/0/24057/coverorgin.jpg?v=fd1094b94f91e88087ae939108913a37&imageMogr2/format/webp)
Naura Faranisa wanita yang sering dipanggil Naura itu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia menangis kencang penuh emosi.
Abdi memeluk erat Naura, menggenggam tangannya dengan kuat. "Kau pasti bisa, Naura. Aku yakin!" bisiknya, kini perasaan Naura hancur ... sehancur-hancurnya. Bagaimana tidak? Dokter memvonis dirinya dengan penyakit yang tak pernah terfikirkan oleh setiap wanita.
"Aku sakit, Mas! Aku sakit!" jerit Naura menatap netra Abdi dengan linangan air mata, Abdi mengeratkan genggaman jemarinya pada Naura. Sambil mengelus lembut punggung istrinya, tanpa bisa menjawab sepatah kata pun.
Abdi membiarkan istrinya menumpahkan semua kesedihan di dalam pelukannya, Dokter yang memvonis Naura pun ikut hanyut dalam kesedihan mereka.
Istri tercinta Abdi itu telah divonis Dokter dengan penyakit yang mengerikan bagi seluruh wanita, yaitu kanker di buah dadanya dengan stadium empat dan harus mengikuti operasi untuk pengangkatan sel-sel kanker yang bersarang di bagian terindah wanita.
Wanita mana yang tidak terpukul mendengarnya? Sedangkan Naura baru saja menikah dengan pria idamannya. Abdi Ravindra Malik, pria tampan dan mapan yang sukses membuat Naura tergila-gila sampai mungkin gila beneran.
Kini Naura meratapi nasip, memegang kedua dadanya. "Haruskah Aku menjadi wanita cacat, di mata suamiku, Tuhan?" batin Naura bergejolak.
Abdi yang sangat tahu perasaan istrinya mencoba untuk menghibur hati Naura. "Kau tau, Sayang? Kau wanita cantik yang pernah, aku temui. Jadi ada atau tidak buah dadamu, aku tidak mempermasalahkan itu." Abdi memeluk Naura yang masih sangat syok dan terpukul.
"Oke Buk, Pak, harap dipertimbangkan dulu saja di rumah. Tetapi saran saya harus secepatnya dilakukan tindakan pengangkatan, karna jika terlambat sel-sel kanker nya akan menyebar lebih luas."
Mendengar perkataan sang dokter hanya membuat Naura semakin sakit hati dan ia bergegas meninggalkan suaminya di dalam ruangan itu.
Naura berjalan tertatih. Inikah nasip yang harus ia jalani? Lalu bagaimana impiannya bersama Abdi untuk mempunyai momongan?
Apakah ia gagal menjadi seorang istri? Kini fikiran Naura sangat kalut. Memikirkan tentang bagaimana hidupnya nanti? Atau malah ia tak akan hidup lebih lama lagi. Keadaan saat ini yang membuatnya bertanya banyak pada dirinya sendiri.
***
Naura yang sampai terlebih dulu di rumah, merasa semakin terpukul. Kini ia membersihkan diri di bawah genangan air shower yang mengucur dari atas, seakan air itu menutupi air matanya yang terus menetes tiada henti.
"Sayang? Apa kau sedang mandi?" tanya Abdi yang baru saja datang. Namun, tidak ada jawaban yang keluar dari mulut istrinya, Abdi yang merasa khawatir dengan keberadaan istrinya. Mencoba untuk membuka pintu toilet dan benar saja dia mendapati istrinya sedang telentang tanpa busana di bawah air yang mengucur.
"Nau? Aku mohon jangan begini. Aku ingin kamu sembuh?" ucap Abdi memeluk Naura.
"Percuma ... Aku sembuh juga, aku tetap menjadi Istri yang cacat!" jawab Naura ketus sambil menatap ke arah langi-langit dengan tatapan kosong.
"Nau, Aku mohon hilangkan perasaan itu. Aku ini sangat mencintaimu." Abdi menggenggam jemari Naura hangat.
Naura beringsut bangun dari posisinya lalu duduk menatap Abdi dalam. Tiba-tiba Naura mencium Abdi, kemudian meletakkan tangan Abdi di dadanya. "Sentuhlah aku, selagi kau bisa menikmatinya, Mas!" bisik Naura di telinga kanan Abdi.
Abdi mencium tengkuk leher istrinya, menciumnya lembut dan penuh kasih sayang. Kini sepasang suami istri berpagut kasih di bawah cucuran air.
"Sayang, sembuhlah untuk, suamimu ini," bisik Abdi, membuat Naura semakin tenang. Tidak lagi menangis, tetapi ... tetap melamun yang Abdi pun tak tahu harus berbuat apa lagi untuk menghibur Naura atau setidaknya mengembalikan senyuman manis istrinya itu.
Naura digendong Abdi ke kasur, menyelimuti tubuhnya dan mematikan Ac kamar agar Naura tak merasa kedinginan.
Abdi memandangi Naura dalam, perasaan tak tega melihatnya terbaring lemah seperti ini. Apa Naura tahu perasaannya? Dia pun juga sangat terpukul. Namun Abdi tahan! Abdi takut Naura akan mengira ia sedang kecewa oleh keadaan.
Air mata Abdi menetes, sebenarnya yang Abdi khawatirkan adalah bagaimana hidup Naura nanti? Dan bagaimana saat Ibunya tahu jika menantunya sakit?
Apakah Ibu akan membenci Naura, karena secara tidak langsung pasti ini akan membuatnya sulit mempunyai cucu. Lalu bagaimana jika nanti pernikahannya akan hancur karna sikap Ibu? Mengingat kembali jika Ibu tak pernah merestui pernikahan mereka.
"AH! Entahlah! Yang jelas Aku akan tetap mempertahankan Naura bersamaku!" ucap Abdi yang tak sengaja mengeluarkan nada keras.
"Mas?" panggil Naura lemah.
"Iya, Sayang?" Abdi menjawab sambil tersenyum manis menoleh ke arah Naura.
"Kamu, bilang apa tadi?"
"Hah? Bilang apa?" jawab Abdi yang berpura-pura terkejut. "Mungkin Kau hanya mimpi!" jawab Abdi mengelak.
"Ah masa? Sayang ... Aku udah siap dioperasi!" ucap Naura mendadak, Abdi tertegun mendengarnya.
/0/16915/coverorgin.jpg?v=b125a57b47eaa0639756f1097a79c374&imageMogr2/format/webp)
/0/17655/coverorgin.jpg?v=fd7c088aedcee4c6f93d3a95354c4ad2&imageMogr2/format/webp)
/0/14603/coverorgin.jpg?v=d199c4d0a34059e2ce87c3f8dcfab2ec&imageMogr2/format/webp)
/0/14628/coverorgin.jpg?v=a099a2c30c9d03a2cd4790cbaf5f9d95&imageMogr2/format/webp)
/0/5290/coverorgin.jpg?v=4e395246c883fa9451b70b76b14e3f3f&imageMogr2/format/webp)
/0/17052/coverorgin.jpg?v=62edda3c221d978560bca2cb1bbe0b5a&imageMogr2/format/webp)
/0/4131/coverorgin.jpg?v=20250121182221&imageMogr2/format/webp)
/0/14152/coverorgin.jpg?v=efdc21e45b5252f06d5cabf6bc2cffcf&imageMogr2/format/webp)
/0/26743/coverorgin.jpg?v=8f4fc03f62f240f5b1a748b5c827d624&imageMogr2/format/webp)
/0/16559/coverorgin.jpg?v=e2071e6c7a02478e542e0f7ba23df599&imageMogr2/format/webp)
/0/2453/coverorgin.jpg?v=96c7673aae26a3b99eca8d7df29c9aad&imageMogr2/format/webp)
/0/6529/coverorgin.jpg?v=cddeb0bc243bcef36794eb78d95cc4dd&imageMogr2/format/webp)
/0/6269/coverorgin.jpg?v=b50fd60d3fb45254a7faa00fc2000c82&imageMogr2/format/webp)
/0/16241/coverorgin.jpg?v=efcd6636640b700e7268f224990290a9&imageMogr2/format/webp)
/0/10342/coverorgin.jpg?v=b83176629109b0570095bbceb59e18ae&imageMogr2/format/webp)
/0/3853/coverorgin.jpg?v=b9640e1bc4332274459607b536ffc0db&imageMogr2/format/webp)