Aneth seorang siswa yang baru saja lulus dari sekolahannya. Dan ternyata Aneth dikenalkan oleh seseorang pria tua yang bernama Max - teman omnya sendiri - William untuk menjadi suaminya nanti. Dia merasa tidak nyaman ketika Omnya terus menjodohkan dirinya dengan pria yang katanya umurnya sudah menginjak 35 tahun. Bahkan Max sering menggodanya kala dirinya sedang di rumah. Bukan hanya itu saja, Max sering menelponnya sebelum tidur. Tak lama kemudian, Aneth mengertahui bahwa seorang Max adalah seorang pengusaha sukses yang sudah membangun beberapa cafe di kota ini. Setelah tau semua itu, akhirnya Aneth memanfaatkan semua uang punya Max. Namun, ternyata setelah lama Aneth terus bersama dengan Max dan terus memoroti uang Max. Rasa itu tumbuh tiba-tiba di dalam hatinya. Lantas, bagaimana hubungan mereka selanjutnya?
"Aneth, sudah pulang?"
Aneth menghentikan langkahnya kala ada seseorang yang memanggil namanya. Dia menoleh ke sumber suara dan ternyata ada omnya yang kini bersama dengan seorang pria yang terlihat masih muda.
"Ya, Om? Ada apa ya?" Aneth mendekat ke arah mereka. "Dan itu siapa?" tanya Aneth sembari melirik ke pria samping William-om Aneth.
"Kenalkan dia Maxime, calon suami kamu nantinya. Kenalan dulu."
Mata Aneth sontak membulat sambil melirik ke arah pria itu. "A-apa? calon suami?"
Pria itu tersenyum penuh arti dan mengulurkan tangan di hadapannya. "Saya Maxime, panggil saja dengan sebutan sayang."
Aneth melirik ke tangannya dan sontak meringis ketika mendengarkan ucapan Max barusan. "Sayang sayang ... makan tuh sayang!"
Aneth memutarkan bolamatanya dan menaap William dengan tajam. "Kenapa sih Om bawa pria gila seperti dia?"
"Dia tampan loh Aneth. Lihat saja wajahnya saja masih muda."
"Memangnya umur dia berapa?"
"Umur saya tiga puluh tahun."
Jawaban Max membuat Aneth shock seketika. "Gila ... Om mau menyuruh Aneth menikah dengan om-om seperti dia?" gadis itu menunjuk ke arah Max sambil menggelengkan kepala.
"Gamau ya Om. Mending Aneth nikah sama kambing dari pada sama dia." Aneth menggerutu cepat, kemudian dia berjalan kea rah kamarnya sendiri.
"Dia sangat lucu," kekeh Maxime.
"Dia memang lucu. Untung saja saya Om dia. Jadi saya tidak bisa menikahinnya."
Max menatap maut William. "Dia milikku. Jadi, jangan sampai kau macam-macam sama dia."
***
Sedangkan Aneth kini sudah berganti pakaian dan bersiap untuk keluar dari kamarnya sendiri.
"Sumpah ya, kalau om itu masih di sini. Aku bakalan tendang dia ke planet mars," gerutu Aneth.
Dan ternyata benar, saat dirinya mau ke dapur ada seseorang yang sedang berkutik di dalam dapur. Dia berdecak pelan dan membuka kulkasnya untuk mengambil minuman dingin di sana.
"Ngapain masih di sini hah? Tidak punya rumah?"
"Aku disuruh untuk menjaga kamu. makanya aku stay di sini," kata pria itu sambil meletakkan beberapa makanan yang akan dihidangkan di meja.
Aneth melirik pria itu sinis. "Tidak usah sok baik deh Om. Lebih baik Om sadar sama umur Om sekarang," sindirnya.
"Justru itu, aku ingin mencari pendamping yang cocok untukku. Dan menurutku, menikahi kamu itu suatu hal yang unik."
Aneth memutarkan bolamatanya dan duduk manis di kursi tersebut. "Tapi aku tidak mau."
Max mengangkat bahunya sakan tidak mendengarkan apa yang dibicarakan eh Aneth.
Aneth melihat beberapa makanan di meja itu dan sepertinya sangat enak. "Ini masakan Om semua?" tanyanya.
"Ya, aku yang masak itu semua. Cepat makan, kalau dingin nanti tidak enak," pinta pria itu.
"Pasti delivery tadi kan? Ngaku saja Om," kata Aneth dengan nada mengejek.
Max meringis menggelengkan kepala dan menduduki salah satu kursi di hadapan gadis itu. "Mana ada? Kalau memang aku delivery pasti ada bungkus makanan di sekitar sini."
Aneth terdiam, benar juga yang dikatakan oleh Max barusan. Dia melihat ke sekitar mencari keberadaan bungkus itu. "Tidak ada, memang om ini pintar menyembunyikan sesuatu," batinnya.
"Sudahlah ... makan saja. Aku memasakkan makanan dari korea dan aku pastikan masakanku sangat enak," kata Max dengan percaya diri.
"Percaya diri sekali dia," batinnya. Aneth mendengus pelan dan duduk di salah satu kursi di sana.
"Cepat makan," pintanya. Aneth menghembuskan napasnya dan mencicipi beberapa makanan Korea yang sudah dihidangkan di meja sana.
"Tidak terlalu buruk. Om pandai sekali masak, apa Om diajarin sama istri Om?" kata Aneth dengan wajah tak berdosa.
"Saya belum beristri. Kalau kamu mau, kita nikah secepatnya bagaimana?"
Aneth tersedak. Dengan cepat dia mengambil minuman dan meneguknya dengan cepat. Sudut matanya melirik ke arah pria itu yang nampak memasang wajah tak berdosa.
"Bisa tidak sih, tidak usha bicara seperti itu di depan anak kecil hah? Dasar om-om tua."
"Kamu lucu, aku suka menggodamu," kekeh pria itu
Aneth mendesis kecil. "Aku sama sekali tidak tertarik dengan om-om seperti kamu," katanya, kemudian melanjutkan makannya.
"Aku tidak peduli."
Aneth hanya diam, menikmati makanan Korea dengan memakai nasi.
"Kalau kamu suka, besok aku akan datang ke sini lagi untuk memasakkanmu."
Sudut mata Aneth melirik ke arah pria itu. "Tidak usah, aku bisa masak sendiri."
"Oh ya? Memangnya masak apa heum?"
Nampaknya pria itu sedang mengejeknya. Sudah terlihat dari tatapan wajahnya.
"Apa saja, kan ada YouTube?" jawabnya enteng.
"Bukannya itu sangat susah? Apalagi membawa ponsel di dapur? Bukan susah lagi sih, itu berbahaya juga soalnya kamu masak di kompor. Bisa saja.kompornya meledak."
"Mending Om diam deh? Telinga Aneth bener-bener panas dengerin omongan Om."
"Kenapa kamu sangat membenciku sih?"
"Jelaslah. Om sangst tidak jelas, apalagi sok-sokan mau menikahi Aneth yang masih muda. Kan lucu," desis Aneth. Dia beranjak dari tempat duduk dan mencuci piringnya sendiri.
Max hanya tertawa kecil di sana.
"Tapi aku masih suka sama kamu, Aneth."
Aneth melirik sinis pria itu dari samping. Kemudian membersihkan tangannya setelah meletakkan piringnya di rak piring. "Om Max yang paling jelek sedunia. Lebih baik Om keluar deh. Atau Aneth tendang dari sini ke planet mars?" ancam Aneth.
"Coba aja kalau berani."
Nampak terlihat Max masih duduk santai sambil mengambil makanan yang belum habis di sana.
Aneth merasa geram, dia mendekat ke arah Max dan memukul kepala Max dengan spontan. Sehingga membuat pria itu meringis pelan.
"Cepat keluar dari rumah Aneth Om! Nanti dilihat tetangga kalau Aneth nyimpen om-om gila seperti Om!"
Max menyunggingkan senyuman penuh arti. Pria itu beranjak dari tempat duduknya. Bukannya Max pergi dari sana, justru pria itu mendekat ke arah Aneth.
Mata Aneth membulat, dia segera memundurkan tubuhnya beberapa langkah. "Om ... kalau Om macam-macam. Aneth teriak nih?!"
"Teriak saja. Om-mu sudah pergi, orang tua kamu juga belum datang kan?"
"Y-ya ... Sebentar lagi juga datang. Lihat saja?!"
"Oh ya?" wajah pria itu mendekat ke telinga Aneth dan membisikkan sesuatu. "Bukannya orang tua kamu pulangnya nanti malam?"
Mata Aneth membulat seketika. Spontan di menendang selangkang pria itu.
"Argh! Ka ... mu."
"Memang enak! Suruh siapa dekat-dekat sama aku ya Om cabul!" Aneth segera lari terbirit-birit ke kamar dan mengunci kamarnya dengan cepat.
"Om itu sudah gila ya! Lagian Om William sok-sokan bawa dia ke sini. Menyebalkan Om memang," gerutunya.
Tiba-tiba saja ada suara ketokan di pintunya itu. "Astaga ... siapa lagi sih?!"
"Aneth! Kamu ini bagaimana sih? Ada tamu kenapa tidak ditemani hah?!"
"Kan ... kan ... pasti ulah om itu lagi," batinnya.
Bab 1 Om Max
18/10/2023
Buku lain oleh CHANIE
Selebihnya