Sukma hanyalah gadis sebatang kara yang menumpang hidup di keluarga Ambu dan Abah. Sukma terpaksa harus mengubur harapan indah hidup bersama Ahsan---lelaki yang dicintainya. Ambu meminta Sukma menggantikan Prisilia untuk menikahi anak sahabat lama Abah yang cacat dan sudah duda. Sukma berusaha sekuatnya percaya pada takdir dan jodoh. Demi membalas hutang budi itu, akhirnya dia melepas Ahsan dari hatinya. Namun tanpa disangka, ternyata sosok calon suaminya yang bernama Raga pada akhirnya membuatnya menjadi wanita paling bahagia karena dicintai, diistimewakan dan dihargai. Akankah cinta sejati Sukma dan Raga akan abadi? Atau luluh lantah karena hadirnya orang ketiga?
LELAKI YANG KAU TOLAK JADI SUAMI TERNYATA SEORANG MILYARDER TAMPAN
#Terima_Kasih_Telah_Mencintaiku (1)
"Sukma, kamu itu sudah numpang di rumah ini! Pendidikan kamu juga cuma SMP! Kamu sudah ngerepotin Abah sama Ambu bertahun-tahun. Nih denger, ya! Harusnya kamu balas budi. Kamu jadi orang jangan gak tahu diri gitu, dong! Harusnya kamu bela aku di depan Abah, harusnya kamu bilang biar kamu saja yang nikah sama pria cacat yang sudah duda itu!" Prisilia melempar satu buah gelas yang tadi dipakainya untuk minum tepat di depan sukma yang sedang mencuci pakaian.
Gelas itu seketika pecah berserakan. Sukma menatap Prisilia dengan nanar.
"Sisil, yang sudah dijodohkan itu kamu kata Abah. Jadi seperti sudah ada kesepakatan gitu waktu Abah dulu susah dan ditolong mereka!" Sukma menjawab.
Selama ini dia diam bukan takut. Namun lebih pada mawas diri karena semenjak dia menjadi yatim piatu, dia diurus oleh keluarga Abah. Hanya keluarga Abah yang bukan siapa-siapa yang mau menampungnya. Karena kemiskinan keluarga Sukma, bahkan sanak saudara pun tak ada yang mau menerimanya.
Ambu dan Abah yang baru saja datang menghampiri keduanya di dapur. Abah menatap Prisilia.
"Sisil! Maafin Abah, tetapi Abah memang sudah berjanji menikahkan putri Abah dengan Putra keluarga mereka. Maafin Abah, tapi kamu memang harus menikah dengannya!"
"Gak mau! Abah kenapa gak nikahin Sukma saja! Dia selama ini cuma ngerepotin kita doang! Numpang makan, numpang tidur, gak ada guna juga Abah sama Ambu merawat dia dari kecil! Pokoknya aku mending mati dari pada nikah sama pria cacat itu! Aku ini cantik, berpendidikan, Bah! Aku ini calon orang sukses di masa depan! Gak mau aku menggadaikan kebahagiaan aku dengan menikah sama pria itu, mana cacat, duda lagi!" Prisilia berbicara panjang lebar.
Abah hanya menggeleng kepala. Watak Sisil memang keras.
"Ambu, tolong! Nikahin saja si Sukma, Bu! Ambu juga akan bahagia kalau dia udah gak numpang di sini lagi!" Sisil meraih tangan Ambu.
Ambu menoleh pada Abah. Benar mungkin yang dikatakan oleh putri semata wayangnya. Jika mereka harus mencoba.
"Abah coba bilang sama mereka, bagaimana kalau yang dinikahkan itu Sukma. Abah bisa bilang kalau Sukma ini putri angkat kita! Kasihan Sisil juga, Bah! Ambu juga gak setuju sih sebetulnya. Masa putri cantik kita harus punya suami orang lumpuh udah gitu duda lagi. Anggap saja Sukma membayar hutang budi sama kita, Bah! Toh hanya kita yang selama ini peduli." Ambu menatap harap pada Abah.
Lalu Ambu melirik pada Sukma.
"Sukma, kamu sudah kami rawat selama ini! Numpang makan, numpang tidur di sini! Sudah saatnya kamu balas budi. Ingat hutang budi itu bisa dibawa mati, Sukma! Kamu mau, ya menikah dengan anak Pak Bagas gantiin Sisil?" Ambu menatap Sukma dengan tatapan tajam.
Sukma terdiam. Hatinya berontak tapi bisa apa. Sebetulnya dia sudah berjanji akan menerima lamaran Ahsan---putra dari Pak Camat. Lelaki itu sudah beberapa bulan ini menjalin hubungan dengannya.
"T-tapi aku sudah terlanjur menyanggupi kalau akan menerima lamaran Mas Ahsan, Ambu!" Sukma menunduk. Ucapannya lirih hampir tak terdengar.
Ahsan berjanji setelah wisuda S1 nya digelar, dia akan datang melamarnya. Lelaki itu sering ketemu ketika Sukma diminta Ambu membantu acara-acara di kecamatan. Ambu ini salah satu pegawai PKK juga dan dia selalu melibatkan Sukma untuk meringankan pekerjaannya. Dari saat itulah hubungan keduanya semakin dekat.
"Ahsan biar nanti Ambu yang urus. Lagian Sisil juga baru saja putus. Mungkin nanti kalau Sisil mau, biar dia yang menggantikan kamu menikah sama Ahsan, kamu menggantikan Sisil menikah sama anak Pak Bagaskoro itu." Ambu memutuskan.
"Ambu!" Abah hendak menyahut. Namun kedua netra Ambu membulat mengisyaratkan Abah untuk diam.
"Ambu nanti yang urus sama Nak Ahsan. Kalau dia ke sini kamu gak usah temui dia. Kamu bersiap saja untuk merawat diri agar nanti anaknya Pak Bagas suka sama kamu. Biar Sisil nanti anter kamu ke salon kalau keluarga mereka mau datang!" Ambu bertitah.
"Baik Ambu kalau dengan menikahinya bisa membalas hutang Budi. Aku bersedia!"
Sukma akhirnya menyerah. Toh selama tinggal bersama keluarga Ambu dirinya hanya seperti pembantu saja. Setiap hari mengerjakan pekerjaan rumah dari shubuh sampai malam lagi. Jika sudah selesai, tak ada waktu juga untuknya bersantai. Ambu akan menyuruhnya menunggui toko sembako miliknya yang ramai dan memang kekurangan pegawai.
Selama ini, Sukma hanya menumpang hidup dan dimanfaatkan tenaganya. Awalnya dia sudah bahagia ketika Ahsan hendak melamar. Berharap memiliki kehidupan masa depan yang bahagia. Namun semuanya buyar, ketika ternyata dia hanya harus menikahi seorang duda lumpuh yang bahkan dia belum tahu mukanya.
Abah tidak banyak bisa melawan Ambu. Dia juga takut akan ancaman Sisil yang mengancam akan bunuh diri jika tetap dipaksa menikahi anaknya Pak Bagas---teman Abah masa muda dulu. Akhirnya hari itu, Abah mengurus kartu keluarga dan memasukkan Sukma menjadi anak angkatnya.
Setelahnya Abah mengirimkan foto Sukma yang sudah didandani. Gadis berlesung pipit itu tampak sangat cantik sekali bahkan melebihi kecantikan Sisil. Tidak berapa lama, Pak Bagas membalas dan menyetujuinya. Selama perempuan itu anak dari Abah, baginya tak apa.
Sisil tersenyum senang. Ambu yang menemui Ahsan ketika pria itu datang. Dia meminta Ahsan melupakan Sukma. Sebagai gantinya, Ambu mengenalkan Sisil pada Ahsan.
"Nak Ahsan, Sisil ini juga lagi kuliah S1 Cuma baru semester dua! Kalau Sukma itu malah gak ada pendidikan apa-apa, dia cuma SMP. Ambu sering ajak dia kalau ada kegiatan karena emang di sini gak ada kerjaan! Mungkin mulai hari ini, Nak Ahsan mulai lupakan Sukma, ya! Dia sendiri yang meminta untuk menikah dengan anak Pak Bagas. Mungkin sudah bosan hidup alakadarnya bersama kami di sini. Dia ingin hidup serba kecukupan di kota nanti!" Ambu menjelaskan panjang lebar.
"Saya gak nyangka pikiran Sukma sesempit itu! Baik Bu kalau begitu saya permisi!"
Ahsan berpamitan meninggalkan kediaman Ambu. Dia hanya melirik sekilas pada Sisil yang tersenyum malu-malu. Sukma yang mendengarkan dari balik kamarnya mengigit bibir. Menahan rasa yang tiba-tiba menyesak.
"Ya Allah, semoga aku bisa benar-benar hidup bahagia bersama anaknya Pak Bagas itu. Entah dia cacat, entah dia duda, jika Engkau sudah menentukan dia berjodoh denganku semoga semuanya yang terbaik." Sukma menyeka air matanya sambil menatap punggung Ahsan yang sudah mulai menjauh dari jendela kamar.
Bab 1 Satu
31/12/2021
Bab 2 Dua
31/12/2021
Bab 3 Tiga
31/12/2021
Bab 4 Empat
31/12/2021
Bab 5 Lima
31/12/2021
Bab 6 Enam
31/12/2021
Bab 7 Tujuh
31/12/2021
Bab 8 Delapan
31/12/2021
Bab 9 Sembilan
31/12/2021
Bab 10 Sepuluh
31/12/2021
Bab 11 Sebelas
31/12/2021
Bab 12 Dua belas
31/12/2021
Bab 13 Tiga Belas
31/12/2021
Bab 14 Empat Belas
31/12/2021
Bab 15 Lima Belas
31/12/2021
Bab 16 Enam Belas
02/01/2022
Bab 17 Tujuh Belas
02/01/2022
Bab 18 Delapan Belas
03/01/2022
Bab 19 Sembilan Belas
03/01/2022
Bab 20 Dua puluh
03/01/2022
Bab 21 Dua puluh Satu
05/01/2022
Bab 22 Dua Puluh Dua
05/01/2022
Bab 23 Dua Puluh Tiga
05/01/2022
Bab 24 Dua Puluh Empat
05/01/2022
Bab 25 Dua Puluh Lima
05/01/2022
Bab 26 Dua Puluh Enam
05/01/2022
Bab 27 Dua Puluh Tujuh
05/01/2022
Bab 28 Dua Puluh Delapan
05/01/2022
Bab 29 Dua Puluh Sembilan
05/01/2022
Bab 30 Tiga Puluh
05/01/2022
Bab 31 Tiga Puluh Satu
05/01/2022
Bab 32 Tiga Puluh Dua
05/01/2022
Bab 33 Tiga Puluh Tiga
05/01/2022
Bab 34 Tiga Puluh Empat
05/01/2022
Bab 35 Tiga Puluh Lima
05/01/2022
Bab 36 Tiga Puluh Enam
05/01/2022
Bab 37 Tiga Puluh Tujuh
05/01/2022
Bab 38 Tiga Puluh Delapan
05/01/2022
Bab 39 Tiga Puluh Sembilan
05/01/2022
Bab 40 Empat Puluh
05/01/2022
Buku lain oleh Evie Yuzuma
Selebihnya