Suamiku Meminta Restu Untuk Menikahi Wanita Yang Menyakitiku

Suamiku Meminta Restu Untuk Menikahi Wanita Yang Menyakitiku

Nathaniel Septian

5.0
Komentar
189
Penayangan
55
Bab

Kakak tiri Citra, bernama Maya, tiba-tiba menghilang di hari pernikahannya. Ia tak sanggup menikah dengan tunangannya, Bagas, yang mengalami cacat fisik akibat kecelakaan. Panik melanda keluarga, dan dalam keputusasaan, Citra dipaksa menggantikan posisi Maya sebagai mempelai wanita. Empat tahun berlalu. Pernikahan Citra dan Bagas berjalan tanpa keributan. Meskipun diawal semua tampak terpaksa, hubungan mereka berdua akhirnya harmonis. Citra merawat Bagas dengan tulus, dan Bagas membalasnya dengan perhatian yang mendalam. Mereka telah membangun hidup yang tenang dan penuh kasih. Namun, ketenangan itu terusik saat Maya tiba-tiba kembali. Ayah Citra, yang selalu mendambakan kekayaan keluarga Bagas, mulai mendesak Citra untuk menceraikan Bagas agar Maya bisa mengambil kembali posisinya. Tak hanya itu, Bagas, dengan ekspresi datar yang sulit dibaca, bahkan meminta izin kepada Citra untuk menikah lagi. Dengan berat hati, Citra mengangguk. Ia merasakan sakit yang tak terlukiskan, namun ia berusaha tersenyum dan memberikan izin. "Tentu," katanya, suaranya sedikit bergetar, "Aku mengizinkan." Setelah mengucapkan kata-kata itu, Citra berbalik. Ia pergi meninggalkan rumah itu, meninggalkan semua yang telah ia bangun. Di belakangnya, Maya dan ayahnya mungkin merayakan kemenangan mereka, dan Bagas mungkin merasa lega. Namun, mereka tidak tahu bahwa Citra telah menyiapkan kejutan yang akan mengubah segalanya.

Bab 1 Pernikahan dalam Kepanikan

"Maya menghilang!"

Teriakan Tante Rina menggema di seluruh rumah megah itu. Gaun putih pengantin yang seharusnya melekat di tubuh Maya kini tergeletak tak bernyawa di atas ranjang, bersama selembar surat pendek bertinta hitam:

Aku tidak sanggup. Maafkan aku.

– Maya

"Ini tidak mungkin... Hari ini hari pernikahannya!" seru Pak Drajat, ayah tiri Citra dan Maya, sambil menjambak rambutnya sendiri. "Keluarga Bagas akan membunuh kita!"

Citra berdiri terpaku di depan pintu kamar. Dadanya sesak. Ia tahu Maya merasa tertekan, tapi tak pernah menyangka Maya akan kabur. Apalagi dengan waktu yang begitu mepet.

"Citra," suara Pak Drajat tajam, memutus lamunannya.

Citra menoleh. "Iya, Ayah?"

"Kamu harus menggantikan Maya. Sekarang juga."

"A-apa?" Citra melangkah mundur, wajahnya pucat. "Ayah, itu gila."

"Tidak!" bentak Pak Drajat. "Perjanjian sudah dibuat. Jika pernikahan ini batal, kita bisa kehilangan seluruh investasi dan reputasi keluarga. Bagas... dia mungkin cacat, tapi dia pewaris tunggal keluarga Wirawan! Jangan bodoh!"

Tante Rina mendekat, mencoba membujuk dengan nada lebih lembut. "Citra, tolong... Lakukan ini demi keluarga. Hanya kamu satu-satunya yang bisa menyelamatkan keadaan."

Citra terdiam. Jantungnya berdetak kencang. Ia melirik ke luar jendela, ke arah pelaminan yang mulai dipenuhi tamu. Ini bukan mimpinya. Bukan jalannya.

Namun satu kalimat terus terngiang di telinganya: "Demi keluarga."

Di Pelaminan

Bagas duduk tegak di kursi pengantin, mengenakan setelan formal berwarna putih gading. Wajahnya tampan, tapi tatapannya kosong. Satu kaki palsu tersembunyi rapi di balik celananya. Ia tidak menunjukkan emosi saat keributan terjadi di ruang rias.

Namun ketika Citra muncul menggantikan Maya, langkahnya ragu, mata berkaca-kaca, Bagas sempat menaikkan alis.

"...Kamu bukan Maya," katanya pelan, nyaris berbisik.

Citra menunduk. "Maya... tidak bisa datang. Aku... diminta menggantikannya."

Bagas menatapnya lama. Diam. Dingin.

"Apa kamu dipaksa?"

Citra menarik napas panjang. "Aku... memilih untuk berdiri di sini. Hari ini, di sampingmu."

Tak ada senyum. Tak ada pelukan. Namun dalam keheningan itu, pernikahan mereka tetap berlangsung. Tanpa cinta. Tanpa janji-janji manis. Hanya satu perjanjian bisu: bertahan demi kehormatan keluarga.

Empat Tahun Kemudian

Citra menyendokkan sup ke mangkuk Bagas. Dapur rumah mereka kini hangat dan penuh aroma masakan rumahan.

"Kamu masih suka sup ayam, kan?" tanya Citra sambil tersenyum kecil.

Bagas mengangguk, tanpa banyak bicara. Tapi matanya menatap Citra penuh perhatian. Wajahnya lebih tenang dari empat tahun lalu.

"Hari ini kamu terlihat capek," katanya tiba-tiba.

Citra mengangkat bahu. "Kerjaan di toko tadi agak ramai. Tapi nggak apa-apa. Kamu gimana? Lututmu sakit lagi?"

"Sedikit."

Hening sejenak.

Bagas melirik Citra, lalu berkata lirih, "Citra... Kalau suatu hari aku menikah lagi, kamu akan marah?"

Citra berhenti mengaduk teh di tangannya. Ia mencoba tersenyum meski hatinya terasa ditusuk.

"Aku akan... bahagia, jika kamu bahagia."

"Kamu yakin?" tanya Bagas, tatapannya tajam, tapi ekspresinya tetap datar.

Citra menatap mata suaminya, menahan air mata. "Tentu. Aku mengizinkan."

Dan saat malam itu mereka berpisah di kamar masing-masing, Citra tahu... kisah ini belum selesai. Ia telah memberi semua cintanya, namun mungkin tak pernah benar-benar diminta.

Tapi ini belum akhir.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nathaniel Septian

Selebihnya

Buku serupa

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Suamiku Meminta Restu Untuk Menikahi Wanita Yang Menyakitiku
1

Bab 1 Pernikahan dalam Kepanikan

31/07/2025

2

Bab 2 Perempuan yang Kembali

31/07/2025

3

Bab 3 Aku bisa ke sana

31/07/2025

4

Bab 4 Cinta dalam Diam

31/07/2025

5

Bab 5 Setelah Janji Diucap

31/07/2025

6

Bab 6 Citra terbangun di pagi buta

31/07/2025

7

Bab 7 Hujan turun deras malam

31/07/2025

8

Bab 8 menghampiri boks bayi

31/07/2025

9

Bab 9 Nayla sudah agak besar

31/07/2025

10

Bab 10 mulai belajar merangkak

31/07/2025

11

Bab 11 semangkuk bubur

31/07/2025

12

Bab 12 kamu yakin mau antar Aluna sendiri

31/07/2025

13

Bab 13 Sudah hampir dua minggu

31/07/2025

14

Bab 14 kamu sudah hebat

31/07/2025

15

Bab 15 membiarkan mereka hidup

31/07/2025

16

Bab 16 mengamankan diri

31/07/2025

17

Bab 17 ternyata tak mudah dikesampingkan

31/07/2025

18

Bab 18 foto keluarga

31/07/2025

19

Bab 19 Bagas masuk ke ruang tamu

31/07/2025

20

Bab 20 tawa Aluna

31/07/2025

21

Bab 21 desa Karangjati

31/07/2025

22

Bab 22 ikut kegiatan di balai desa

31/07/2025

23

Bab 23 Senyumnya mengembang

31/07/2025

24

Bab 24 hanya digunakan warga untuk menjemur hasil panen

31/07/2025

25

Bab 25 tinggal di desa

31/07/2025

26

Bab 26 selama berbulan-bulan

31/07/2025

27

Bab 27 kehidupan yang tak pernah berhenti

31/07/2025

28

Bab 28 Di ruang tengah

31/07/2025

29

Bab 29 Kalau jatuh nanti kamu malah luka lagi

31/07/2025

30

Bab 30 berdatangan

31/07/2025

31

Bab 31 hati seorang ibu

31/07/2025

32

Bab 32 dengan hati yang penuh syukur

31/07/2025

33

Bab 33 kami sudah datang!

31/07/2025

34

Bab 34 penuh perhatian

31/07/2025

35

Bab 35 mereka pinjam kemarin

31/07/2025

36

Bab 36 berkumpul

31/07/2025

37

Bab 37 menyiapkan sarapan untuk keluarga

31/07/2025

38

Bab 38 Matanya menerawang ke kejauhan

31/07/2025

39

Bab 39 dipenuhi aktivitas

31/07/2025

40

Bab 40 ruang terapi

31/07/2025