Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Om Kutunggu Dudanya

Om Kutunggu Dudanya

LucioLucas

5.0
Komentar
189
Penayangan
5
Bab

Kamari terjebak pada cinta pertamanya, seorang pemuda tampan yang menjadi tetangga sekaligus teman dikala dirinya bosan di rumah. Namun siapa sangka, cintanya harus kandas karena Sang Pemuda memilih untuk menikah dengan pilihan orangtuanya. Beberapa tahun berpisah, namun perasaan Kamari tidak pernah berubah, dan kini dia dipertemukan kembali dengan Sang Cinta Pertama dalam keadaan yang berbeda. Apa yang terjadi dengan kehidupan Kamari setelah menyadari bahwa pernyataannya untuk menunggu Sang Pemuda hingga menjadi Duda akhirnya terwujud? Bagaimana reaksi Kamari yang dulu mengejar Sang Pemuda, saat menyadari kini dirinya yang sedang di kejar-kejar?

Bab 1 KD - 1

Ruang pameran penuh sesak oleh pengunjung yang datang dari berbagai kalangan. Mobil-mobil mewah dari berbagai merek, tipe, dan tingkatan harga berjejer rapi, memamerkan kilau cat dan teknologi terkini. Di setiap sudut, pengunjung tampak serius mengamati, sebagian sibuk mencoba kursi pengemudi, sementara yang lain berdiskusi dengan rekan atau keluarga. Transaksi bernilai besar terjadi hampir setiap hari, menjadikan pameran ini salah satu yang paling ditunggu di kota.

Di tengah keramaian itu, seorang Sales Promotion Girl (SPG) berseragam biru berdiri di dekat salah satu mobil yang menjadi pusat perhatian. Dengan senyuman ramah, ia menjelaskan fitur-fitur unggulan kendaraan kepada dua pria yang tampak antusias. Mereka melontarkan banyak pertanyaan, mulai dari spesifikasi mesin hingga fitur keselamatan.

Meski suaranya harus bersaing dengan kebisingan pameran, SPG itu tetap menjawab dengan tenang dan penuh keyakinan, memastikan setiap informasi tersampaikan dengan jelas.

"Mobil sedan ini didesain lebih sporty, dengan paddle shift khas mobil balap. Para pria pasti suka dengan kendaraan ini. Mesin juga bertenaga."

"Tapi harganya cukup rnahal." Salah satu laki-laki berpakaian hitam menyela.

Si SPG mengangguk sambil tersenyum. "Dengan harga 300 jutaan, sangat layak mendapatkan sedan segmen C. Bisa untuk bekerja sekaligus bergaya."

Satu laki-laki Iain berkemeja putih berdehem. "Kalau bergaya sama kamu, Abang mau, Dik."

"Ah, terima kasih, Abang. Bagaimana dengan kendaraannya? Ada tertarik untuk membeli?"

Satu kertas kecil diselipkan pada tangan si SPG oleh laki-laki berkemeja putih sambil mengedipkan sebelah mata.

"Tentu saja, 300juta kecil untukku. Itu nomor ponsel Abang, kabari kalau bisa jalan barengan karnu, ya?"

Masih dengan senyum tersungging, si SPG mengantar dua laki-laki itu ke bagian penjualan dan ia kembali berdiri di dekat kendaraan yang dipamerkan. Shiftnya masih satu jam lagi, tidak boleh lelah untuk tetap tersenyum.

Setiap hari, pameran mobil dipenuhi berbagai jenis pengunjung-dari yang sekadar bertanya, melihat-lihat, hingga yang benar-benar berniat membeli. Sebagai seorang SPG, ia harus siap melayani mereka semua dengan senyum ramah dan sikap sopan. Pengetahuan mendalam tentang produk yang ia tawarkan menjadi hal yang wajib, karena setiap pertanyaan harus dijawab dengan teliti dan meyakinkan. Tidak ada ruang untuk kelelahan, karena pekerjaan ini bukan hanya tentang mendapatkan uang, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tak terhitung banyaknya-biaya kuliah yang harus dibayar, obat untuk nenek tercinta yang sakit, dan berbagai tagihan lainnya.

Saat jam kerja akhirnya berakhir, ia merasa tubuhnya lelah, tetapi tanggung jawab tetap membebaninya. Dengan cepat, ia menuju ruang ganti. Beberapa rekan SPG sudah ada di sana, sibuk merapikan riasan wajah mereka setelah seharian bekerja. Ruang itu terasa seperti tempat berlindung, meski hanya sementara. Ia menarik napas panjang, bersyukur hari itu telah berakhir, namun di dalam hatinya, ia tahu esok akan membawa rutinitas yang sama.

"Kamari, kamu pulang naik apa?"

Kamari menoleh pada gadis dengan tinggi tubuh 165 cm berambut coklat. "Biasa, ojek. Napa? Kamu mau nebengin aku?"

Gadis itu mengangguk. "Ayo, mobil aku kosong."

"Balqis, jangan tinggalin aku. Ikut juga."

Kali ini, gadis dengan tahi lalat di dagu, menyela percakapan.

"Ikutan aja kamu!" Balqis mencubit dagu cewek itu.

"Biarin, aku maunya pulang sama kalian!"

Gadis bertahi lalat itu bernama Vasthi, sedangkan yang berambut coklat itu Balqis. Kamari mengenal mereka saat sama-sama menjadi SPG di sebuah event fashion. Merasa cocok satu sama lain, mereka berteman dan saling bertukar informasi soal pekerjaan.

Balqis termasuk dari keluarga mampu, menjadi SPG untuk mengisi kekosongan. Jam kerjanya berbeda dengan Kamari yang seharian, gadis itu hanya mengambil satu shift, sekitar empat jam. Begitu pula Vasthi. Hanya Kamari yang mengambil waktu penuh karena butuh uang.

"Kalian dapat apa malam ini?" tanya Balqis saat mereka bertiga melangkah menyeberangi lobi. "Aku dapat tante-tante garang, berambut cepak, dengan celana dan kemeja merek Gucci. Berkali-kali tanya, antara rnobil dan kesetaraan gender. Aku ampe bingung jawabnya."

Vasthi menjawab cepat. "Aku dapat kakek tua yang bilang kalau cucunya tampan."

"Trus?"

"Ngasih nomor ponsel cucunya."

"Hati-hati, jangan-jangan nomor ponsel kakek itu sendiri," ucap Kamari menahan tawa.

"Eh, aku juga ngrasa gitu!" Vasthi mencebik. "Pudar, deh, impian aku punya laki kaya dan ganteng."

Balqis menyikut pinggang Kamari. "Kamu gimana?"

Kamari mengangkat bahu. "Dua laki-laki, yang akhirnya jadi beli sedan setelah sebelumnya maksa aku buat manggil, Abang."

Mereka bertiga saling tatap lalu tertawa bersamaan. Selalu ada hal Iucu untuk diceritakan setiap kali selesai bekerja.

"Abang bakso, mau dong dikuahin. Eh, gimana?" Vasthi berucap asal.

"Dicabein mau nggak?" Balqis mengusulkan.

"Ups, sorry. Di sini udah ada ratu cabe-cabeaan, Pendaaar!"

"Aku ratu cabe-cabean, kamu apaan, Vasthi?"

"Aku, ratu sejagad!" Vasthi menjawab sambil mengibaskan rambut ke belakang.

"Jagad lelembut?" celetuk Balqis.

Mereka kembali tertawa dan terhenti saat melihat sosok pemuda di dekat mobil merah milik Balqis. Mereka mengenali pemuda itu bernama Nata. Salah satu orang yang tergila-gila dengan Balqis dan terlibat hubungan TTM yang aneh.

"Hai, mau naik mobil aku nggak?" Nata menyapa riang.

"Mobil baru?" tanya Balqis.

"Iya, Sayang. Baru beli. Yuk! Vasthi dan Kamari juga ikut."

"Trus, mobil aku diapain?" tanya Balqis.

"Tenang, biar teman aku yang bawa ke rumah Io." Nata bertepuk tangan, datang dua pemuda ke arah mereka. "Eh, kalian bawa mobil Balqis ke rumahnya. Tunggu aku di sana."

Balqis menyerahkan kunci mobil dan mengikuti Nata menuju mobil baru milik pemuda itu. Sebuah sedan mewah hitam model terbaru yang harganya bisa mencapai tiga miliar. Kamari masuk ke jok belakang bersama Vasthi dan berdecak. "Wow, mobil bagus. Aku bingung sama orang-orang yang bisa beli mobil mewah semudah membalikkan telapak tangan. Sebenarnya, kerjaan mereka apaan, sih?"

"Ngepet sih aku tebak," jawab Balqis asal.

Vasthi mencolek punggung Balqis. "Ngepet itu dosa, tahu."

"Oh, yang nggak dosa apaan?"

"Nggak tahu, deh. Nata, bokap kamu kerja apaa?" tanya Vasthi polos.

Nata tersenyum dari balik kemudi. "Hanya pengusaha biasa."

Vasthi mengangguk. "Nah kan, aku bilang juga apa. Camer kamu pengusaha, Balqis. Bukan ngepet!"

"Siapa yang mau kawin sama Nata?" Balqis mencebik. "Aku, sih, ogah!"

"Yah, aku tertolak lagi," gumam Nata. "Gini amat jadi cowok. Serba salah."

"Kamu, sih, jadi cowok. Coba cewek, bisa bestiee kita," celetuk Kamari.

"Emang sekarang kita kurang bestiee kayak gimana, Kamari. Kamu, udah nuang cuka ke luka aku. Sakiit!"

Balqis mencubi pinggang Nata, disusul Kamari dan Vasthi. Malam itu terjadi pengeroyokan yang tidak seimbang antara satu laki-laki melawan tiga perempuan, yang berakhir dengan mereka makan bersama pecel lele di warung tenda.

"Eh, denger-denger besok pemilik showroom datang."

Balqis berucap dengan mata berbinar. "Orangnya masih muda, tapi katanya udah duda."

"Kamu tahu-tahuan info begini," ucap Kamari heran.

"Ye, banyak bergaul makanya."

"Ganteng nggak? Kalau kaya udah pasti." Vasthi ikut nimbrung.

"Kalau dari bisik-bisik yang aku dengar, katanya tampaaan. Soalnya jadi idola di kantor mereka. Tapi, dengar-dengar galak." Balqis menambahkan dengan dramatis.

Vasthi menghela napas panjang dan bicara sambil melamun. "Kaya, tampan, dan galak. Kayak CEO di drama-drama gitu. Semoga, dia nglirik aku ntar."

Kamari mendengarkan percakapan mereka tanpa banyak kata. la tidak tertarik untuk mengenal laki-laki di saat seperti ini. Beban hidupnya sedang banyak, Iebih enak mencari uang daripada memikirkan soal laki-laki. Balqis dan Vasthi ada orang tua untuk bersandar, sedangkan dirinya sendirian.

Saat berbaring di atas ranjang kamar kosnya, pikiran Kamari menerawang pada masa lalu. Saat ia begitu naif, dan memiliki kehidupan yang sangat bahagia. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan laki-laki muda yang mengontrak di rumah besar tak jauh dari rumahnya. Saat itu usianya 15 tahun, dan laki-laki itu kemungkinan sudah 26 tahun. Saat itu, tanpa malu ia mengejar, merayu, dan mendekati dengan membabi buta, hingga akhirnya hatinya dipatahkan oleh kenyaataan. Laki-laki itu memilih perempuan cantik dan mapan untuk menjadi istri dan mereka menikah di hari ulang tahunya yang ke 16 tahun. Sekarang, di usianya yang menginjak 23 tahun, Kamari tidak pernah bisa melupakan cinta pertamanya.

Ada banyak laki-laki mendekatinya, mengajak berkencan, dengan pekerjaannya sebagai SPG, mudah sekali mendapatkan pasangan. Sayangnya, kehidupan membuatnya menyingkirkan cinta. Ia tidak percaya kalau di dunia ini ada laki-laki tulus, tentu saja selain papanya.

Menghela napas panjang, Kamari mematikan lampu dan mencoba tidur. "Jangan banyak ngayal, besok harus kerja lagi buat makan," gumamnya pada diri sendiri di tengah kegelapan sambil memeluk boneka kecil.

Kabar tentang kedatangan pemilik sekaligus CEO, menguar di antara para pegawai. Reputasi sang pemilik yang cukup tinggi di kalangan para pegawai perernpuan, membuat para SPG penasaran. Dari pagi, sebelum pameran dimulai, mereka sudah bergosip di ruang ganti.

"Semoga bisa ketemu sama dia."

"Aduh, aku jadi deg-degan."

Vasthi menghela napas dramatis, mencolek lengan Kamari. "Saingannya banyak ternyata. Sialnya, aku shift pagi hari ini. Jadi, nggak bisa ketemu."

Kamari tersenyum, menutup bedak dan mencolek hidung Vasthi. "Kerja, ayo, jangan mimpi terus!"

Semakin siang, ia bisa merasakan atmosfir yang berbeda di pameran. Para SPG memoles make-up mereka dengan lebih rajin, begitu pula para pegawai perempuan. Ia mendengar bisik-bisik kalau sang pimpinan jarang datang ke pameran. Kamari sendiri, merasa tidaka ada yang harus ditunggu. Bekerja seperti biasa dan hari ini menghadapi godaan bapak-bapak setengah baya yang jarinya terus menerus ingin meremas tangannya. Untung saja ia bisa menahan diri untuk tidak menendang kemaluannya.

Pukul 20.55 atau lima menit sebelum pameran tutup, para pegawai berkumpul. Mereka mengikuti seorang laki-laki berkeliling. Penclar menduga itu adalah sang CEO, tapi tidak dapat melihat wajahnya karena banyaknya orang menutupi. Ia sedang berjongkok di samping mobil, untuk mengelap noda di pintu. Saat orang-orang itu mendekat tanpa ia menyadarinya.

"Pak, SPG ini bernama Kamari. Dan Kamari ini sudah dua kali ikut event kita. Eh, Kamari, kamu lagi ngapain?" tanya sang manajer.

Kamari bangkit sambil menepuk-nepuk tangan. "Bersihin noda, Pak. Untung bukan goresan." Ia membalikkan tubuh, terbelalak saat melihat banyak orang sedang menatapnya.

"Kamari, sapa Pak Liam."

Kamari nyaris pingsan di tempatnya berdiri saat laki-laki tinggi dan tampan dengan dagu sedikit terbelah itu menatapnya. Ia mengenali siapa Iaki-Iaki itu dan mulutnyamendadak terkunci.

Liam maju sambil tersenyum, menghampiri Kamari dan menyapa riang. "Calon istriku? Kenapa kamu kerja di sini nggak bilang-bilang?"

Suasana yang tadi ramai, senyap seketika. Orang-orang saling pandang dengan bingung. Tidak terkecuali Balqis yang berada di antara para SPG.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh LucioLucas

Selebihnya
MANTAN DEPAN RUMAH

MANTAN DEPAN RUMAH

Romantis

5.0

"Pacarku memang dekat, lima langkah dari rumah." Allana mendengus kesal saat lagu Pacar Lima Langkah yang dinyanyikan oleh lceu Wong itu ternyata masih ada di dalam playlist Spotify-nya. la benar-benar lupa, belum menghapus lagu legendaris itu dari playlist-nya. Lagu yang pernah terdengar begitu manis itu, membuat Allana teringat akan kisahnya dulu dengan si Mantan Suami. Kisah yang kini hanya bisa ia sesali. Allana bersumpah akan mencari sampo yang ia dapatkan pada periode flash sale itu nanti, di kamar mandi Marchell. Bulan lalu saja hand body favoritnya yang dihemat setengah mati, ia temukan di sudut kamar Marchell. Allana menghela napas panjang. Kapan Marchell akan berhenti seenaknya menggunakan barang-barangnya? Toh mereka bukan lagi suami istri. Pasca bercerai, tentu saja ia semakin sibuk mencari rezeki. Memangnya apa yang bisa diharapkan dari pria seperti Marchell? Demi secepatnya bercerai dari Marchell, Allana memutuskan tidak terlalu mempermasalahkan harta gono-gini, asalkan hak asuh anak jatuh ke tangannya. Lagi pula, harta yang mereka miliki setelah menikah tidak begitu banyak. Hanya boks bayi, stroller, dan beberapa perlengkapan bayi lainnya. Marchell juga tidak menuntut pembagian uang tabungan yang memang sebagian besar berasal dari hasil kerjanya. Proses perceraian mereka berjalan sangat lancar meskipun hakim berkali-kali menawarkan mediasi. "Ibu Allana yakin bercerai? Suami anda good looking, baik, tidak KDRT, dan tidak selingkuh. Hanya belum beruntung dalam mencari rezeki. Toh anda juga bekerja," tanya Pak Hakim kala itu di pengadilan. "Saya yakin seyakin-yakinnya Pak! Saya sudah tidak tahan hidup bersama dia!" jawab Allana kala itu sambil melirik sengit pada mantan suami yang tampak hanya menghela napas panjang. Setelah melalui proses yang nyaris tanpa hambatan, akhirnya mereka resmi bercerai. Allana pikir, segalanya akan berjalan mudah karena mereka tidak lagi tinggal satu atap. Namun kenyataannya, tidak seperti yang Allana bayangkan karena sang mantan suami memutuskan kembali menempati rumah lamanya, yang hanya berjarak lima langkah dari rumah. Persis di depan rumahnya.

KEPINCUT PAPA MUDA

KEPINCUT PAPA MUDA

Romantis

5.0

"Anak-anak manis, kalian tidak apa-apa?" Kedua anak kembar itu mendongak, wajah mereka sudah dibasahi hujan dan air mata. Mendadak, kedua anak itu berteriak keras sambil memeluk Althea. "Mamaaaa...!!" "Wait... Mama? Siapa Mama?" "Eh, tunggu. Kalian siapa?" tanyanya bingung. "Oh, ada mamanya. Bagaimana kerja kamu jadi jadi orang tua, hah! Anak dibiarin hujan-hujan. Lihat, nih, saya hampir jatuh karena ngindarin anak itu!" Althea, seorang dokter muda mandiri yang tidak mengenal kata manja. Ia dibesarkan oleh orangtua tunggal, Mama-nya, setelah Papa-nya meninggal karena terlambat mendapat penanganan medis. Sang Papa adalah pekerja keras yang memilih meninggalkan kekayaan keluarganya dan hidup bersama Mama-nya. Setelah kepergian Sang Papa, Opa dari Papa-nya kembali datang untuk membawa Althea dan Mama-nya masuk menjadi bagian keluarga. Ketulusan dan kebaikan hati Althea dan Sang Mama membuat Opa-nya begitu menyayangi dan mempercayakan seluruh asset-nya untuk mereka kelola. Hingga di akhir hayatnya, Sang Opa mewariskan seluruh asetnya kepada keduanya. Hal ini menimbulkan konflik dengan Sang Tante serta sepupu-sepupunya. Kelembutan hati Althea membawanya bertemu dengan sepasang anak kembar yang telah ditinggal meninggal oleh Mama-nya sejak kecil. Rasa senasib karena harus hidup dengan orangtua tunggal, membuat Althea sangat memahami kesepian anak-anak itu. Terbukti dengan begitu mudahnya ia dekat dan sayangnya Althea pada kedua anak kembar – anak tetangganya itu. Kedekatannya dengan anak-anak itu membuat mereka merasa aman dan bergantung pada Althea. Siapa sangka, kasih sayangnya pada anak-anak itu membawanya pada kisah cinta yang tidak biasa namun tetap indah. Sementara itu Evander, duda keren beranak dua, tidak pernah menyangka bahwa usahanya untuk membentengi diri dari wanita demi anak-anaknya, justru dibuat kembali merasakan jatuh cinta seperti anak remaja oleh seorang wanita unik. Kisah cinta mereka tidak semulus jalan tol, juga tidak secantik taman bunga, tapi cukup menggemaskan dan penuh tantangan.

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

kodav
5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku