Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MENIKAH DENGAN SULTAN

MENIKAH DENGAN SULTAN

Evie Yuzuma

5.0
Komentar
260.6K
Penayangan
78
Bab

"Nay! rempeyek kacang apaan kayak gini? Aku 'kan bilang mau pakai kacang tanah, bukan kacang hijau!" pekik Natasya. Dia membanting bungkusan rempeyek yang sudah Rinai siapkan untuknya. Natasya berniat membawanya ke rumah calon mertuanya dan mengatakan jika itu adalah rempeyek buatannya. "Maaf, Sya! Bahan-bahannya habis kemarin. Aku uangnya kurang, Sya! Uang yang kamu kasih, sudah aku pakai buat berobat ibu. Ibu lagi sakit," getar suara Rinai sambil membungkuk hendak memungut plastik yang dilempar kakak tirinya itu. Namun kaki Natasya membuat pergerakannya terhenti. Dia menginjak-injak plastik rempeyek itu hingga hancur. *** "Aku mau beli semuanya!" ucap lelaki itu lagi. "T-tapi, Bang ... yang ini pada rusak!" ucap Rinai canggung. "Meskipun bentuknya hancur, rasanya masih sama 'kan? Jadi aku beli semuanya! Kebetulan lagi ada kelebihan rizki," ucap lelaki itu kembali meyakinkan. "Makasih, Bang! Maaf aku terima! Soalnya aku lagi butuh banget uang buat biaya Ibu berobat!" ucap Rinai sambil memasukkan rempeyek hancur itu ke dalam plastik juga. "Aku suka perempuan yang menyayangi ibunya! Anggap saja ini rejeki ibumu!" ucap lelaki itu yang bahkan Rinai sendiri belum mengetahui siapa namanya. Wira dan Rinai dipertemukan secara tidak sengaja, ketika lelaki keturunan konglomerat itu tengah memeriksa sendiri ke lapangan tentang kecurigaan kecurangan terhadap project pembangunan property komersil di salah satu daerah kumuh. Tak sengaja dia melihat seoarng gadis manis yang setiap hari berjualan rempeyek, mengais rupiah demi memenuhi kebutuhannya dan sang ibu. Mereka mulai dekat ketika Rinai menghadapi masalah dengan Tasya---saudara tirinya yang seringkali menghina dan membullynya. Masa lalu orang tua mereka, membuat Rinai harus merasakan akibatnya. Harum---ibunda Rinai pernah hadir menjadi orang ketiga dalam pernikahan orang tua Tasya. Tasya ingin menghancurkan Rinai, dia bahkan meminta Rendi yang menanangani project pembangunan property komersil tersebut, untuk segera menggusur bangunan sederhana tempat tinggal Rinai. Dia tak tahu jika lelaki yang menyamar sebagai pemulung itu adalah bos dari perusahaan tempat kekasihnya bekerja. Wira dan Rinai perlahan dekat. Rinai menerima Wira karena tak tahu latar belakang lelaki itu sebenarnya. Hingga pada saatnya Wira membuka jati diri, Rinai benar-benar gamang dan memilih pergi. Dia merasa tak percaya diri harus bersanding dengan orang sesempurna Wira. Wira sudah frustasi kehilangan jejak kekasih hatinya. Namun tanpa disangka, takdir justru membawanya mendekat. Rinai yang pergi ke kota, rupanya bekerja menjadi ART di rumah Wira. Bagaimanakah kisah keduanya? Akankah Rinai kembali melarikan diri ketika tahu jika majikannya adalah orang tua Wira?

Bab 1 MDS1

PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINAKAN SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN

#MENIKAH DENGAN SULTAN

"Nay! rempeyek kacang apaan kayak gini? Aku 'kan bilang mau pakai kacang tanah, bukan kacang hijau!" pekik Natasya. Dia membanting bungkusan rempeyek yang sudah Rinai siapkan untuknya. Natasya berniat membawanya ke rumah calon mertuanya dan mengatakan jika itu adalah rempeyek buatannya.

"Maaf, Sya! Bahan-bahannya habis kemarin. Aku uangnya kurang, Sya! Uang yang kamu kasih, sudah aku pakai buat berobat ibu. Ibu lagi sakit," getar suara Rinai sambil membungkuk hendak memungut plastik yang dilempar kakak tirinya itu. Namun kaki Natasya membuat pergerakannya terhenti. Dia menginjak-injak plastik rempeyek itu hingga hancur.

"Ck! Wanita pelakor sudah pantas sakit-sakitan! Itu Karma, tahu?! Perempuan itu sudah menyakiti momyku!" Natasya mencebik sambil menatap wajah Rinai. Sementara itu, kakinya kembali menginjak plastik berisi rempeyek itu hingga remuk.

"Sudah cukup, Sya! Kamu bisa merendahkanku semuamu, tapi aku tak terima kalau kamu merendahkan ibuku!" Rinai menatap Tasya dengan mata menyala. Ada amarah dan kebencian terpancar di sana.

"Faktanya, wanita yang kau sebut itu memang pantas direndahkan! Mau-maunya menikahi pria beristri, pasti hanya mengincar kekayaan papiku saja 'kan?" ucapnya sambil tersenyum miring. Dia menatap wajah Rinai yang tampak memerah menahan kekesalan.

Plak!

Satu tamparan mendarat pada pipi Tasya yang merah karena blush on. Rinai berdiri, giginya gemelutuk menahan kesal. Dia bisa jadi lembut dan penurut, akan tetapi ketika wanita yang dicintainya direndahkan! Dia akan menjadi singa yang siap menerkam.

"Kamu berani sama aku, Nay?" Gadis berusia 23 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan S1nya itu menatap tak percaya! Setahunya anak dari istri kedua papanya itu selalu menurut dan tak pernah melawan! Namun apa, ini? Sebuah tamparan membekas panas pada pipinya.

"Aku tak pernah tahu tentang masa lalu orang tua kita yang rumit. Yang aku tahu sekarang, aku hanya memiliki Ibu, perempuan yang aku sangat cintai. Jika kamu merendahkan ibuku, maka aku tak segan-segan memangkas lidah tak bertulang itu!" pekik Rinai lantang.

Kedua bola mata Tasya mengerjap tak percaya. Gadis yang pernah tinggal di rumahnya dan sering sekali dijadikan kacungnya itu kini berani melawan. Bukan hanya itu, dia berani menampar wajah cantiknya yang sudah dipoles karena akan kencan dengan Rendi---lelaki yang sedang didekatinya habis-habisan.

Hari itu, dia meminta Rendi menjemput ke rumahnya. Karena hari itu, Rendi sudah setuju mendeklarasikan hubungan mereka berdua di depan orang tuanya. Karenya Tasya susah payah sedang memanipulasi keadaan. Membuat seolah dirinya itu sempurna dan tidak bisa diragukan.

"Berani juga ya, kamu?!" Tasya mengulangkan tangan hendak menampar wajah Rinai. Namun tiba-tiba tangan kekar menangkap pergelangan tangannya lalu menepisnya.Tampak satu orang lelaki dengan caping dari kain dan handuk melingkar pada lehernya menepis lengan itu. Dia berdiri tidak jauh dari tempat Rinai dan Tasya beradu mulut.

"Tolong, jangan berbuat kekerasan di sini! Mbak sebaiknya pulang sebelum saya mau membunuh orang!" suara baritonnya penuh penekanan.

"Lepas!" Tasya menepis lengan kekar yang tampak kumal itu dengan jijik. Dia menatap lelaki berpostur tubuh tinggi tegap itu dengan merendahkan.

"Memang kalian berdua itu cocok! Yang satu miskin, yang satu rendahan!" ucap Tasya dengan mulut nyinyirnya.

"Mbak, tolong tinggalkan tempat ini sebelum kesabaran saya habis!" suara bariton itu terdengar tajam. Wajah yang sebagian tertutup caping itu tidak begitu jelas, akan tetapi getaran suaranya begitu tegas.

"Awas saja kalian, ya! Saya adukan sama pacar saya Rendi! Biar bangunan kumuh tempat kalian tinggal ini dihancurkan! Asal kalian tahu, Rendi sedang menangani proses penggusuran area tanah ini! Akan dijadikan mall dan bangunan komersil lainnya! Jadi bersiaplah untuk menjadi gelandangan!" ujar Tasya dengan tersenyum penuh kemenangan.

Gadis dengan minidress itu berjalan tergesa. Dia lebih memilih menjauh area Rinai berjualan. Lalu duduk di seberang jalan dan menunggu Rendi---kekasih kaya rayanya menjemput ke sana.

Tak berapa lama sebuah Avanza velos menghampirinya. Tasya bergegas masuk setelah dua kali bunyi klakson itu menarik perhatiannya.

Lelaki dengan caping dari kain itu mendekat pada Rinai yang tampak tengah menarik napas sambil memunguti peyeknya yang sudah hancur.

"Berapa semuanya?" suara bariton itu bertanya. Sontak tangan gesit Rinai menghentikan kegiatannya. Dia menoleh pada lelaki itu.

"Abang mau beli?" Netra Rinai berbinar. Lelaki dengan pakaian lusuh itu mengangguk. Dia membuka caping kain yang tadi membuat sebagiannya menutup wajah. Tampak guratan ketampanan yang paripurna tercipta. Wajah itu sungguh tidak cocok jika hanya memiliki pekerjaan sebagai seorang pemulung. Jika sedikiti dibersihkan saja, auranya sudah terpancar begitu kuat.

Rinai memilah peyek yang masih bisa dijual, lalu memisahkan satu plastik penuh yang sudah rusak diinjak Tasya. Lalu dia menyodorkan sekitar sepuluh bungkus yang tersisa pada lelaki itu.

"Lima puluh ribu, Bang!" ucap Rinai sambil tersenyum.

"Aku mau beli semuanya!" ucap lelaki itu lagi.

"T-tapi, Bang ... yang ini pada rusak!" ucap Rinai canggung.

"Meskipun bentuknya hancur, rasanya masih sama 'kan? Jadi aku beli semuanya! Kebetulan lagi ada kelebihan rizki," ucap lelaki itu kembali meyakinkan.

Rinai berbinar, memang saat ini dia sedang benar-benar butuh uang. Kondisi ibunya sedang sakit dan memerlukan banyak biaya untuk berobat. Sedangkan pendidikannya yang rendah membuatnya hanya bisa berusaha alakadarnya. Salah satu yang dia bisa yaitu membuat rempeyek dan menjualnya.

"Makasih, Bang! Maaf aku terima! Soalnya aku lagi butuh banget uang buat biaya Ibu berobat!" ucap Rinai sambil memasukkan rempeyek hancur itu ke dalam plastik juga.

"Aku suka perempuan yang menyayangi ibunya! Anggap saja ini rejeki ibumu!" ucap lelaki itu yang bahkan Rinai sendiri belum mengetahui siapa namanya.

"Makasih, Bang! Semoga Allah membalas semua kebaikan Abang nanti!" Rinai menatap lembaran uang itu dengan netra berbinar. Lalu Rinai bergegas membereskan panci bekas jualannya dan melipat tikar tempatnya duduk. Lalu berpamitan dan berjalan riang menuju rumah kecilnya yang berada di pinggirin jalur kali malang.

Lelaki bercaping yang bernama Wira itu menatap Avanza velos yang masih terdiam di seberang jalan. Lelaki itu menoleh kanan kiri dan memastikan tidak ada orang, lalu mengeluarkan iphone berharga belasan juta dan mengarahkan pada nomor mobil yang terparkir di sana. Lalu dikirimnya sebuah pesan pada seseorang.

[Ibu Erni! Minta tolong untuk check plat nomor mobil ini! Apakah ini mobil inventaris perusahaan! Lalu minta check juga wajah ini, apakah ini salah satu karyawan di perusahaan?!] sederet kalimat itu dikirimkannya pada Bu Erni---bagian HRD&GA.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Evie Yuzuma

Selebihnya
ULANG TAHUN IBU MERTUA

ULANG TAHUN IBU MERTUA

Romantis

5.0

“Aku tidak mengirim istriku untuk menjadi pembantu di sini, Ma. Kenapa dia sibuk mengambil piring dan gelas kotor, sementara kalian enak-enakan makan?” Alka melempar protes ketika sang istri yang dicintainya diperlakukan semena-mena. Menjadi orang tidak berpendidikan tinggi dan tidak berpunya membuat Madina dibeda-bedakan di keluarga suaminya. Terlebih Alka---sang suami, memiliki pendidikan paling rendah juga disbanding ketiga kakaknya. Tuti---ibu mertua Madina terasa sangat pilih kasih. Sering kali dia memperlakukan Madina seperti pembantu dan bukan menantu. Pada acara ulang tahunnya, Madina dicibir dan direndahkan. Bahkan dia disuruh membantu membereskan piring dan gelas kotor. Mereka mengira Madina datang hanya untuk menumpang makan, karena sepertinya tidak mungkin dia membelikan hadiah yang mewah. Semua anggota keluarga tahu jika Madina dan Alka hidupnya hanya rata-rata. Semua hinaan, kepedihan dan rongrongan dari keluarga sang suami membuat rumah tangganya kerap kali diterpa badai. Terlebih Tuti---sang ibu berharap memiliki besan dengan seorang yang terpandang. Dia mencoba memasukkan Ratna dalam kehidupan sang putra. Para Ipar dan Mertua Madina berusaha keras agar Ratna bisa menjadi istri kedua dari Alka. Bagaimanapun mereka diiming-imingi kehidupan mewah dan menyenangkan oleh Ratna. Hingga akhirnya persekongkolan itu membuat sebuah kesalah fahaman besar terjadi antara Madina dan Alka sehingga membuat mereka terpisah jarak dan antara. Dalam kesendirian itu, Madina yang memang sudah merintis karir dalam dunia literasi menemukan jalan rejekinya. Salah satu novel yang ditulisnya viral dan dirinya mendadak terkenal dengan nama pena yang tidak diketahui oleh keluarga suaminya. Begitu pun dengan Alka yang merasa ditinggalkan dan mengira jika Madina lebih memilih lelaki dari masa lalunya, dia sibuk memperbaiki kehidupan ekonominya. Akankah keduanya kembali dipertemukan dan bisa menjalani hidup penuh kebahagiaan? Ataukah semuanya berakhir, Madina dan Alka berjalan masing-masing dengan pilihan hidupnya?

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku