Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Wanita berambut sepinggang itu meninggalkan rumah sakit dengan keadaan lemah.
Dalam langkah lunglai dia masih mengingat dengan jelas, tiga kata yang baru saja masuk ke dalam gendang telinganya.
"Anda terkena leukemia."
Andira Sabit, wanita berusia 25 tahun ini sama sekali tidak menyangka, di usianya yang masih terbilang sangat muda harus menerima kenyataan pahit dengan mengidap penyakit yang mematikan.
Takdir seolah mempermainkan dirinya, dia sudah tidak memiliki kebahagiaan dalam dunia fana ini. Cepat atau lambat dia akan pergi, tapi siapa yang akan menangisi kepergiannya kelak?
Dira menahan air mata dan isak tangis, lalu menghadap ke atas agar air matanya tak banyak jatuh di pipi. Kejadian demi kejadian terus menimpa dirinya.
"Kenapa semua terjadi padaku? Kenapa Engkau memberikan takdir seperti ini?" tanya Dira sembari menatap tajam ke arah langit yang menghitam. Langit itu tanpa ada rembulan atau pun bintang yang menghiasinya.
Jika dipikir-pikir langit di atas sangat menggambarkan suasana hatinya yang kian sepi. Dira memiliki segalanya, tapi apa yang dia peluk dan genggam semuanya berduri, hingga dia sudah tak sanggup untuk memeluk apa yang dia miliki.
Keluarga yang lengkap? Tentu Dira memilikinya. Namun, kenyataan pahit yang beberapa bulan lalu dia ketahui adalah dia hanyalah seorang anak yang tak diharapkan oleh ibunya. Hal itu yang mengantarkan Dira pada sebuah pernikahan guna untuk membalas dendam.
Demi membalaskan sakit hatinya yang selalu diperlakukan seperti upik abu. Dira menikah dengan lelaki yang cukup tampan, Sander Abidin. Lelaki itu adalah kekasih sang kakak, Nadya Sabit.
Dira kembali berjalan saat teringat dia memiliki seorang suami, meskipun dalam kehidupan rumah tangganya dia hanya dianggap sebagai orang asing. Tidak hanya itu, Dira juga tahu jika sang suami kini masih menjalin kasih dengan sang kakak, bukankah itu sangat konyol?
Dira berusaha tegar menghadapi kenyataan yang ada. Kini dia memanggil taxi yang masih wara-wiri di jalanan. Dira berharap jika dia sampai di rumah perasaannya akan lebih tenang, sembari melihat sang suami yang pasti sudah tertidur sekarang ini.
Tetapi saat Dira membuka pintu, harapannya pupus.
"Lihatlah, Kak. Sepertinya istrimu sedang mencari kesenangan di luar sana!"
Celetukkan dengan nada tinggi itu berasal dari mulut Nadya, yang kini terlihat sedang nyaman tidur di pangkuan lelaki yang sering disapa Abi.
Seharusnya dengan keadaan yang baru saja Dira alami, dia yang tertidur di sana. Mencari sebuah kenyamanan dan motivasi hidup, sayangnya itu hanya mimpi bagi Andira Sabit.
"Masih ingat pulang?" tanya Abi menatap sengit ke arah Dira yang masih mematung di depan pintu masuk.
"Maaf, Kak Abi. Tadi aku ...."
Dira menghentikan kalimatnya, dia tidak mungkin mengatakan jika baru saja dia dirawat di rumah sakit dan mendapatkan vonis penyakit yang mematikan. Bisa saja jika Abi dan Nadya mendengar kabar itu mereka akan bersujud syukur.
"Tadi apa?" cecar Abi masih dengan tatapan tajam.
"Tadi aku tertidur di taman, Kak." Dira berbohong, karena dengan cara itu dia bisa mengelabui dua orang di hadapannya ini.
"Dasar tidak bertanggung jawab, aku menyuruhmu untuk membeli cemilan. Kamu malah tidur? Benar kata ibumu, jika kamu tidak berguna!" seru Abi seakan memojokkan Dira.