Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Wanita Pengganti

Wanita Pengganti

Nisa Puspita

5.0
Komentar
1.5K
Penayangan
5
Bab

Alleta adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, ia terpaksa menjadi wanita pengganti dalam acara pernikahan yang ia datangi bersama dengan kedua orang tuanya. Atas dasar hutang keluarga membuatnya terpaksa menikahi laki-laki yang ternyata adalah Kakak kandung dari kekasihnya sendiri.

Bab 1 Kencan Terakhir

Suatu malam di jalanan sepi mobil yang Alleta tumpangi melaju dengan sangat kencang menembus angin malam yang dingin, semantara tangan kanan Alleta di genggam lembut oleh tangan kekar seorang laki-laki tampan yang tengah mengemudikan mobil. Laki-laki itu adalah Juno kekasih Alleta yang sudah 2 tahun menjalin hubungan dengannya, meskipun sudah lama ia tak pernah menanyakan bukti keseriusan Juno padanya karena ia sendiri tak mau terburu-buru untuk menikah, dan masih ingin menghabiskan masa mudanya.

"Alleta," panggil Juno sembari mulai menatap kedua bola mata indahnya.

"Iya," sahut Alleta seraya menatapnya.

"Terimakasih untuk malam ini, malam ini seru sekali. Aku tak akan pernah lupakan malam ini," ujar Juno dengan senyum manisnya.

"Aku juga terimakasih kau sudah mengabulkan impian kecil ku," sahut Alleta.

Aku merasa senang melihat Juno bahagia malam ini, padahal Juno yang menuruti petualang ku hari ini tapi ternyata Juno juga ikut senang dengan permainan tadi.

Tak lama kita tiba di depan gerbang pagar rumah keluarga ku.

"Berhenti disini," ucap pinta Alleta.

Juno langsung menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang, sedangkan pada security sudah siap membuka gerbang besi tinggi itu.

"Aku bisa antar kau sampai depan pintu," ucap Juno.

"Tak perlu, lebih baik sampai disini dan kau cepat pulang," sahut Alleta sembari sibuk melepas sitbel yang melingkar di tubuhnya.

Raut muka Juno tiba-tiba berubah masam, membuat ku tak tega meninggalkannya sekarang. Ku urungkan niat ku untuk keluar dari mobilnya, ku tutup kembali pintu mobil yang ada di sebelah ku.

"Bugh."

"Orang tua mu masih tak suka dengan ku?" tanya Juno.

"Aku janji aku akan berusaha meluluhkan hati orang tua ku, tapi aku juga mohon pada mu untuk bersabar," sahut Alleta dengan kening yang mulai mengeriyit.

"Mau sampai kapan?" tanya Juno, terdengar dari nada bicaranya dan hembusan nafasnya Juno sangat lelah dengan restu yang tak kunjung turun dari kedua orang tua sang kekasih.

"Ini baru orang tua ku saja aku tak mau bersabar, apa kabar aku yang tak pernah kau kenalkan dengan keluarga mu," ucap Alleta dengan nada bicara yang mulai meninggi.

"Apa kau lupa kalau orang tua ku sudah meninggal?" tanya Juno mulai kesal.

"Kakak, kau punya kakak kan?" tanya Alleta.

"Kakak ku gampang pasti dia setuju aku punya hubungan dengan mu, ini masalah nya ada pada orang tua mu," sahut Juno.

"Tak pernah sebelumnya dengan wanita lain sesusah ini mau bertamu, hanya dengan mu saja aku seperti maling," sambungnya.

Rasa sabar ku mulai habis, Juno tak bisa menurunkan egonya dan hanya ingin menang sendiri.

"Ya sudah sana balik sama wanita-wanita yang gampang kamu temui," sahut Alleta kesal, dengan cepat keluar dari mobil dan berjalan masuk ke rumahnya.

Tak selangkah pun Juno ada niatan mengejar ku, ia tetap berada di dalam mobil dan tak lama pergi.

Aku kira malam ini adalah malam yang indah, tapi pertengkaran seperti ini masih saja terjadi dengan masalah yang sama. Sekali dua kali aku masih bisa bersabar sembari menjelaskan padanya tapi lama-lama manusia juga ada batas sabarnya, suatu hubungan harus keduanya saling mengerti bukan salah satunya saja.

Setelah beberapa langkah masuk ke dalam rumah, aku baru menyadari bahwa tak ada satu pun lampu rumah yang menyala.

"Lagi ada pemadaman atau bagaimana, tapi perasaan tadi lampu di depan menyala semua," gumam Alleta lirih.

Namun aku terus berjalan sembari coba mengambil ponsel ku yang ada di dalam tas. Saat dengan sibuk mengambil ponselnya tiba-tiba seluruh lampu menyala, aku pun langsung menghembuskan nafas lega.

"Akhirnya nyala juga," ucap Alleta kembali menutup tasnya.

"Alleta," panggil salah seorang terdengar suara itu keras khas laki-laki, ia adalah Papa Frans Papa kandung ku

Aku langsung mematung tak berani melirik kemana-mana, aku tahu itu suara Papa ku dan aku tahu Papanya ini akan memarahinya tentang apa.

"Harus dengan apa Papa kasih tahu kamu Alleta, Papa sudah lelah," ucap Papa Frans mulai mendekati Alleta putri semata wayangnya.

"Papa Mama tak suka kamu berhubungan dengan laki-laki seperti dia," bentak Papa Frans.

"Bisa kau putuskan hubungan mu dengannya?" tanyanya.

Seketika air mata mulai menetes membasahi pipi ku, aku memang tengah bertengkar dengan Juno tapi bukan berarti pertengkaran tadi menghilangkan rasa sayang dan cinta ku padanya.

"Aku cinta sama Juno Pa," ucap Alleta.

Mulai ku tatap kedua mata Papa ku, ku lihat dari bola matanya terdapat kecewa yang teramat besar dari apa yang sudah aku katakan.

"Cinta tak bisa membuat mu bahagia Alleta, dari kau kecil sampai sebesar sekarang Papa mati-matian membahagiakan mu dengan kecukupan harta. Tapi malah pada akhirnya kau memilih laki-laki pemalas itu," bentak Papa Frans dengan bibir yang bergetar, ia sungguh marah dengan ucapan ku.

Aku sendiri terkejut dengan bentakannya kali ini, tak pernah sebelumnya aku mendapat bentakan sekeras ini dari Papanya.

Dengan takut-takut aku harus menyahut ucapannya.

"Harta tak cukup untuk membahagiakan ku Pa," sahut Alleta.

Papa Frans mulai tersenyum tipis seperti meledek ucapan ku.

"21 tahun tapi hanya beberapa detik saja bibir mu bisa bilang kalau harta saja tak cukup untuk membahagiakan mu, lalu selama ini 21 tahun senyum dan tawa mu itu dari mana Letta?" tanya Papa Frans.

"Ada apa lagi ini?" tanya Mama Dewi.

Tiba-tiba saja Mama Dewi datang entah dari mana munculnya, terlihat Mama kesal melihat perdebatan ku dengan Papa.

"Biasa Ma, anak mu ini habis keluar sama Juno," jawab Papa Frans.

Seketika aku langsung mendapat sorot mata tajam dari Mama, aku hanya bisa menundukkan kepala tak sanggup rasanya jika menatap balik mata elangnya.

"Kecewa Mama dengan mu," ucap Mama Dewi dengan nada lemas.

"Orang tua melarang sesuatu pasti demi kebaikan mu, lagi pula Juno sama sekali tak memperjuangkan mu buktinya dia tak pernah datang ke rumah untuk meminta restu. Jadi untuk apa kau memperjuangkan dia sampai segininya, sampai berani berdebat dengan Papa mu," ucap Mama Dewi kembali.

"Bukannya Juno pernah kesini tapi Mama usir?" tanya Alleta.

"Jelas Mama usir, kesini jemput kamu cuma bawa kue pinggir jalan untuk apa," jawab Mama Dewi dengan santainya.

Dada ini makin sesak rasanya mendengar jawaban Mamanya yang terasa menusuk.

"Jangan kira Papa Mama mu ini tak tahu kalau Juno itu hanya bisa menghabiskan uang Kakaknya, orang seperti itu tak bisa di ajak hidup bersama," ujar Mama Dewi, ia selalu berfikir panjang akan hal ini, mengingat hubungan mereka yang terjalin lama membuatnya ketar-ketir sendiri.

"Mama sama Papa selalu melihat dari segi materi, kenapa tak pernah lihat dari sikap dan hatinya?" tanya Alleta.

Isakan tangis ku terus mengiringi berbagai pertanyaan yang aku lontarkan sedari tadi.

"Ini bukan soal materi Letta, ini soal tanggung jawab. Bekerja untuk hidupnya sendiri saja dia tak bisa apalagi hidup dengan mu, sudah tak malas bekerja dia foya-foya lagi habiskan uang kakaknya, Mama tak suka dengan orang seperti itu," ujarnya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nisa Puspita

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku