Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Malam ini terlihat sangat cerah dengan di penuhi bintang. Karena malam kali ini tidak hujan, seorang gadis melangkahkan kakinya keluar dari resto ternama. Dia membungkus banyak sekali makanan yang baru saja ia beli.
Rencananya Dara akan makan malam bersama kekasihnya di apartemen sang kekasih. Wajahnya terlihat cantik dengan senyum mengembang. Dia adalah Aldara Valerie Harlyn, atau biasa di sapa Dara.
Wajahnya yang cantik dengan postur tubuh yang sangat ideal, dia mewarnai rambutnya dengan warna medium brown. Dara sedang menempuh perkuliahan di salah satu kampus ternama di kotanya. Dara memiliki kekasih, tetapi sang kekasih berbeda kampus dengannya.
“Martin pasti sangat senang aku membawa makanan kesukaannya kali ini.” Senyum cantiknya sangat indah. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terfokus dengan senyum manisnya. Dengan hati sangat gembira ia menyalakan mobil lalu melajukannya dengan kecepatan sedang.
Memakan waktu sekitar 45 menit, akhirnya dirinya sampai di apartemen yang dia tuju. Apartemen itu adalah apartemen kekasihnya, sudah biasa kalau Dara datang ke sana. Ia melangkahkan kakinya lalu menuju lift untuk ke lantai atas.
Tiing …
Lift terbuka Dara segera ke luar dan menuju kamar Martin. Sesaimpainya di depan pintu, Dara menekan sandi yang ada di sana. Karena seringnya dia datang ke sana, sampai-sampai dirinya tahu kunci sandi kamar Martin.
Kamar yang di sewa Martin sangat luas, bahkan kamar tersebut memiliki dua lantai. Dara meletakkan semua makanan itu di meja makan, suasana terlihat sangat sepi. Dara berpikir mungkin saat ini Martin tengah ketiduran.
Dara berjalan ke arah kamar tidur Martin, samar-samar terdengar suara yang mengganggu pendengarannya. Dara menempelkan telinganya pada pintu untuk memastikan apa yang dia dengar tidaklah salah. Ternyata yang dia dengar adalah suara-suara lenguhan dan desahan berasal dari dalam.
Degh … detak jantungnya berdegup kencang mendengar suara-suara itu. Dara mempersiapkan hatinya apa pun yang akan terjadi nanti, Dara mencoba membuka pintu tersebut. Dan ternyata kamar tersebut tidak terkunci, matanya melebar saat mengetahui jika Martin bermain gila dengan wanita lain.
“Martin!” teriaknya menggelegar di sana. Martin dan wanita yang ada di sana kelabakan menutupi dirinya dengan selimut karena tidak menggunakan pakaian sama sekali.
“Jadi ini yang kau lakukan, hah!” bentaknya pada Martin. Air matanya mulai bercucuran karena mengetahui fakta yang sangat menyakitkan di depan mata kepalanya sendiri. Bagai di sambar petir di siang bolong, sudah susah payah dia datang ke sana membawa banyak makanan berniat makan malam bersama, tetapi ia justru melihat penghianatan di depan matanya.
Bahkan yang dia lihat saat ini benar-benar menyakiti hatinya. Dara tidak menyangkah jika dia melihat kekasihnya itu tengah berhubungan badan dengan wanita lain. Lebih parahnya lagi, ternyata wanita itu masih satu kampus dengan Dara. Wanita itu menganggap Dara adalah rivalnya, karena Dara selalu unggul dari pada dirinya.
Martin menunjukkan wajah tidak bersalahnya di sana. “Memangnya kenapa? Apa menjadi masalah untukmu?” Martin justru membuat Dara semakin emosi di sana.
“Brengsek, kau Martin! Jadi ini yang kau lakukan di belakangku? Lalu bagaimana dengan semua janji dan ucapanmu padaku, hah!” Dara berteriak dengan air mata yang bercucuran. Martin beranjak berdiri dan mendekat ke arah Dara, tak lupa jika dia memakai celana pendek terlebih dulu.
“Heh, itu waktu dulu, bukan sekarang jadi beda lagi,” ucap Martin dengan meremehkan Dara di sana.
Plaak …
Dara langsung saja menampar pipi Martin dengan keras. “Jika itu hanya sekedar omong kosongmu untuk apa kau juga melakukan hal itu padaku? Di mana janjimu yang akan mempertanggung jawabkan perbuatanmu padaku?” Dara terlihat sangat marah di sana.
“Apa yang aku lakukan padamu selama ini kurang untukmu, hah? Apa semua pengorbanan dan perjuanganku kurang di matamu?” sambungnya dengan berteriak, Dara mengeluarkan semua emosinya.
“Jadi kau selama ini menganggap remeh diriku, bahkan kau tidak menepati semua janjimu. Kau benar-benar brengsek Martin!” Dara ingin melayangkan tamparan lagi ke arah Martin, tapi tangannya sudah di cekal terlebih dulu oleh Martin. Wanita yang bersama Martin saat ini hanya memutar kedua bola matanya malas melihat pertengkaran yang ada di depannya.
“Diam dan jangan pernah berteriak di depanku! Bukankah kau juga menikmatinya waktu itu, kenapa kau harus marah sekarang?” Martin menghempaskan tangan Dara dengan sedikit kasar.
“Jika aku tahu kau sebrengsek ini, aku tidak akan memberikan kehormatanku padaku. Mana semua janji dan omong kosongmu itu, mana! Kau tak lebih dari seorang pengecut. Kembalikan apa yang sudah kau ambil dariku, kembalikan!” Dara berteriak dengan kencangnya di sana.
“Dan kau wanita tidak tahu malu, enyah kau dari sini!” Dara mendekat dan menyeret paksa wanita itu di sana.
“Auh … lepaskan tanganmu dariku," ringis Wanita itu. Martin yang melihat Dara menyeret wanita itu pun menghentikan dan melepaskan tangan Dara.