Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
"Om mau jadi pacar saya?!" tanya lantang seorang gadis yang mengejutkan semua pengunjung kafe, tak terkecuali dua pria asing di depannya.
"Uhuk uhuk… Apa?! Pacar!"
Pria yang tengah fokus menikmati makanannya sampai tersedak begitu mendengar kalimat aneh bin ajaib meluncur bebas dari mulut gadis belia yang tidak diketahui dari mana asalnya.
"Dek, kamu sehat?" tanya pria itu memastikan.
"Hmm." pria yang duduk bersama pria berambut gondrong hanya bisa menahan tawa melihat mimik wajah sahabatnya.
"Sehat om, sehat wal afiat.. Tidak kekurangan satu apapun malah." ucap gadis yang masih berdiri seraya mengaitkan kedua tangannya di depan perut dengan semangat.
Mendengar jawaban gadis aneh di sampingnya, pria berambut panjang hanya bisa menghela nafas kasar. Diperhatikannya gadis itu dari ujung kaki hingga kepala, dengan pandangan menelisik.
'Siapa gadis ini, apa tujuan dia memintaku menjadi kekasihnya? Jika dilihat dari penampilan, dia memang seperti orang waras. Apa mungkin depresi setelah menjadi korban rayuan buaya darat?'
Pria itu terus membatin dengan pandangan yang tak lepas dari gadis di sampingnya.
"Om gitu amat liatnya, nanti naksir loh." kelakar gadis itu dengan penuh percaya diri, yang justru membuat pria berambut gondrong bergidik ngeri.
"Om namanya siapa sih?" mendengar gadis aneh di sampingnya ingin tau nama pria berambut sebahu tersenyum smirk.
"Danu!" jawabnya ketus.
"Saya Zoya om," gadis itu menyaut dengan cepat.
"Om mau ya. jadi pacar Saya?" lanjut gadis bernama Zoya tanpa beban dan justru menampilkan barisan gigi putihnya.
Danu, pria berpenampilan unik era delapan puluhan, mengenakan setelan jas berwarna nyentrik lengkap dengan sapu tangan melingkar di leher. Dan jangan lupakan rambut lurus sebahu, klimis maksimal, mungkin jika ada seekor lalat yang hinggap akan langsung tergelincir dan jatuh kebawah. Mengingat begitu licinnya rambut pria itu. Namun walau begitu ketampanan Danu masih terpancar jelas, sehingga banyak wanita yang memandang dirinya merasa heran juga terpana. Tapi sekarang, kesialan apa yang tengah pria dewasa itu alami.
"Hahahaha… luar biasa, menakjubkan."
Pria yang bersama Danu, dan duduk di hadapannya merasa kagum melihat keberanian gadis yang masih berdiri penuh percaya diri di sampingnya, bahkan dengan mantap meminta seorang pria yang tidak dikenalnya menjadi kekasih. 'Sungguh luar
biasa gadis jaman sekarang.' pikir pria itu.
'Sial nih bocah, besar juga nyalinya..'
Garam Danu yang langsung membuang pandangan kearah lain.
"Bagaimana om, om mau ya jadi pacar saya?" ulang Zoya saat merasa dia belum mendapat jawaban.
"Tidak!" tegas Danu.
"Ayolah om.. Kita pacaran, yah?" sekali lagi Zoya memasang wajah mengiba berharap pria itu mau menerima tawarannya.
"Enggak!" sentak Danu tanpa melihat ke arah Zoya.
'Waduh gawat ini, kalau dia tetap menolak bisa bertambah hukuman aku, dan Vina gila itu pasti bakal kasih yang lebih berat.'
Lewat kaca yang tembus pandang, Zoya bisa melihat kedua sahabatnya tengah terbahak bersama, dan itu diyakini pasti sedang menertawakan dirinya.
'Besar juga nyali gadis ini, bahkan tanpa beban dan malu sedikitpun meminta Danu menjadi kekasihnya di tempat seramai ini.
Apa alasan dia sebenarnya?' pria yang bersama Danu terus memperhatikan Zoya yang masih menatap kearah Luar.
'Pasti ada sesuatu yang mendorongnya melakukan semua ini.' batinya.
Di sebuah kafe yang tengah ramai pengunjung, bertepatan dengan jam makan siang, telah terjadi kegaduhan begitu semua pengunjung dikejutkan dengan suara lantang seorang gadis meminta pria yang tengah duduk di depannya sebagai kekasih.
Tanpa tedeng aling-aling gadis itu mengutarakan niatnya didepan semua orang, tidak ada rasa canggung atau malu sedikitpun yang terlihat dari paras ayu itu. Dia justru dengan penuh percaya diri melakukan aksinya.
Danu, entah bermimpi buruk apa semalam sampai harus mengalami kejadian yang begitu memalukan saat siang hari. Dia hanya bisa membuang pandangan ke arah lain seraya menahan segala rasa yang bergemuruh di dalam dada. Meski rasa malu tidak lagi bisa dihindari namun demi menjaga wibawanya pria itu tetap berusaha tenang.
"Terima aja bang.. Kasian anak orang di anggurin, cantik ini.."
"Iya bang terima aja, jarang-jarang loh cewek nembak duluan."