Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Seorang wanita berparas cantik keluar dari kamar dengan mengenakan blazer panjang dan rok pendek diatas lutut berwarna biru dengan rambut sedikit bergelombang dibiarkan terurai begitu saja dan dia adalah Viona Anindita yang berusia 20 tahun.
Viona yang baru saja sampai di meja makan tersenyum menyapa kedua orang tuanya.
"Pagi Ibu, Ayah," sapa Viona
"Pagi juga Vio," jawab Rika dan Irawan bersamaan.
"Duduklah Vio dan cepatlah sarapan, ini sudah siang nanti kamu terlambat!" perintah Rika.
"Iya Ibu," jawab Viona tersenyum meletakan tas kerjanya di kursi kosong dan duduk di depan Raka.
Mereka mulai sarapan dengan diam menikmati nasi goreng buatan Rika yang sangat nikmat itu.
"Ibu, Ayah, aku sudah selesai, sekarang aku berangkat dulu," pamit Viona.
"Ya, berangkatlah," jawab Irawan menganggukkan kepalanya.
Setelah berpamitan pada Rika dan Irawan, dengan cepat Viona mengambil tas kerjanya, melangkah keluar meninggalkan rumah.
Viona yang berjalan sendiri di pinggir trotoar sambil menunggu taksi yang lewat, menghentikan langkahnya, saat melihat seorang pria dengan menggunakan motor bebek berhenti di hadapannya.
"Vio ayo naiklah, aku akan mengantarmu bekerja," ajak pria tersebut dengan menunjukkan senyuman manisnya.
"Apa kamu tidak terlambat jika mengantar aku bekerja, Revan?" tanya Viona.
"Kamu tenang saja, jam segini pabrik belum buka," jawab pria tersebut dengan memberikan helm pada Viona.
Yang berbicara dengan Viona itu adalah sahabatnya dari kecil bernama Revan berusia 20 tahun dengan paras tampan dan menarik, ia bekerja di sebuah pabrik sepatu di kota ini. Selain menjadi seorang sahabat, ia juga sangat mencintai Viona, namun mau bagaimana lagi Viona tidak pernah mencintainya dan hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat tidak lebih dari itu.
"Oke, ayo kita berangkat!" ucap Viona yang sudah duduk di belakang Revan dan melingkarkan satu tangannya di perut sahabatnya itu.
Dengan perlahan Revan menjalankan motornya menuju kantor tempat Viona bekerja.
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk mereka bisa sampai di kantor dan saat ini mereka sudah sampai. Dengan segera Viona turun dari motor dan melepaskan helmnya.
"Nih helmnya dan terima kasih sudah mengantarku," ucap Viona memberikan helm pada Revan.
"Ingat Nona, ini tidak gratis!" canda Revan tersenyum menerima helm dari Viona.
"Baiklah, kalau nanti sudah gajian aku akan traktir kamu nasi uduk di depan kantor ini," jawab Viona terkekeh geli.
"Dasar pelit! Masak seorang sekretaris nelakti nasi uduk doang," cibir Revan memutar bola matanya malas.
"Sudahlah, jangan banyak bicara, kerja sana!" perintah Viona mengibaskan tangan kanannya.
"Oke-oke, aku berangkat, bay …."
Setelah berkata demikian Revan menjalankan motor bebeknya meninggalkan kantor tempat Viona bekerja.
Baru saja Viona melangkahkan kakinya, tapi sudah ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.
"Vio, tunggu!"
Viona menghentikan langkahnya menoleh ke belakang, melihat siapa yang memanggilnya dan ternyata ia adalah teman kerjanya bernama Gea berusia 25 tahun.
"Tumben kamu baru berangkat?" tanya Viona memandang Gea.
"Biasalah, anakku lagi rewel dan tidak mau ditinggal," jawan Gea tersenyum.
"Ya sudah ayo kita masuk, nanti pak Raka keburu datang," ajak Viona.
"Oke!"
Mereka berdua masuk ke dalam kantor dan menuju ruangan masing-masing.
Viona yang satu ruangan dengan pemilik perusahaan, segera mengerjakan pekerjaannya sebelum bos-nya itu datang.
***
Di waktu yang sama seorang pria matang baru saja keluar dari ruangan gym yang ada di rumahnya dan masuk ke dalam kamar pribadinya.