Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hasrat Cinta Om Zafran

Hasrat Cinta Om Zafran

viaviana97

5.0
Komentar
9K
Penayangan
40
Bab

Tinggal bersama Zafran Anthony--omnya--justru membawa Bella Eleya Zadik ke dalam sebuah kemelut rasa yang terlarang. Bisa-bisanya Bella jatuh cinta pada omnya sendiri. Ketika rasa itu terungkap, awalnya, Zafran merasa ini tidaklah mungkin, hingga Bella memutuskan berusaha melenyapkan cintanya. Siapa sangka, lambat laun, Zafran menyadari kalau dirinya juga sangat menginginkan Bella. * Mereka pun menjalin hubungan asmara secara diam-diam. Tanpa sepengetahuan siapa pun, bahkan Bella tak pernah siap bila sampai papanya tahu akan hubungan itu. Seiring waktu, keraguan-keraguan membayangi Bella. Namun, Zafran keukeh mempertahankan cinta mereka sebab ia tahu cinta mereka tak sepenuhnya salah dan terlarang. * Bagaimana jadinya bila papa Bella--sekaligus kakak Zafran--mengetahui jalinan cinta Zafran dan Bella? Bisakah asmara mereka bertahan? Terlebih, ketika Zafran mesti menghadapi perjodohan yang diatur kakaknya. * "Om, jangan. Kita gak bisa sejauh ini." "Bella, aku tau ini juga kali pertama buat kamu, Sayang. Aku akan pelan-pelan. Kita akan nikmatin ini. I want you, so bad. I love you, Bell."

Bab 1 001

Rasa yang salah. Atau orang yang dituju sang rasa kiranya kurang tepat. Haruskah ini terjadi? Gadis 20 tahun yang kerap disapa Bella itu yang kini tengah dibelenggu dilema. Ada sebuah perasaan yang mungkin bisa ia katakan sebagai rasa yang terlarang, menghinggapi dirinya. Yang orang-orang bilang namanya jatuh cinta. Tentunya, ini cinta yang nyata. Bukan sekadar cinta monyet anak-anak remaja, sebab usia gadis itu pun kini sudah bukan di rentang itu lagi. Namun, yang Bella sendiri tak habis pikir, mengapa mesti cinta terlarang yang ia rasakan?

Semuanya berawal dari kepergian papanya untuk perjalanan bisnis ke luar kota dalam waktu yang terbilang cukup lama. Bella adalah anak satu-satunya, terlebih ia sudah ditinggal tiada sang mama sejak masih usia kanak-kanak. Oleh karena itu, Zadik-papa Bella-amat sangat menyayangi buah hati tunggalnya itu. Zadik tak bisa tenang meninggalkan Bella sendirian di rumah megah mereka, sekalipun di rumah itu masih ada pembantu dan Bella sudah mahasiswa, bukan anak kecil lagi.

Akhirnya, Zadik meminta Bella untuk tinggal bersama adik papa Bella-paman Bella-yang bernama Zafran. Kebetulan, adik Zadik itu baru pindah ke kota ini setelah lama tinggal di luar kota. Zafran adalah pria lajang berusia 33 tahun. Ya, terlihat sangat timpang dengan sang kakak yang bahkan sudah memiliki putri yang hampir dewasa, Zafran justru belum memikirkan soal tambatan hati sampai detik ini.

Jadilah, Bella diajak tinggal bersama Zafran di apartemennya untuk sementara waktu. Sebenarnya Zafran bahkan juga sudah memiliki rumah sendiri di kota ini, tetapi ia lebih memilih tinggal di apartemen agar lebih dekat dengan kantornya. Kali pertama perjumpaan Zafran dan Bella setelah sekian lama, keduanya terlihat sama-sama terkejut, sama-sama pangling. Maklum, terakhir kali mereka bertemu dulu ketika Bella masih anak-anak. Zafran tak menyangka kini sang keponakan sudah tumbuh sedewasa ini, menjadi mahasiswa yang cantik dan manis. Postur tubuh yang tak terlalu tinggi membuatnya terlihat lebih imut. Kulitnya putih bersih, dengan berat badan cukup proporsional, juga rambut lurus panjang yang makin menambah anggunnya. Bella sendiri juga cukup mengagumi omnya yang terlihat makin tampan di usianya yang makin bertambah. Apalagi dengan tubuh kekarnya dan gayanya yang selalu terlihat keren.

Selama beberapa hari tinggal bersama, Zafran benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk Bella. Ia berusaha menyayangi Bella selayaknya bagaimana Zadik sayang padanya agar Bella tak sampai begitu merindukan sang ayah. Meskipun Zafran punya kesibukannya sendiri, ia tetap meluangkan waktu untuk bicara dengan keponakannya. Zafran juga beberapa kali menyempatkan mengantar jemput Bella ke kampusnya. Mereka bahkan jadi sering berbagi candaan berdua. Di saat Bella terlihat bosan, Zafran selalu siap mengajak Bella jalan-jalan ke manapun, entah sambil belanja di mall, sekadar menikmati suasana taman, bahkan menonton film di bioskop. Mereka makin hari makin dekat dan akrab. Memang ini yang Zafran inginkan. Ia tak ingin keponakannya merasa canggung ketika bersamanya sekalipun mereka sempat terpisah jarak dan waktu cukup lama.

Namun, lambat laun, kebersamaan mereka, juga perhatian-perhatian Zafran selama ini justru membuat Bella memiliki perasaan yang tidak seharusnya ada. Bagaimana mungkin ia bisa jatuh cinta pada omnya sendiri? Awalnya, Bella pikir ini hanyalah distraksi rasa sesaat akibat intensitas kedekatannya dengan Zafran, tetapi nyatanya, seiring waktu terus berlalu, maunya ia halau rasa itu, tetap saja tak mampu. Rasa hatinya semakin menjadi-jadi. Ia merasa ingin selalu dekat dengan Zafran, tak tahan terlalu lama jauh darinya, bahkan ia berharap Zafran juga bisa sayang padanya lebih dari sekadar kepada keponakan. Padahal, Bella sendiri sadar, tentunya amat mustahil rasanya bisa berbalas dan berjalan mulus. Ini konyol, ini aneh, ini tidak boleh, sungguh-sungguh terlarang.

***

Entah bagaimana, keberanian Bella mendorong tekadnya untuk menyatakan cintanya pada Zafran. Ia tak sanggup lebih lama menahan ini sendiri. Pikirnya, setidaknya ia sudah bilang. Urusan bagaimana reaksi Zafran dan apa yang akan terjadi nanti akibat pernyataan Bella ini bisa dipikir belakangan.

Kebetulan, malam ini Zafran mengecek Bella di kamarnya. Niat hati sekaligus ingin pamit keluar sebentar untuk bertemu kawannya karena ia sudah punya janji.

"Bella, om tinggal sebentar gapapa, ya. Om ada janji ketemu temen."

"Temen cewek?"

"Gak. Mereka pria."

"Oh, oke."

"Kalo ada apa-apa, langsung telepon om aja, ya."

Bella mengangguk.

Zafran sudah hampir keluar dari kamar Bella, tetapi tiba-tiba Bella mencegahnya ketika Zafran berada di dekat pintu. Bella pun beranjak dari kasurnya dan mendekat ke arah Zafran.

"Tunggu, Om."

"Ya, ada apa, Bell?"

"Em, aku ... aku sayang sama Om."

Zafran tersenyum. "Om juga sayang sama kamu, Bella," sahutnya sembari sedikit mengacak rambut Bella.

"Om, bukan begitu. Maksud aku ... aku sayang sama Om Zaf lebih dari itu. Bukan sebagai kerabat. Aku jatuh cinta sama Om."

"Haha, astaga, Bella. Kamu mulai nakal, ya, mau ngerjain om. Kenapa bercanda kayak gini?" Zafran masih menganggap omongan Bella tak serius.

"Om Zaf, aku serius, gak bercanda. Aku sungguh-sungguh punya perasaan itu buat Om. Aku mencintai Om sebagai lawan jenis. Aku punya keinginan bisa menjalin hubungan yang lebih sama Om. Jadi kekasih Om."

Ekspresi Zafran berubah serius, pria itu kini sungguh terkejut. Antara syok dan tak habis pikir.

"Bell, kamu tau itu gak mungkin, kan? Om kerabat kamu, adik papa kamu. Mana mungkin kita-"

"Ya, aku sadar ini gak mungkin. Aku juga gak tau kenapa bisa-bisanya aku ngerasain ini. Kenapa harus ke Om Zaf. Ini memang mustahil. Aku bahkan udah duga, Om pasti bakal seterkejut ini. Aku hanya gak tahan terus simpen ini sendiri, Om. Aku pengin kasih tau Om Zaf." Bella sudah sampai berkaca-kaca, tangis kecilnya pun mulai mengalir.

"Bella... kamu-"

Bella menggeleng cepat. "Gak. Aku gapapa, Om. Maaf, aku udah buang waktu Om dengan bicarain omong kosong kayak gini. Om bisa lupain aja, gak perlu dipikirin. Aku gak akan bahas ini lagi sama Om. Yang penting, seenggaknya aku udah bilang sama Om, aku gak terlalu tersiksa lagi. Maaf Om Zaf. Om bisa pergi sekarang." Bela menyeka air matanya, lantas sedikit mendorong Zafran keluar dan langsung mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Sedangkan Zafran sendiri saat ini sungguh tak bisa berkata-kata lagi.

***

Pernyataan cinta dari Bella membuat Zafran terus kepikiran. Meskipun mereka sudah sepakat tak lagi membahas itu, tetap saja rasanya berbeda. Mereka jadi tak bisa seakrab biasanya, bahkan lebih ke arah canggung. Bella jadi tak begitu ceria seperti sebelumnya, ia lebih suka menyendiri. Bisa dibilang mungkin Bella memang sengaja menghindari kontak yang lebih intens dengan Zafran agar perasaan cintanya tak lebih berkembang, bisa segera lenyap. Dan, di saat sikap Bella menunjukkan perubahan seperti itu, Zafran justru merasa seperti ada yang hilang dari dunianya. Ia rindu keceriaan Bella, canda dan tawa renyah mereka, juga manjanya Bella padanya.

Kontak mereka sekarang begitu jarang. Bahkan, meski tinggal satu atap, mereka tak bisa saling sapa terkecuali karena memang ada masalah penting. Jujur saja, Zafran tak suka dengan perubahan Bella.

Butuh hampir satu bulan sampai Zafran akhirnya mulai merasakan percikan-percikan berbeda dalam hatinya juga. Bahkan, melihat Bella yang tengah tertidur dengan pakaian minim pun kini mudah menggoda hasratnya. Terlebih, Zafran adalah pria dewasa yang begitu kesepian tanpa tambatan hati selama ini sampai usianya 33 tahun sekarang ini. Namun, rasa Zafran kepada Bella tentunya bukan sebatas tergoda hasrat laki-lakinya saja. Nyatanya, Zafran juga ingin bersama Bella lebih lama lagi. Hatinya begitu terusik ketika melihat Bella merasa sakit. Ia tak suka Bella sedih dan menangis. Ia ingin menjadi pria yang bisa membuat Bella selalu tersenyum. Baginya, mungkin ini cukup dikatakan sebagai jatuh cinta juga. Ya, apa-apaan ini? Perasaan terlarang Bella akhirnya berbalas juga oleh cinta Zafran.

Lain dengan Bella yang sebelumnya mesti dilema dulu untuk mengungkapkan cintanya, Zafran lebih mudah menumbuhkan tekadnya. Terlebih, memang ada suatu hal yang sebenarnya sudah Zafran tahu sejak lama, dan itu ia pikir akan membuat cinta mereka tak sepenuhnya salah dan terlarang.

***

Malam ini, Bella pulang cukup larut, bahkan tanpa mengatakan pada Zafran lebih dahulu ke mana ia pergi. Sampai-sampai sedari tadi Zafran kelimpungan mencari dan menunggu Bella yang tak pulang-pulang.

"Bella? Astaga, kamu baru pulang? Kamu pergi ke mana aja? Ke mana ponsel kamu, ha? Om gak bisa hubungin kamu dari tadi," cecar Zafran dengan raut dan nada khawatirnya.

"Maaf, Om. Pulang kampus tadi, aku langsung pergi sama temen-temen. Diajakin jalan sama mereka. Ponsel aku lowbat."

"Seenggaknya kamu sebelumnya bisa kasih tau om dulu, kan. Atau kamu bisa pinjem ponsel temen kamu sebentar buat kabarin om. Om cemas dari tadi nungguin kamu, Bell."

"Maaf. Lain kali aku akan kabarin Om Zaf dulu." Bella hendak berlalu ke kamarnya.

Dengan sigap, Zafran mencegahnya dengan menarik tangan Bella.

"Bell, om sayang kamu."

"Aku tau itu. Makanya Om cemas karena aku pulang telat."

Zafran lebih mendekat, kini mereka berhadapan. Zafran meraih kedua bahu Bella dengan lembut sambil menatap wajah Bella begitu lekat.

"Gak, Bella. Selama ini om memang selalu sayang sama kamu sebagai om kamu. Tapi, sekarang ini, rasa sayang itu udah lebih. Om juga punya rasa itu buat kamu, Bella. Seperti yang kamu pernah ungkapin ke om. Om sadar, saat ini, om juga mencintai kamu."

"A-apa? Maksud Om?"

"Ya, Bella. Om jatuh cinta juga sama kamu. Om ingin ... aku ingin kita terus sama-sama. Punya hubungan lebih. Jadilah kekasihku, Bella," ujar Zafran serius sembari mengusap lembut pipi Bella dengan jemarinya.

"Om Zaf, ini-" Bella bahkan masih tak mengira kalau hal seperti ini akan terjadi juga.

"Aku serius, Sayang. I love you, Bell."

Tanpa ragu, Zafran mulai memberikan kecupan di bibir Bella. Rasanya manis dan lembut. Baru kali ini Zafran bisa merasakan sentuhan bibir seintens itu dengan Bella. Sontak, Bella amat terkejut. Gadis itu mematung begitu mendapat ciuman tiba-tiba dari Zafran. Bahkan, bisa dibilang, Zafran yang telah mengambil ciuman pertamanya.

Cecapan bibir Zafran semakin menuntut, pria itu terus menahan wajah Bella tetap berada di dekatnya. Sembari terus menikmati ciumannya, Zafran mulai menggendong tubuh gadis itu dan membawa Bella masuk ke kamarnya. Sesampainya di kamar Zafran, pria itu perlahan membaringkan Bella di atas ranjang. Taut bibir mereka pun terlepas. Kemudian, Zafran justru mulai melepas satu per satu kancing kemejanya sendiri.

"Om Zaf?" cicit Bella.

Setelah ia menanggalkan kemejanya, Zafran kembali menindih Bella. Wajah keduanya begitu dekat.

"Kenapa, Sayang?"

"Om, kita harusnya gak-"

"Apa? Gapapa, Sayang. Aku mencintai kamu, Bella. Kamu juga masih punya rasa yang sama, kan?" ucap Zafran sembari menelusuri tiap jengkal wajah Bella dengan sapuan lembut jemarinya.

"I-iya. Tapi, Om-"

"Sstt. Cukup kita nikmati dulu malem ini. Ini akan jadi malem yang indah, karena ini awal hubungan baru kita. Sayang, mulai saat ini, aku milik kamu dan kamu hanya milik aku."

Seusai ucapannya, Zafran langsung mengecupi leher Bella dengan penuh hasrat. Bella tak bisa mengungkapkan sensasi yang ia rasakan sekarang. Gadis itu hanya memejamkan mata, mencoba ikut menikmati perlakuan Zafran, sembari sesekali mengeluarkan desahannya.

"Aahh ssshh, Om."

Tentu saja, Zafran ingin lebih dari ini. Tangannya mulai meraih pakaian yang Bella kenakan, hendak segera melucutinya seiring ciuman panasnya yang belum berhenti.

"Om Zaf, aku-"

"Hmm? Arghh, ayolah Bella."

Zafran pria dewasa yang baru saat ini berkesempatan menyentuh wanita. Dan, memang beginilah Zafran. Sentuhan fisik adalah bahasa cintanya. Ini akan jadi malam yang panjang untuk Zafran dan Bella.

Tanpa berlama-lama, Zafran sudah berhasil melepas pakaian Bella dan melemparnya begitu saja ke sembarang arah. Sepertinya pria ini memang sudah sangat tidak sabar untuk mendapatkan yang lebih.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh viaviana97

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku