Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Aku Sayang Om

Aku Sayang Om

Elfira

4.8
Komentar
8.1K
Penayangan
37
Bab

Noelia atau biasa di sapa Noe. Gadis mungil berusia 8 tahun kelas 2 Sd, hidup tanpa kedua orang tua dan hanya tinggal dengan Tante Novi yg berusia 30 tahun, single. Noe adalah anak yang ceria walau ia kekurangan kasih sayang orang tua. Hidupnya berubah saat tetangga baru datang menyapanya. Seorang pengantin baru dengan usia yang terbilang masih muda. Wisnu dan Santi. Noe memanggil Wisnu dengan sebutan Om. Kebaikan Wisnu membuat Noe semakin menyukai Wisnu, mendapatkan kasih sayang yang tidak pernah ia rasakan membuatnya tak bisa lepas dari sosok Wisnu. bertahun-tahun mereka bertetangga membuat hati Noe berubah perlahan-lahan. Hingga sampai puncaknya bibir tipisnya mengucap sebuah kata Aku sayang, Om

Bab 1 Tetangga Baru, Pengantin Baru

Di tengah derasnya hujan, Novi wanita cantik berusia 30 tahun berstatus single tengah menyeduh teh untuk menghangatkan tubuhnya. Samar-samar ia mendengar celoteh seorang bocah di dalam kamar. Ia pun mendekat perlahan dan menempelkan telinganya di pintu kayu.

"Kata Mama sama Papa, kamu itu bisa buat aku senang, bisa buat aku nggak kesepian, jadi kamu itu nggak boleh kotor, ngerti nggak Kelinci!" Novi yang mendengar celotehan si kecil jadi merasa sedih, ia tahu betul jika perasaan keponakannya yang baru berusia 8 tahun itu pastilah hancur.

Di usia sekecil itu ia harus menjadi yatim piatu. Kecelakaan beruntun yang mengakibatkan orang tua gadis mungilnya harus terenggut. Noelia Larissa yang waktu itu berusia tepat 6 tahun dihadiahi sebuah kabar buruk yaitu berita kepergian orang tuanya untuk selamanya. Kado terakhir yang sempat disiapkan oleh sang Ibu adalah sebuah boneka kelinci.

Boneka yang sudah diwasiatkan untuk menjadi teman Noe dikala sepi, dan Novi kini melihatnya sendiri, boneka itu benar-benar menemani kesepian Noelia. Hanya dirinyalah kerabat satu-satunya Noelia yang tersisa karena kedua kakek dan nenek Noe sudah lama tiada jauh sebelum dia lahir.

Ayahnya sendiri tak memiliki saudara kandung, sementara sang Ibu hanya memiliki Novi sebagai adik satu-satunya. Tentu saja, Novi yang selalu dibantu oleh kakaknya semasa sang kakak hidup akan merawat Noelia dengan baik semampu yang ia bisa. Walau kenyataannya ia terpaksa membuat Noelia terbiasa mandiri sejak dini karena Novi harus bekerja demi menghidupi dirinya dan keponakan cerdasnya.

Sungguh, Noe adalah anak yang sangat malang. Novi tahu jika Noe sangat butuh kasih sayang, tapi Novi belum bisa memberikan kasih sayang seutuhnya. Sebab dia harus fokus bekerja keras untuk menjamin masa depan Noe agar tak bernasib sama sepertinya. Gadis kecilnya harus kuat sendiri ditemani boneka kelincinya. Tanpa sadar air matanya menetes, kala mengingat kejadian nahas itu ...,

Novi tersenyum senang sembari memeluk kado berisi boneka untuk keponakan tercintanya. Padahal ia tahu jika sang keponakan tidaklah menyukai boneka, tapi kakaknya selalu saja memaksa untuk membelikan Noe boneka lucu. Kali ini di ulang tahun yang ke-6 lagi-lagi Noe mendapatkan boneka kelinci.

Novi hanya membayangkan wajah cemberut Noe yang seketika akan terganti dengan wajah senyum karena ia tak pernah mau membuat orang tuanya kecewa. Hanya Novi yang tahu jika Noe sang keponakan tidak menyukai semua boneka yang orang tuanya berikan. Noe itu gadis tomboy yang sukanya main kelereng dan sepak bola, bukan boneka.

Novi semakin erat memeluk kadonya karena sebentar lagi kakaknya akan datang untuk menjemput dirinya. Namun, setelah beberapa saat menunggu, sang kakak tak kunjung datang. Ia pun mencoba menelpon, tapi tak ada jawaban.

Novi mulai risau, haruskah ia pergi sendiri ke rumah kakaknya? Mungkin saja mereka sibuk sampai tak sempat menjemput dirinya. Namun, kenapa tak ada kabar jika memang seperti itu keadaannya?

Novi semakin risau, ia tak tenang. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke rumah sang kakak seorang diri. Namun, di tengah perjalanan ponselnya berdering. Ia manyun karena sang kakak baru menghubungi saat ia sudah di tengah perjalanan.

"Hallo?" jawabnya ketus, tapi Novi langsung terdiam kala mendengar suara asing yang tak sama dengan suara sang kakak.

"Ini siapa?" tanya Novi hati-hati, perasaannya sudah benar-benar tak tenang. Saat ia mendengar sang penelpon mengutarakan maksudnya, wajahnya langsung pucat pasi. Bibirnya bahkan sampai gemetar, ia bingung harus bagaimana merespon penelpon itu. Sampai akhirnya ia sadar dan buru-buru menanyakan alamat rumah sakit di mana sang kakak dan kakak iparnya dibawa setelah mengalami kecelakaan beruntun.

Di rumah sakit itulah ia melihat kondisi sang kakak yang begitu parah, tapi ia bersyukur karena sang kakak masih sadar hingga ia bisa berbicara dengannya. Satu kalimat penting yang membuat dirinya harus siap untuk menjadi wali Noelia sang keponakan.

"Tolong, jaga Noelia, rawat ia, karena hanya kamu yang ia miliki di dunia ini. Berikan boneka kelincinya dan katakan bahwa boneka itulah yang akan menemaninya di kala sepi. Novi, Kakak percayakan Noe padamu."

Derit suara pintu menyadarkan Novi dari ingatan masa lalu, ia segera menyeka air matanya dan berusaha untuk bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Karena ia tahu keponakannya tak menyukai dirinya yang menatap dengan iba. Noe si kecil berusia 8 tahun itu tumbuh menjadi pribadi yang hangat, humoris, dewasa, dan juga cerdas. Ia mampu menyikapi segala hal dengan tenang juga mampu menutupi kesedihannya selama 2 tahun terakhir dengan baik.

****

Komplek perumahan yang biasanya sepi terlebih selepas hujan sedari malam nampak riuh dengan keberadaan mobil truk pengangkut barang dan satu buah taksi yang berhenti di depan sebuah rumah yang lama kosong. Rumah itu berdempetan tepat dengan rumah Novi dan Noelia.

Novi keluar rumah saat melihat sebuah mobil berhenti di halamannya, karena ia mengira bahwa ada tamu datang. Ternyata justru ia memiliki tetangga baru. Seorang pemuda nampak keluar dari dalam taksi dan terlihat membawa tas ransel besar. Ia bahkan langsung membantu orang-orang yang menurunkan barang-barangnya untuk dibawa masuk ke dalam.

Saat hendak membuka pintu, ia melihat wanita cantik yang tengah berdiri di depan teras rumahnya. Pemuda itu pun tanpa sungkan tersenyum sopan.

"Permisi, Mbak. Saya Wisnu tetangga baru," ujarnya ramah. Wanita cantik itu pun menyambut senyumnya dengan sama ramahnya.

"Saya Novi, kamu tinggal sendiri nanti?"

"Eum, saya sama istri nanti." Novi nampak terkejut mendengar itu karena melihat perawakan Wisnu yang nampak muda, membuatnya mengira Wisnu adalah mahasiswa.

"Oh, aku kira kamu masih pelajar."

"Saya memang masih kuliah. Baru masuk kuliah tepatnya, Mbak, tapi saya sudah menikahi pacar saya." Wisnu nampak malu-malu mengatakan hal itu.

"Oh, baguslah daripada pacaran kelamaan ya kan?" Wisnu hanya tersenyum kecil dan pamit untuk masuk ke rumahnya. Saat wisnu sudah berada di dalam rumah, munculah Noelia yang sejak tadi mengintip dari dalam rumah.

"Ada apa, Tante?" tanya Noe sambil membawa boneka kelicinya.

"Ada tetangga baru, Sayang."

"Oh ya?" Novi mengangguk dan menunjuk truk juga rumah yang terbuka lebar di samping rumah mereka. Noe memerhatikan rumah itu sejenak sampai ia tersentak saat melihat Wisnu keluar dari sana.

"Itu Om yang punya rumah, Tante?" Novi mengangguk dan Wisnu kembali menyapa Novi.

"Wah, Mbak Novi udah punya anak toh?" tanya Wisnu ramah. Ia bahkan sampai mengusap rambut Noe. Noe nampak mundur karena takut dengan orang baru. Wisnu tersenyum kecil dan berusaha bersikap seramah mungkin pada Noe.

"Kenapa anak manis? Om nggak jahat kok, ayo kenalan. Nama Om, Wisnu, nama adik kecil siapa?"

"Aku udah besar, udah 8 tahun bukan adik kecil lagi," ketus Noe yang membuat Wisnu tergelak. Ia tak sangka jika bocah imut di depannya bisa setegas itu.

"Ya deh, Om minta maaf ya. Adik besar ini namanya siapa?" tanya Wisnu yang membuat Novi terkekeh. Wisnu hanya melirik Novi sekilas.

"Noe."

"Wih namanya bagus, Noe siapa ya panjangnya?"

" Noelia Larissa."

"Namanya cantik, persis wajahnya."

"Aku imut." Lagi-lagi Wisnu tergelak dengan jawaban spontan Noe. Novi yang melihat itu hanya tertawa karena ponakannya memang agak frontal dan ketus, tapi anak ini baik dan ceria. Mungkin karena Wisnu adalah orang baru hingga Noe merasa harus jaga jarak.

"Pak Wisnu, ini ditaruh di mana?" tanya salah seorang yang membantu membawakan barang-barang Wisnu.

"Oh, ya. Sebentar, Pak," jawab Wisnu, ia kemudian menatap Novi dan Noe.

"Mbak aku urus barangku dulu ya, biar cepet selesai."

"Iya, sudah sana."

Wisnu tersenyum dan berlari kecil ke arah halaman dan mulai mengarahkan mereka untuk menyusun barang-barang. Noe yang melihat itu hanya menarik kaos sang Tante. Novi menoleh.

"Kenapa?" tanya Novi.

"Om itu baik?" tanyanya.

"Baik, kok. Tadi aja mau kan sapa Noe dan senyum ke Noe?" Noe mengangguk dan memegang erat boneka kelincinya. Ia terus melihat punggung Wisnu yang membantu mengangkat barang-barang untuk dimasukkan ke dalam rumahnya.

Novi tersadar lalu melihat jam tangannya, ternyata benar sudah waktunya ia bekerja.

"Noe, Tante mau siap-siap dulu ya."

"Mau kerja ya?"

"Iya, Noe juga harus siap ke sekolah kan?"

"Enggak. Noe masuk siang, Tante."

"Oh, ya Tante lupa. Oke deh kalau gitu. Tante masuk ya mau siap-siap." Noe mengangguk dan tetap duduk di teras dengan bonekanya. Ia terus melihat ke rumah sebelah ketika orang-orang masih sibuk membawa barang-barang masuk sampai tak lama truk pun akhirnya pergi. Wisnu keluar untuk menutup pagar dan kaget melihat Noe sudah ada di depan rumahnya dengan membawa satu buku.

"Noe, ada apa?" tanya Wisnu.

"Buku Om?" tanya Noe. Wisnu memerhatikan buku itu, ia tak merasa memiliki buku seperti itu sih, tapi ia tetap ambil dan coba buka. Ternyata itu diary milik istrinya.

"Ini punya istri, Om. Makasih ya udah diambilin."

"Iya." Noe lantas balik badan dan kembali ke rumah dengan cueknya.

"Noe, Noe, gemesin banget sih," gumam Wisnu dan ia pun masuk ke dalam rumahnya untuk melanjutkan menata barang-barang di tempatnya.

Traktiran Pertama Noe untuk Om

Di rumah Wisnu, istrinya tengah duduk

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Elfira

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku