/0/24661/coverorgin.jpg?v=629f8f88baba399a125ab8ef389ce989&imageMogr2/format/webp)
Bara Alexander Rodriguez, seorang CEO muda, gagah dan tampan. Ia merupakan idaman bagi setiap wanita. Namun, siapa sangka, di balik namanya yang melejit sebagai seorang pengusaha muda berbakat, Bara tak pernah sekali pun menjalin hubungan dengan wanita. Ia dijuluki berhati batu, bahkan Monica yang seorang model pun, tak mampu meluluhkan hatinya. Bara terlalu fokus dengan karirnya, semua waktunya hampir ia gunakan untuk memajukan bisnis konstruksi perusahaan keluarganya, Rodriguez Corporation.
Siang ini Bara berjalan tergesa memasuki Kafe untuk bertemu dengan klien. Namun, ia malah menabrak seseorang hingga terjatuh.
Bara langsung berjongkok melihat keadaan gadis bersuarai hitam sepunggung itu. Ringisan kecil keluar dari bibirnya.
"Maafkan saya, apa kau baik-baik saja?" tanya Bara sopan.
Gadis itu mendongak lalu mengumbar senyum manis pada Bara. Detak jantung Bara berdebar kuat saat lesung di pipi kanan gadis itu terlihat jelas. Bara terpana dengan kecantikannya.
Bara sadar, ada yang salah dalam dirinya. Gelora pertama yang ia rasa.
Bagaimana dia bisa melakukan ini? batin Bara heran.
"Aku baik-baik saja, aku hanya terkejut," jawab Sheila pelan membenarkan tas slempangnya. Ia berdiri diikuti Bara.
Sheila menatap Bara lekat seakan terhipnotis dengan penampilan rapi dalam balutan jas hitam itu. Tubuh tinggi dengan badan tegap, rahang tegas, dan tatapan matanya mendebarkan.
Penampilan fisiknya benar-benar mengesankan bagi Sheila. Hingga Sheila sadar, ia sampai tak berkedip saking kagumnya.
"Saya terlalu terburu-buru, hingga saya tidak menyadari keberadaanmu," jelas Bara lembut, rasanya baru kali ini Bara mengucapkan nada sehalus ini.
Sheila mengangguk. "Iya, aku mengerti. Tidak apa-apa. Kalau begitu aku pergi, ya." Sheila mulai melangkah meninggalkan Bara.
"Tunggu," sergah Bara ketika Sheila telah berjarak lima langkah darinya.
Sheila berbalik badan dengan cepat. Ia menunggu ucapan Bara selanjutnya. Bara tak kunjung berucap membuat Sheila dilanda kegugupan karena tatapan mata Bara seolah tengah menelanjanginya.
"Ada apa?" tanya Sheila memberanikan diri.
"Siapa namamu?" Rasa penasaran terpancar dari sorot mata Bara.
Sheila tampak berfikir, ide jahil muncul di kepalanya. Lalu Sheila tersenyum simpul, ia mengucapkan namanya tanpa suara.
Bara mengernyit, mencoba mengejanya, ia gemas saat Sheila mengulanginya beberapa kali. Pergerakan bibir mungil itu membuat Bara ingin menarik pinggang ramping itu lalu melumat habis bibir ranumnya.
"She ... ila," gumam Bara. Kebahagiaanya kian membuncah ketika Sheila mengangguk, pertanda mengiyakan.
Sebelumnya, tidak pernah terasa begini. Debaran di dadanya terasa menyenangkan, wajah Sheila yang terlihat polos membuat Bara ingin melindunginya.
Mendekapnya erat dan keduanya menghabiskan waktu bersama. Namun, itu masih sebatas khayalan tapi sudah membuat Bara terlena dalam imajinasi liarnya.
"Dia dengan mudahnya meruntuhkan pertahanan hati ini, apa mungkin dia yang aku cari?" Bara bertanya pada dirinya sendiri. Dari banyaknya wanita yang Bara temui, hanya Sheila yang dengan mudah membuatnya terobsesi untuk memiliki.
Bara menyeringai, "Sheila, aku akan membawamu jatuh dalam pelukanku," tekad Bara penuh ambisi.
Pintu ruangannya terketuk berulang-ulang, membuat bayangan Bara tentang Sheila buyar.
"Masuk," titah Bara dengan suara baritonnya. Pria itu dengan cepat merubah raut wajahnya menjadi datar dan terkesan dingin.
Bryan berdiri di depan meja dengan tumpukan berkas di tangannya.
"Ada beberapa dokumen yang harus anda tanda tangani, Pak," ucap Bryan menaruh berkas bawaannya di meja Bara.
Bara memajukan kursi lalu memeriksanya teliti. Ia lantas membubuhkan tanda tangannya. Bryan yang melihat Bara selesai langsung mengambilnya kembali.
"Kalau begitu, saya permisi," pamit Bryan membungkukan badan dan keluar.
Bara mengangguk, ia berdiri seraya melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Pikirannya tidak fokus, Bara harus menggali informasi tentang Sheila secepatnya.
Bara berjalan melewati mejanya, ia tidak sengaja menginjak sebuah dompet berwarna coklat tua. Dahi Bara mengernyit lalu mengambilnya.
Kedua mata Bara memandang remeh.
"Jelek sekali seleranya," desis Bara mengamati penampilan dompet itu. Tangan Bara tergerak untuk melihat isinya. Pupil matanya melebar saat foto gadis yang terus membekas di ingatannya ada di sana. Sheila tengah tersenyum manis bersama Bryan. Terasa begitu dekat dan bahagia.
"Ada hubungan apa Bryan dan Sheila?" geram Bara, darahnya seakan mendidih disertai emosi yang bergolak.
"Permisi." Bryan datang lagi mengetuk pintu.
"Masuk!" seru Bara dengan tatapan tajam yang menusuk manik mata Bryan.
Bryan menelan ludahnya kasar merasakan aura gelap yang menguar dari diri Bara. Apalagi pandangan Bara yang seakan ingin membunuhnya.
Tujuan Bryan datang kemari adalah untuk memastikan. Apakah dompet miliknya terjatuh di sini atau tidak. Rupanya memang benar, saat ia melihat Bara memegangnya.
"Maaf Pak, itu dompet saya," ucap Bryan.
"Siapa perempuan ini?" tanya Bara langsung pada inti.
"Dia calon istri saya," jawab Bryan sungguh-sungguh.
Bara syok mendengarnya, ia bagai tersambar petir. Baru saja ia akan mengincar Sheila tapi, kenapa semuanya seperti ini? Bara tidak rela jika Sheila bersama dengan Pria selain dirinya. Tidak boleh!
Bryan merogoh sakunya setelah merasakan getaran ponselnya. Bryan mendapati pesan masuk dari adiknya yang mengatakan jika ibunya jatuh di kamar mandi dan sekarang dirawat di rumah sakit. Dokter harus segera melakukan tindakan operasi karena ibunya mengalami stroke.
Bryan menatap ragu pada Bara, ia gugup sekarang. Pria itu menghela napas panjang menenangkan dirinya.
/0/12866/coverorgin.jpg?v=fdaf1540e18d535e1b557aba64423218&imageMogr2/format/webp)
/0/16489/coverorgin.jpg?v=73ac4c0568650c835ab9b20f414303ae&imageMogr2/format/webp)
/0/19297/coverorgin.jpg?v=cf1bfa86e0d2bfea63bdb4e8b3047da8&imageMogr2/format/webp)
/0/21678/coverorgin.jpg?v=7ee98420483437b5ddbd0fba7118e8be&imageMogr2/format/webp)
/0/18318/coverorgin.jpg?v=61ea63f2eead9255a5b8aea2dcc3793e&imageMogr2/format/webp)
/0/5575/coverorgin.jpg?v=fc1b12f1b88558f4d5c99de4fc26d905&imageMogr2/format/webp)
/0/5134/coverorgin.jpg?v=e4a5e42f64bc6c2ddd68a5a988c91550&imageMogr2/format/webp)
/0/12071/coverorgin.jpg?v=ea52ecc16eceed74de503a6d06454ddc&imageMogr2/format/webp)
/0/5797/coverorgin.jpg?v=c84643e7c71ee55fe97f461f71b19e02&imageMogr2/format/webp)
/0/29532/coverorgin.jpg?v=5fe3aef1084ad9f09bbd727f3be625fb&imageMogr2/format/webp)
/0/18076/coverorgin.jpg?v=61d15d0660a89ec07b8702dd80111e55&imageMogr2/format/webp)
/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
/0/17329/coverorgin.jpg?v=6d94525be778bf5cbcfd24242aae5160&imageMogr2/format/webp)
/0/27795/coverorgin.jpg?v=0afa9402bd1af0c73652b3de5c7588c0&imageMogr2/format/webp)
/0/3875/coverorgin.jpg?v=de24b1b8de202a788994e1db37dbf1b6&imageMogr2/format/webp)
/0/16630/coverorgin.jpg?v=af4949d7071372674c01b7daf4fa5b8a&imageMogr2/format/webp)
/0/7223/coverorgin.jpg?v=4f03b6dd8d7d04688cb9987f4ab747f1&imageMogr2/format/webp)
/0/7540/coverorgin.jpg?v=64ba578be9dfd13513fb31866dbcd0fd&imageMogr2/format/webp)