Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menyingkirkan Maduku

Menyingkirkan Maduku

Angel Money

5.0
Komentar
150
Penayangan
2
Bab

Nessa tiba-tiba terbangun di sebuah kamar berdesain mewah klasik dan menyadari kalau ia kembali ke tahun 90-an. Sebagai penulis novel romansa-action yang membenci tema perselingkuhan, Nessa malah menyadari dirinya menjadi istri pertama di rumah besar seorang milyader bernama Wirawan Sanjaya bersama 3 istrinya yang lain. Di tengah para istri Wira yang berusaha menggulingkan posisinya sebagai istri utama, Nessa berjuang untuk bertahan hidup! Apakah Nessa bisa bertahan menahan kegilaan hidup barunya yang mirip dengan novel romansa yang dibencinya tersebut?

Bab 1 Alur Cerita Mengesalkan

[Hai, Kak Peri Cuan. Perkenalkan, aku Gio, editor baru yang menangani naskah Kakak di bawah naungan Editor Fay.]

Balasan chat yang ditunggu Nessa langsung membuat Nessa mengerutkan dahinya.

[Baik, akan aku jelaskan secara singkat. Aku Gio editor baru yang bertugas menggantikan pekerjaan Kak Fay karena Kak Fay sendiri sudah tidak bekerja lagi di perusahaan kami.]

[Seminggu yang lalu perusahaan menerima kabar duka cita dari pihak keluarga Kak Fay karena Kak Fay dinyatakan meninggal dunia. Untuk itu sekarang aku yang menangani tugasnya sebagai editor pengganti.]

Editor Gio menceritakan kabar duka yang terjadi pada Editor Fay kepada Nessa hingga membuatnya kaget. Ia tidak menyangka Editor Fay yang sering kali membuatnya jengkel dengan banyaknya naskah yang harus direvisi, akan tetapi tetap memberinya masukkan positif saat ia mengalami kebuntuan ide dalam menulis, telah meninggal dunia.

Nessa yang awalnya setengah hati menerima outline dari Editor Fay, kini bertambah bimbang saat editor yang bersangkutan malah menghilang untuk selamanya.

[Ah, satu hal lagi, Kak. Kukira aku harus memberi tahu kamu kalau saja nanti kamu menolak tawaran ini, maka naskah ini tidak akan dilanjutkan oleh siapa pun.]

[Itu isi dari pesan singkat yang disampaikan Kak Fay sebelum meninggal. Tapi semua keputusan ada pada kamu, dan aku akan menghormati apapun keputusan Kak Peri Cuan sendiri.]

"Apa-apaan? Satu suami punya empat istri? Apa nggak bisa setia aja sama satu istri? Ya ampun, kepala gue bisa pecah kalau gini!"

Nessa Andini, perempuan berdarah Jawa berusia 25 tahun itu mengacak-acak rambut ikalnya. Pekerjaannya sebagai penulis novel online kerap kali membuatnya frustrasi. Tapi kali ini memang terasa berlebihan.

Di tengah kesalnya, pandangan Nessa perlahan bergeser dari layar laptop ke sebuah bingkai foto berisikan dirinya yang tersenyum senang saat menerima ciuman pipi dari ayah dan ibunya dari sisi masing-masing.

"Ibu, apa aku sanggup selesaikan alur cerita yang paling aku benci ini? Apa aku bakalan tahan waktu ngetik tokoh suami yang bisa bagi tubuh dan cintanya ke perempuan lain selain istrinya? Itu jelas banget bakalan buat aku ingat sama perselingkuhan ayah yang buat kalian meninggal,"

"Harus banget aku tahan traumaku kalau aku ngelanjutin cerita ini, Bu? Aku benci laki-laki yang bagi cintanya ke wanita lain. Aku jadi yatim piyatu, kan, karena ayah yang selingkuhin Ibu..."

Nessa menangis sambil tersenyum pahit. Ia mengusap foto wajah ibunya dengan sedih tapi setelah mengingat Editor Fay lagi, Nessa segera menghapus air matanya.

"Sialan banget sih. Kepala gue langsung sakit gara-gara mikirin ini. Terserah, gue mau tidur aja," gumamnya kesal. Kepalanya sakit memikirkan hal rumit tentang tema cerita yang dibencinya.

Nessa memilih mengabaikan dulu apa yang baru saja merusak moodnya. Ia berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya dengan mata sayu.

'Gimana gue bisa masuk ke karakter istri yang tinggal bareng banyak madu suaminya? Female Lead-nya itu diharuskan bagi cinta suaminya ke tiga istri yang lain,'

'Ya ampun... cowok seganteng apa yang harus gue bayangin dan layak jadi karakter pria brengsek yang bahkan nggak punya celah buat gue maki?'

'Kak Fay juga gesrek banget buat alurnya. Nggak cukup apa, buat Male Leadnya itu kaya raya aja terus sekalian brengsek? Kalau gitu, kan, bisa gue maki sekalian. Bisa-bisanya dia punya ide buat cerita beginian. Bikin puyeng banget!'

'Ah, iya. Kak Fay udah meninggal. Gue nggak boleh ngeluh sama dia,'

Nessa terus menggerutu dalam hati di setiap kali kelompak matanya menutup dan terasa berat. Wanita bermata sipit itu terpejam dengan membawa beban pikirannya ke alam bawah sadar.

***

Nessa membuka mata saat suara seorang wanita terdengar memanggil nama orang lain yang sepertinya pernah ia dengar sebelumnya.

"Nyonya, bangun. Nyonya harus bersiap, Nyonya besar..."

Suara itu terdengar lagi tapi mata Nessa tak kunjung membuka. Kepalanya terasa begitu sakit.

"Nyonya Melati, tolong bangun atau Nyonya yang akan terkena masalah kalau Tuan Besar marah,"

Panggilan itu terdengar lagi, dan karena Nessa tidak merasa bukan dirinya yang dipanggil, jadi ia tetap mengabaikan suara itu.

'Nyonya Besar siapa? Siapa yang besar? Memangnya gue di mana? Panggil orang pakai kata 'besar' gitu sama aja body shaming, Mbak!' dalam hatinya ia mengomentari suara wanita yang didengarkannya sejak tadi.

Namun ketenangan Nessa dalam pejaman matanya terusik saat tubuhnya seperti disentuh dan sedikit diguncang bersamaan dengan suara wanita yang seperti berada di sampingnya.

"Nyonya Besar, tolong bangun. Nyonya harus bersiap buat pertemuan istri Tuan Besar di ruang utama!" kali ini suara wanita itu terdengar lebih mendesak.

Nessa yang mulai merasa aneh mencoba membuka mata. Perlahan cahaya mulai terlihat meskipun samar.

'Gue di mana? Ini, kan, bukan langit kamar gue?' Nessa bergumam heran dalam hati ketika pandangannya yang mulai jelas melihat langit-langit kamar tempatnya berada begitu asing dan terkesan mewah.

Ruangan itu penuh nuansa klasik yang gemerlap memanjakan matanya. Ia seakan asing melihat suasana heboh seperti itu.

'Sebenarnya gue ada di-'

"Nyonya Besar? Nyonya dengar saya, kan? Nyonya sudah bangun, kan? Kalau begitu mari ikut saya, pelayan yang akan bantu Nyonya Besar mandi sudah siap semua!" ucapan wanita yang sejak tadi memanggil, langsung membuat mata malas Nessa terbuka lebar.

Ia tidak lagi menyusuri keindahan ruangan di tempatnya berada melainkan langsung menoleh pada orang yang ada di dekatnya.

"Mandiin gue?!" satu kalimat spontan keluar dari bibir Nessa bersamaan dengan gerakan tubuhnya yang refleks duduk karena kaget.

Sebegitu kagetnya Nessa, ekspresi yang sama juga ditunjukkan orang-orang di sekitar Nessa yang kesemuanya adalah wanita.

'Sebenarnya gue ada di mana?'

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku