Brumm ... Brumm ... Brumm ...
Suara motor saling bersahut-sahutan. Beberapa motor itu telah berjejer rapi di depan sang wasit.
"Ayo, Cinta. Kamu pasti menang, Sayang!"
Cinta menoleh ke arah suara, dia tersenyum tipis di balik helmnya. Farel, kekasihnya selalu memberikan support untuknya.
"Tiga ... dua ... satu, go!"
Semua motor pun saling melaju, mencari posisi agar menjadi yang terdepan. Cinta salah satunya. Wanita itu sangat lihai mengendarai motornya, menyalip beberapa motor, dan kini posisinya berada yang paling terdepan.
Cinta berteriak senang. Tidak ada yang bisa menandinginya, selama ini dialah yang selalu menjadi nomor satu, walaupun hanya dia sendiri sebagai wanita.
Ponsel Cinta terus berdering membuat Cinta menggeram kesal. Sedikit lagi dia akan mencapai finish, tapi ponselnya terus saja berdering, membuat Cinta mengumpat keras.
Cinta menoleh ke belakang, motor yang lainnya masih jauh, bahkan tak terlihat. Dengan buru-buru Cinta mengeluarkan ponselnya yang berada disaku celananya. Cinta mendengkus keras ketika ayahnya yang meneleponnya.
"Halo," jawab Cinta dengan malas.
"Kamu di mana? Ini sudah malam. Pulang cepat!" bentak Ricko dari seberang sana.
Cinta memutar bola matanya malas.
"Aku sibuk!" jawab Cinta ketus.
"Pokoknya Ayah bilang pulang ya pulang. Kamu itu perempuan, nggak baik keluyuran malam-malam! Ayah tunggu kamu di rumah, setengah jam belum pulang, siap-siap saja uang sakumu Ayah tahan."
"Yah, jangan gitu dong-- ah, sial!" decak Cinta ketika sambungan telepon itu terputus.
Cinta melihat sudah banyak motor yang berlalu lalang, rasanya juga percuma jika dia akan melanjutkan, karena Cinta yakin pasti dia akan kalah. Daripada dia menanggung malu, lebih baik dia berputar arah, mencari jalan pintas agar tak ada yang melihatnya.
Sepanjang perjalanan, Cinta selalu mengumpat keras, bagaimana tidak, ayahnya menggagalkan rencananya yang sudah dia rencanakan secara matang-matang. Rasanya sia-sia karena dia sudah bekerja dengan keras, dan sialnya perjuangannya seketika lenyap karena telepon dari ayahnya.
Harusnya tadi Cinta mematikan ponselnya agar tak ada yang mengganggu konsentrasinya, nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi, apa boleh buat.
Kini Cinta sudah berada di depan rumahnya, berkali-kali wanita itu menghela napas panjang, entah kenapa ketika ingin memasuki rumah itu membuat hatinya sedih.
Sedih karena tak ada lagi omelan bundanya yang setiap hari dia dengar. Sedih karena tak ada lagi senyuman hangat dari sang ayah, dan juga sedih karena saat ini ada orang asing yang tengah berbahagia di atas penderitaannya.
Cinta menundukkan kepalanya, berusaha untuk menyemangati dirinya sendiri bahwa dia adalah wanita yang kuat. Masuk ke rumah ini berarti dia harus kuat mental, siap mendapat tatapan sinis dari ayahnya, siap mendapat cemoohan dari mama sambungnya, dan juga siap difitnah oleh saudara tirinya.
Cinta kembali menatap lurus ke depan, berjalan mendekat menuju ke arah pintu, kemudian membuka pintu itu secara perlahan.
Sudah dia duga, ayahnya sedang berdiri tak jauh dari hadapannya dengan melipatkan kedua tangannya, akan tetapi saat ini ayahnya tidak sendiri, ada seorang pria yang Cinta tidak kenal.
Tatapan Cinta dan pria itu pun bertemu, pria itu tersenyum lebar pada Cinta, sedangkan Cinta melengos.
"Aku sudah pulang," ujar Cinta pelan.
"Kamu terlambat 45 menit, sesuai perjanjian, uang saku akan Ayah potong!" tandas Ricko.
Cinta menatap Ricko dengan tajam seraya tersenyum kecut. Wanita itu menganggukkan kepalanya berkali-kali.
/0/3334/coverorgin.jpg?v=6e6d8f37662ef09cd884581b5c644618&imageMogr2/format/webp)
/0/22027/coverorgin.jpg?v=810f027801007e6bcf6025a1f3d067a7&imageMogr2/format/webp)
/0/2941/coverorgin.jpg?v=a113f933c51b68be507cce6d077e3c5a&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=10956731975730da070c19fa4f539b70&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/17149/coverorgin.jpg?v=9e8822e567909a5e504ab1ee583fe92b&imageMogr2/format/webp)
/0/5487/coverorgin.jpg?v=5f14fba69636ed885f8b73f7a02fe96c&imageMogr2/format/webp)
/0/4586/coverorgin.jpg?v=651c662242c05b47245fd41f214c5dc9&imageMogr2/format/webp)
/0/8922/coverorgin.jpg?v=122f60a4aa4007bf4763bc7735e28281&imageMogr2/format/webp)
/0/18873/coverorgin.jpg?v=b8baa94752614edd376b3e18297a1c9e&imageMogr2/format/webp)
/0/3872/coverorgin.jpg?v=e9a4e6acc2dfae4e5b73afa34ec542aa&imageMogr2/format/webp)
/0/6494/coverorgin.jpg?v=d70cbc9e0fbe54e08469c203f165324f&imageMogr2/format/webp)
/0/12755/coverorgin.jpg?v=135a08759123fe0a19a4ab0cfd36ba9f&imageMogr2/format/webp)
/0/15253/coverorgin.jpg?v=c790210f59dd4348ce7d1581af7affd7&imageMogr2/format/webp)
/0/21861/coverorgin.jpg?v=0f4e65363e281e89be22227c20075f20&imageMogr2/format/webp)
/0/27610/coverorgin.jpg?v=17f2e21dd63b76cc4d0bfc788cd8d79d&imageMogr2/format/webp)