Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Perjanjian 100 Hari Menikah Dengan Om CEO

Perjanjian 100 Hari Menikah Dengan Om CEO

DLaksana

5.0
Komentar
923
Penayangan
32
Bab

Berawal dari salah naik mobil. Membuat Tiffania Almora harus berurusan dengan Elnathan Devandra—Sang pemilik mobil. Dan sejak itulah. Mereka berdua sering bertemu, sehingga suatu saat Devan tiba-tiba mengajaknya untuk menikah. Demi menghindari perjodohan dari orang tua. Fania akhirnya menerima tawaran pernikahan yang Devan berikan. Dengan syarat pernikahan ini hanya pernikahan kontrak. Selama seratus hari. Maukah Devan menerima tawaran yang dibuat oleh Fania? Apa yang akan terjadi jika cinta tumbuh diantara mereka, di saat pernikahan kontrak mereka terbongkar? Berlanjut atau berpisah.

Bab 1 Salah Naik Mobil

“Sudah Fan, lo sudah minum banyak.” Karina mengambil gelas

kecil di tangan Fania.

“Sekali lagi, Rin. Gue janji ini gelas terakhir.” Fania

memegang gelas dengan erat meski Karina memaksa mengambilnya.

Karina memutar bola matanya. Dia sudah sangat jengah pada

sahabatnya ini.

“Terserah, lo! Kalo sampai ada apa-apa. Jangan bawa-bawa

gue. Gue males berurusan sama bokap, lo!” Karina mengancam Fania. Sedangkan,

Fania hanya tersenyum mengangguk.

Kesadaran Fania sudah sedikit hilang. Ia bahkan sampai

limbung.

“Nah ‘kan!” Karina langsung menangkap tubuh Fania yang mulai

sempoyongan. Karina bahkan sedikit panik, tetapi Fania malah tertawa

terbahak-bahak.

“G**a, lo, ya, Fan. Udah kaya gini masih bisa ketawa-tawa!”

seru Karina terheran.

“Udah, sih. Lo berisik banget. Lo senang lihat gue ketawa apa nangis sih?” sahut Fania.

“Iya, ketawalah. Tapi nggak gini juga, Fan. Makanya dengerin

orang tua kalo ngomong. Riko itu laki-laki nggak bener, udah tau ‘kan kalo dia

buaya darat. Masih aja ke makan omongannya. Heran gue sama lo,” gerutu Karina.

Badannya masih menahan Fania agar tetap berdiri tegak.

Fania terdiam.

“Gue udah berkali-kali ngomong sama lo, tapi nggak pernah di

dengerin. Cinta boleh, tapi g****k jangan,” cecar Karina lagi pada Fania yang duduk

di kursinya kembali.

Fania bukannya menimpali ia malah menangis. Membuat Karina mengusap wajahnya

dengan kasar.

“Maafin gue, Fan. Bukan maksud gue marahin lo. Gue bicara

kaya gitu, itu karena gue sayang sama lo. Gue peduli sama lo, Fan. Gue nggak

suka lihat lo disakiti kaya gini,” ucap Karina. Ia merasa bersalah sudah bicara

berlebihan pada sahabatnya. Namun, ia sendiri geram kepada sahabatnya yang masih

aja mau dikibulin oleh janji manis Riko—mantan kekasih Fania.

“Lo nggak salah, Rin. Lo bener, gue emang g****k. Riko sudah

berkali-kali khianati gue, tapi gue tetep aja percaya sama omongannya. Dan

sekarang gue nggak mau percaya sama Riko lagi. Gue benci sama dia!” Fania

mendongak menatap Karina. Dia langsung memeluk sahabatnya itu.

“Makasih, Rin. Lo baik banget sama gue. Dan lo juga peduli

banget sama gue,” ucap Fania lagi saat memeluk Karina.

Karina menepuk-nepuk punggung sahabatnya. “Iya, Fan. Gue

harap mata hati lo terbuka ya. Gue nggak mau lagi lihat lo kaya gini. Janji?” Karina

melepas pelukannya dan menunjukkan jari kelingkingnya.

“Janji.” Fania menautkan jari kelingkingnya ke jari Karina.

Perasaan Fania langsung lega. Fania juga berharap dirinya

akan lebih baik lagi dalam masalah percintaan. Dan pastinya tidak percaya

dengan janji manis yang Riko berikan padanya.

Ini sudah ke sekian kalinya Riko mengkhianati. Namun,

bukannya Fania meminta putus. Ia malah memaafkan kesalahannya. Dengan berjanji

tidak akan mengulangi lagi.

“Ingat, Fan. Selingkuh itu penyakit. Penyakitnya itu nggak

ada obatnya. Dan yang bisa ngobatin itu hanya dirinya sendiri.” Karina berkata

kembali pada Fania.

“Iya, Rin. Tau kok,” ujar Fania.

“Syukur, deh. Kalo lo tau sekarang.” Karina meminum soda

yang ia pesan. Setelah di tenggak habis dia mengajak Fania pulang.

“Lo mau ikut pulang atau di sini aja?” tanya Karina saat ia

sudah berdiri.

“Ikutlah, tapi kayanya gue nginep di tempat lo, ya. Nggak

mungkin ‘kan kalo gue pulang dengan keadaan begini!” timpal Fania sambil

mencoba berdiri.

“Iyalah, paham. Sini gue bantu berdiri.” Karina mengulurkan

tangannya ke hadapan Fania.

Fania menerima uluran tangan Karina. Lalu mereka berdua

berjalan keluar dari club.

Saat berjalan ke arah pintu keluar. Pandangan Karina melihat

ke arah gerombolan lawan jenis yang sedang bermesraan. Lalu tatapannya tertuju

pada laki-laki yang dia sangat kenali siapa lagi kalo bukan Riko—mantan kekasih

Fania.

Hatinya geram melihat Riko asik merangkul wanita seksi

dengan bercanda tawa.

‘B******k emang tuh laki, jangan harap Fania bisa kembali

sama lo. Nggak akan gue biarkan!’ batin Karina penuh amarah.

Untung saja Fania sedikit kehilangan kesadaran membuat

dirinya hanya fokus berjalan ke depan.

Sesampainya di depan club. Tiba-tiba perut Karina mulas.

“Aduh, Fan. Perut gue mules banget. Lo ke mobil dulu, ya,” ucap

Karina yang langsung diangguki oleh Fania.

“Ya, udah sana. Gue ke mobil sendiri aja.” Fania berkata

pada Karina yang memegang perut.

“Lo yakin bisa ke mobil sendiri?” tanya Karina cemas. Sebab,

Fania berjalan saja tertatih.

“Iya, bisa. Gue masih sadar Karina,” seru Fania melolotkan

matanya ke Karina. “Mobilmu urutan ke berapa?”

“Ketiga!” teriak Karina sambil berlari masuk ke dalam club.

“Iya, oke.” Fania mengacungkan jempolnya. Ia melangkahkan

kakinya ke parkiran.

Namun, saat sudah di parkiran. Ternyata ada dua mobil hitam

yang sama persis dengan mobil milik Karina.

Jika di hitung dari sebelah kanan dan kiri, mobil hitam yang

berjejer itu sama-sama di urutan nomor tiga.

Fania masuk ke mobil hitam sebelah kanan. Kebetulan mobil

tidak terkunci. Membuat dia sangat yakin jika itu mobil milik sahabatnya.

Apalagi Fania tidak paham dengan nomor plat mobil Karina.

Fania yang merasa pusing ia langsung tertidur tanpa melihat isi

dalam mobil itu.

Sedangkan di dalam club seorang laki-laki berbadan

atlentis sedang duduk santai sambil meneguk sebotol wine.

Ketampanan yang dimiliki olehnya membuat banyak wanita

datang menghampiri. Namun, ia tidak menggubris satu pun wanita yang

mendekatinya.

Pikirannya masih kalut dengan masalah yang sedang ia hadapi.

Apalagi seharian ia disibukkan oleh berbagai pekerjaan yang membuat dirinya

semakin terasa letih. Malam pun semakin larut, pria itu berdiri lalu meninggalkan tempat duduknya.

“Sepertinya berendam air panas, enak!” gumamnya dalam

hati. Lalu melangkahkan kakinya menuju parkiran.

Saat sudah sampai di depan mobilnya. Ternyata ia lupa tidak

menguncinya. Ia langsung membuka mobilnya karena takut ada orang yang jahat.

Namun, saat pintu terbuka dia malah dikejutkan oleh seorang

wanita yang tertidur pulas. Ya, wanita itu adalah Fania.

Pria itu mengguncangkan tubuh Fania.

“Hei ... Bangun!” kata pria itu.

Dia bahkan sudah membangunkan dengan guncangan keras. Namun,

usahanya sia-sia. Fania tetap tidak bangun.

“Ah, pasti dia m***k!”

Akhirnya pria itu melajukan mobilnya dan terpaksa membawa

Fania. Padahal ia bisa saja melaporkan ke penjaga club. Akan tetapi, dia

tidak ingin terjadi masalah. Apalagi tampilan Fania saat ini sangat berantakan.

Pasti orang akan curiga padanya.

Mobil hitam melaju meninggalkan parkiran club. Dan

saat mobil itu keluar area parkir. Disitulah Karina keluar dari dalam club.

Karina berjalan tergesa-gesa karena merasa tidak enak

berlama-lama di dalam. Padahal ia sudah keluar dari toilet sedari tadi. Namun,

ia dicegah oleh temannya yang baru datang.

Karina sempat menolak. Akan tetapi, temannya memaksa untuk

berbincang sebentar. Mau tidak mau. Karina mengiyakan.

Karina mempercepat langkahnya menuju parkiran. Saat sudah

sampai di samping mobilnya. Pintu mobil langsung dibuka oleh Karina. Ia kaget. Sebab,

Fania tidak ada di dalam mobilnya.

“Lho, Fania mana? Fan ... Fania ....”

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku