Seatap Dengan Maduku
bahagia seakan sirna dalam pikirannya. "Tega sekali kamu, Mas. Apa kamu tidak berpikir tentang perasaanku saat ini," ucap Laila sambil terus menangis. Tidak ada yang bisa dia katakan saat ini. Han
a melamarmu untuk menjadi menantu apa kamu bersedia?" tanya Ajeng hingga membuat Laila terkejut. "Maaf, Nyonya bukannya saya menolak. Tetapi apa pantas pembantu miskin seperti saya bersanding dengan putra Nyonya yang kaya dan tampan," ucap Laila yang terlihat malu. Sambil terlihat berpikir. "Kalau aku rasa, kamu sangat cocok untuk Yoga putra ku." Mendengar jawaban Ajeng, Laila hanya bisa tertawa. Dia terlihat tidak menanggapi ucapan sang majikan dengan serius. Dia hanya menganggap apa yang dikatakan Ajeng hanyalah sebuah gurauan belaka. *** Hingga suatu malam, Ajeng yang belum bisa memejamkan mata memutuskan untuk ke ruang kerja Yoga. Dengan perlahan dia mulai menjalankan kursi rodanya ke arah ruang kerja sang putra. Yoga yang saat itu sedang sibuk di depan laptopnya terlihat terkejut saat melihat sang ibu sudah ada di hadapannya. "Mama! Kenapa Mama belum tidur?" tanya Yoga sambil menutup layar laptopnya dan berjalan ke arah Ajeng. "Mama tidak bisa tidur, sepertinya Mama sedang merindukanmu. maka dari itu Mama putuskan untuk kemari," jawab Ajeng sambil tersenyum. "Tapi kenapa Mama kesini sendirian? Bukankah sudah ada Laila yang seharusnya menemani Mama. Tapi Mama tidak perlu khawatir besok aku akan beritahu Laila agar tidak meninggalkan Mama sendirian lagi," ucap Yoga sambil mengecup kening sang ibu. Yoga memang sangat menyayangi sang ibu. Bahkan saat sang ayah meninggal Yoga begitu sangat memperhatikan Ajeng. Hal itu dilakukan agar Ajeng bisa melupakan rasa rindunya kepada almarhum suaminya. "Jangan, Nak. Jangan kamu marahi Laila, Mama memang sengaja kemari tanpa menekan tombol bel. Karena ada hal penting yang ingin Mama katakan kepadamu," jawab Ajeng sambil menggenggam tangan Yoga. "Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita bicara di sofa." Yoga mulai mendorong kursi Roda Ajeng menuju sofa. Sesaat Ajeng terlihat tersenyum melihat wajah Yoga yang ada di hadapannya saat ini. Dia tidak menyangka jika putra kecilnya yang dulu begitu manja kini telah tumbuh menjadi laki-laki yang tamp