MENIKAH DENGAN SULTAN
DIHINA SAUDARA TIRIN
DENGAN
ulu sebelum
ih pada bagian inti tubuhnya, akan tetapi itu tak apa yang terpenting sekarang i
atap pantulan wajahnya yang tampak segar setelah mandi tadi. Sesekali senyum mengembang ketika terbayang jika dia bisa memamerkan mobil bar
! Kamu dan ibumu pantas menderita." Tasya tersenyum menyeringai. B
nghampiri Tasya dan mengecup pucuk kepala kekasihnya. Dia berbis
berlalu dan segera mengenakan pakaiannya, karena
" Tasya menatap lelaki yang sudah membuatnya mabuk kepa
asihnya. Tasya mengulas senyum. Tak sabar ingin segera memamerkan mobil itu pada keluarg
ti-hati!" ujar Tasya sambil b
tin baru yang sedang berbahagia. Sebelum keduanya berpi
Tasya merengek pada Rendi. Lelaki yang tengah menyuap it
rnyitkan alisnya yang baru
ndi memulai merangkai kata.
terangkat menunggu Rendi
a cuma mobil murah gitu. Jadi namanya masih nama perusahaan. Gak apa?" Re
keh dan melanjutkan makannya. Rendi menun
amu sumbang inventaris mobil! Betapa kaya rayanya kamu, Mas! Aku makin t
ng dia pikirkan. Lelaki itu kemudian mengeluarkan S
kami! Toh kalau ada keuntungan lebih, aku pun kebagian bagian cukup besar juga!" ucapnya dengan penuh kesombongan. Tasya semakin kagu
, Mas! Aku makin sayang rasanya!"
m. Cukup bahagia ketika berhasil membuat w
or menggunakan taxi, sedangkan Tasya lan
Gadis yang berusia dua tahun lebih tua darinya itu menghampiri ket
natap adiknya, menunggu jawaban dari p
sekarang udah jadi mobil aku!"
at kamu?" Tisya membelalak tak
mana-mana. Nanti kalau dia udah nikahin aku ... mobil aku mau ganti tiap bulan. Buat apa kekaya
as Hengki boro-boro beliin mobil, malah pinj
kut gak? Aku mau ke tempat si Udik, pengen lihat wajah cengonya. Puas rasan
ya! Cariin Mbak pacar dari kerabatnya Rendi! Mbak nanti langsung putusin Mas Hengki
ya mengangkat sat
gan kumuh. Rumah-rumah tidak standard dan hanya terbuat dari papan berjejer di sana. Ada juga yang sudah dibuat menggunakan ba
erbuat dari kayu di tepi jalan. Tempat dia berjualan sedikit jauh dari rumah
nabrak meja kecil itu hingga meja tempat Rinai menjajajkan jualannya terjungkal. Semua bungkusan remp
Dirinya pun hampir saja terserempet hin
ah memunguti dagangannya. Keduanya tak sadar. Ada sepasang mata elang menatapnya penuh ke