Perjanjian 100 Hari Menikah Dengan Om CEO
setelah Angela me
a dengan sali
terbaik!” Shanum
sangat
n tersenyum. “Apa si
ma
kembali ke meja.
lam hati Fania ia melihat
menatap dirinya. Namun, Fa
seperti itu tatap
*
telah usai. Fania
ya bersama d
ama kali untuk Fania
udah menjadi suam
uduk di depan cermi
embalas ucapan dari teman-
berbaring di ranjang yang
r me
apa duduk di situ
nia yang masih foku
rah tempat tidur. M
an gue nggak mau tidur s
a ke
mi istri. Itu tidak
engan s
“Ogah!” jawab si
selimut yang sedang di p
iny
i sofa yang berada di
gat pas di tubuh Fania ya
a Fania pun terpejam. Ba
enghormati para tamu yan
di menatap Fania. I
h tuh cewe
. Malam pertama un
nia dan Devan. Mereka ber
nya. Ia terkejut k
h di mana i
?” tanya Fania yang
selimut untuk m
k lihat di meja ba
erus mengunyah Sandwi
rah meja. Seketika
ania memutuskan untuk mand
u Devan pergi dari
elah itu aku antar kamu
lam ini kamu tinggal di a
hendak masuk k
mbali. Ia hanya men
lembab dengan
ue dah seneng Shan
malah gue yang pergi. S
pan c
mereka, gue nggak
cari bukti jika Angela da
” sambung Fania. Rasanya
dar jika Angela buka
gan mudah menghas
nikahi Angela meski
*
ni sudah berada di
biasa di dalam mobil t
sampai di depan gerb
ukakan gerbang un
empurna di garasi.
ua bahkan disambut oleh
kku dan menantu kes
uk Fa
merespon. Devan te
rtuanya juga Shanum—
ngambil barang Fania
u,” ucap Devan saat meliha
ni sambil menunggu
a pada Devan untuk du
Angela bahkan mem
opi untuk Devan. Dengan s
Ia akan membuatkan kopi
a yang
buat jadi. Shanum la
narnya sedikit risih s
h,” ucap Dev
suka!” kata Shanum
samping
galkan ruang tengah
m ber
la kali ini ada
juga dari sini!” suar
ipat baju. Fania menoleh k
amarah t
, gue akan tetap
uat Angela tersungut
percaya denganmu, ia lebih
osok Alnando, dan seben
kan Angela lalu pergi m
ia ingin sekali men
ahan emosi. Fania akhi
Meski hatinya rasa
Fania sudah berada
asuk ke dalam kamarnya.
an. Ia teringat akan dir
Devan ke apartemennya.
tap ke arah sofa
irinya jatuh ke tubuh De
t akan umpatan Devan yan
i hanya menggeleng meng
Fania yang terdi
ng
gue mau di taro d
an sudah ada
uk Devan ke kamarny
ar
Fania. “Emang nggak
evan ke arah pintu
apain kita tid
r seranjang sama lo
i.” Fania berkata
s. “Ya udah lah
mar kedua yang jarang
it be
kamarku dulu. Biar
h besok pagi.” Devan ber
ma
ut nanti cantiknya
ngecup pi
n sikap lancang De
, Devan lebih dulu me
bener cium-cium gue!”
va