ditolak saat mau jadi menantu. Saya saja mau jadi istri Mas Fian kalau diizinkan," ucap seorang pelayan yang memang sangat mengenal Fian.

Fian yang mendengar ucapan sang pelayan hanya tersenyum saat sang pelayan menawarkan dirinya menjadi istri Fian. Kegiatan Fian hanya ada di bengkel sambil mengawasi seluruh karyawannya. Namun, terkadang dia juga pergi ke proyek pembangunan yang sedang ditanganinya, atau terkadang melakukan pertemuan dengan para klien kerjanya.

"Halo, ada apa Ra," ucap Fian setelah mengangkat panggilan telepon dari Laras.

"Aku sekarang ada di masjid Al-Ikhlas, kamu bisa datang kesini secepatnya," jawab Laras sambil terburu-buru.

"Iya aku kesana, tapi apa yang sebenarnya terjadi sampai kamu memintaku untuk ke sana," tanya Fian penasaran.

"Lebih baik kamu kesini, nanti aku jelaskan semuanya," jawab Laras sambil menutup ponselnya.

Fian yang khawatir dengan kondisi Laras pun langsung bergegas menuju masjid Al-Ikhlas. Setelah tiba di masjid Al-Ikhlas Fian kaget saat melihat beberapa orang menunggunya termasuk Laras yang saat itu memakai sebuah baju berwarna putih lengkap dengan hijab dengan warna yang senada. Laras yang melihat kedatangan Fian langsung tersenyum sambil meminta Fian duduk disampingnya.

"Acara sudah bisa kita mulai Pak," ucap Laras kepada salah satu laki-laki yang duduk di hadapannya.

"Acara, memang ada acara apa ini," tanya Fian penasaran.

"Acara pernikahan kita," jawab Laras sambil tersenyum bahagia.

"Pernikahan kita, kamu yakin dengan apa yang kamu lakukan ini, sedangkan orang tuamu saja tidak memberikan restu kepada kita," jelas Fian kepada Laras.

"Mas, hanya ini yang bisa kita lakukan, aku yakin setelah kita sah menjadi suami istri Papa dan Mama akan memberikan restunya kepada kita," jelas Laras kepada Fian.

"Apa kamu yakin mereka akan merestui kita," tanya Fian seolah masih ragu dengan keputusan Laras.

"Aku yakin, kamu mau 'kan Mas," tanya Laras dengan tatapan penuh harap.

Fian yang mendengar penjelasan Laras tentang pernikahan secara agama yang dia siapkan hanya terdiam. Dia tidak menyangka jika gadis yang ada di hadapannya ini akan senekat itu dalam mengambil keputusan. Laras yang melihat Fian melamun langsung menepuk pundak kekasihnya dengan lembut.

"Mas, kok malah ngelamun!" teriak Laras pelan.

"Mas tidak tahu Ra, apa ini jalan yang tepat buat kita untuk bersama," jawab Fian kepada Laras.

"Kamu benar-benar mencintaiku kan Mas," tanya Laras saat dia melihat keraguan di mata Fian.

"Ya Allah apa yang harus aku lakukan sekarang, apa mungkin aku harus menikahi gadis ini walaupun tanpa restu dari orang tuanya," batin Fian sambil menatap wajah laras.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh putri rahmania

Selebihnya
Tumbal Rumah Bersalin

Tumbal Rumah Bersalin

Horor

5.0

Warni adalah seorang bidan yang terkenal baik dan ramah di Desa Tlogo Ungu. Akibat keramahannya itu banyak wanita hamil yang merasa nyaman memeriksakan kehamilannya di rumah bersalin yang dibuka Warni 2 tahun yang lalu. Namun, siapa sangka di balik keramahan dan kebaikan yang diberikan Warni tersimpan sebuah rahasia yang tidak diketahui orang lain. Warni yang dulunya hanya putri seorang petani miskin di desa Tlogo Ungu kerap mendapat hinaan dari warga desa. Bahkan sampai dia berhasil menjadi seorang bidan pun warga desa masih tetap menganggapnya rendah, serta menolak memeriksakan kehamilannya kepada Warni. Mereka rela berjalan jauh ke kota demi memeriksakan kandungannya, bahkan tak jarang Warga desa menghadang pasien dari luar desa yang ingin ke tempat prakteknya. Warni yang sakit hati, serta khawatir jika usaha yang di bangunnya bangkrut memutuskan untuk melakukan pesugihan siluman ular putih dengan bantuan temannya yang bernama Romlah. Siluman ular putih yang kerap dipanggil Nyai Sukma bersedia membantu Warni dalam mendapatkan pundi-pundi kekayaan. Namun, Nyi Sukma meminta Warni untuk menyiapkan satu wanita yang melahirkan pada kamis malam jumat kliwon, serta untuk tumbal pertama Warni harus bersedia menyerahkan bayi yang baru saja dilahirkannya kepada Nyai Sukma sebagai pembukaan. Bersediakah Warni menyerahkan anak pertamanya sebagai tumbal, lalu apa saja yang dialami Warni setelah menyetujui perjanjiannya dengan Siluman ular putih tersebut?

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku