Suami Pengganti

Suami Pengganti

Author Fi

5.0
Komentar
4.2K
Penayangan
21
Bab

Tania akan melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya, Rian. Hubungan mereka berlangsung selama 3 tahun. Namun, niat itu kandas karena Rian meninggal dunia akibat kecelakaan ketika ia menyelamatkan kekasihnya, Tania. Orang tua Tania tak tinggal diam melihat putri semata wayangnya terus meratapi nasib di dalam kamar dan mengurung diri. Mereka menjodohkan Tania dengan sahabat Tania sejak SMA hingga sekarang. Tania tak bisa menolak mengingat riwayat penyakit papanya. Sedikit kecewa Tania kepada sahabatnya yang bernama Andre ketika menerima perjodohan itu. Bagaimanakah pernikahan mereka? Akankah berakhir bahagia atau kecewa?

Bab 1 Gaun Pernikahan

Wanita mana yang tidak bahagia jika menikah dengan pria yang ia inginkan. Itulah yang dirasakan Tania, menikah dengan kekasih yang sangat ia cintai. Hubungan mereka berjalan dengan baik selama ini.

"Sayang, kamu siap-siap ya! Sebentar lagi Mama akan menemani kamu membeli gaun pengantin. Ditemani Rian juga kok," rayu mamanya yang bernama Tiya.

"Ih, Mama bisa aja," jawab Tania malu-malu.

Tania yang berusia 25 tahun itu terasa seperti anak kecil saja ketika digoda mamanya.

"Selamat siang, Tante, sayang!" sapa Rian pada kedua wanita cantik yang sedang duduk menunggu kedatangan Rian di sebuah sofa dalam butik terkenal itu.

"Siang juga Rian!" jawab Tiya, mamanya Tania.

"Ma'af ya Tante jadi lama nunggu," ucap Rian sedikit segan dengan Tiya.

"Santai saja Riyan. Oh iya, Mama kamu dimana?" tanya Tiya sambil melihat di sekeliling butik itu.

"Mama masih di mobil, tadi Mama lagi nelpon sama Papa." Mendengar jawaban Rian, Tiya pun mengerti.

"Hi, kalian sudah lama menunggu ya? Sorry, Because earlier my beloved husband called me."

Tiya dan Tania tersenyum mengiyakan perkataan Sari, mamanya Rian.

"It's okay Sari, aku dan Tiya ngerti kok." Tiya memegang bahu Sari.

Terlalu lama berbincang dan basa-basi, mereka hampir lupa tujuan utama ke butik itu. Untung saja, Tania mengingatkan kedua wanita paruh baya yang sedang bercengkrama itu Jika tidak, mereka akan melupakan semuanya.

"Hmmm, tujuan kita kesini buat apa sih Mama-Mama cantik ku," tutur Tania sambil terkekeh dan memeluk mereka berdua.

Tania sudah sangat akrab dengan mamanya Rian sejak awal mereka pacaran. Mama Rian juga sangat menyukai Tania karena ia memiliki sikap yang baik dan sopan.

Mereka langsung saja masuk mencari gaun dan juga jas yang paling mewah.

"Nak, menurut Mama disini cuma ada 2 gaun yang bagus dan menarik perhatian Mama. Tapi Mama nggak bisa pilih antara 2 gaun ini," ucap Tiya sambil menunjuk ke arah 2 gaun yang ia maksud.

"Benar, aku juga sangat menyukai 2 gaun ini. Sangat elegan jika dilihat, apalagi jika dikenakan menantuku yang cantik ini," jawab Sari menggoda Tania.

"Ih, Mama bisa aja." Tania tertunduk malu.

"Emmm, Rian mau kasih saran. Boleh nggak, Ma?" tanya Rian sambil terkekeh.

"Boleh banget sayang, menurut kamu bagusan mana antara 2 gaun ini?" tanya Tiya pada Rian, calon menantunya.

"Yang ini, Ma. Rian sangat menyukai gaun pengantin berwarna putih dan motifnya juga lebih unik, sangat cocok dikenakan Tania. Nanti Rian akan memakai jas berwarna putih campur hitam yang ada di sudut sana," jawab Rian sambil tersenyum lebar, sedikit kagum dengan motif gaun itu.

Tania sedikit mengerutkan bibirnya karena isi hatinya tak sejalan pemikiran Rian.

"Tapi, aku lebih suka motif gaun ini. Inikan putih juga sayang. Jadi cocok dong dengan jas yang kamu tunjuk disana," protes Tania.

Mendengar dua pendapat yang berbeda itu, Tiya dan Sari jadi bingung harus bagaimana.

"Jadi, bagaimana dong?" tanya kedua wanita paruh baya itu secara bersamaan.

"Terserah Tania aja, Ma. Lagian, kalau Rian nggak ngikutin kemauan tuan putri inj, pasti nanti Rian bakalan di ocehin sama dia," gumam Rian sambil melihat ke arah Tania.

Tania hanya tersenyum mendengar jawaban Rian. Ia kira, Rian tak akan mendengarkan perkataannya.

Dua jam lamanya mencari gaun dan riasan pengantin lainnya, mereka pun berencana akan pulang ke rumah.

"Ma, Mama sama Tante pulang duluan ya! Mama ikut Tante Tiya saja ke rumah. Nanti Rian telpon supir pribadi rumah untuk menjemput Mama ke rumah Tante Sari. Boleh, kan?" tanya Rian penuh harap agar mamanya mengiyakan permintaan nya itu.

Sari mengangguk dan mengiyakan perkataan Rian. Rian dan Tania akhirnya pergi ke sebuah taman tempat biasa mereka duduk berdua saat berpacaran.

"Sayang, ini tempat unik buat aku. Tempat ini nantinya akan menjadi sebuah sejarah terindah dalam hidup aku," ucap Tania, menyandarkan kepalanya di bahu Rian.

"Iya, kamu benar banget sayang. Ada banyak kenangan di taman ini. Ooo iya, kamu kan sekarang bekerja sebagai Dokter ni, Dokter Spesialis dalam lagi. Kalau aku sakit, kamu mau kan obati aku?" ucap Rian sambil terkekeh melihat wajah Tania.

"Hahaha, bayar dong sayang. Kamu kan juga CEO terkenal, pasti untuk bayar obat masalah sepele dong," gumam Tania sambil terkekeh.

Mereka berdua tertawa terbahak-bahak, saling melepas rindu yang membelenggu karena sudah 5 hari tak bertemu. Maklum saja, Rian adalah CEO yang super sibuk dengan pekerjaan sehingga harus keluar masuk kota bahkan sesekali keluar masuk Negeri.

"Emm, sayang ada siomay langganan. Itu, disana!" Tania menunjuk ke arah siomay langganan mereka.

Mereka berdua adalah anak bangsawan yang dapat dikatakan memiliki kekayaan berlimpah. Namun, mereka sangat menyukai makanan jajanan seperti siomay.

"Ya udah, kita beli yuk!" ajak Rian memegang tangan Tania.

Mereka berdua berjalan menuju gerobak bapak tukang siomay yang sekarang berada di seberang jalan. Namun, Tania melepaskan tangannya dari tangan Rian dan berlari tanpa melihat kiri kanan. Tania takut bapak siomay itu keburu jauh dan tidak akan bisa merasakan siomay itu hari ini.

Tit! Tit! Tit!

Suara klakson mobil truk bergema, Rian berlari menyingkirkan kekasihnya dan akhirnya ia tergeletak jatuh di jalan. Tubuh Tania gemetaran melihat sang kekasih berlumuran darah di seluruh tubuh.

Tania mengejar Rian yang sudah tergeletak di jalan dan teriak minta tolong kepada semua orang yang ada di sekeliling itu.

"Tolong! Tolong!"

Beberapa orang datang untuk membantu membawakan Rian ke rumah sakit terdekat. Tania menelpon keluarganya juga keluarga Rian. Semua orang kaget dan segera berlari ke rumah sakit.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Sari, mamanya Rian sambil terisak.

Tania menjelaskan semua dengan dadanya yang begitu sesak diiringi butiran air yang terus keluar membasahi pipi mungilnya itu.

"Bagaimana keadaan anak saya, Pak?" tanya pria paruh baya yang merupakan papanya Rian.

"Anak Bapak kritis, mohon jangan ganggu pekerjaan kami dulu ya. Kami akan berusaha semaksimal mungkin," jawab dokter itu dengan nada suara tergesa-gesa.

"Lakukan yang terbaik, Dok!" seru Sari, mamanya Rian.

"Dug, dug, dug."

Detakan jantung mereka semakin kuat mendengar penjelasan dokter barusan. Mereka berharap agar Rian dapat diselamatkan.

Dua jam menunggu, akhirnya Dokter keluar dengan ekspresi wajah yang sulit untuk ditebak.

"Dok, bagaimana keadaan Rian? Dia baik-baik aja kan?" tanya Tania penuh harap.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, sekali lagi takdir yang menentukan. Pasien, tidak bisa kami selamatkan." Dokter itu menunduk, turut berduka atas kepergian Rian.

"Tidaaaak!" Jeritan Tania menggema, sementara kedua orang tua Rian dan Tania hanya terdiam menahan dada yang sesak karena kehilangan Rian.

Semua orang berlari ke ruangan Rian. Melihat jasadnya yang tertidur pulas dan tak akan bisa membuka mata lagi.

"Kenapa kamu ninggalin aku Rian? Kita akan menikah Rian. Kalau kamu pergi, aku nikah sama siapa? Aku nggak mau kehilangan kamu," ucap Tania dengan isakan yang begitu sakit di dadanya.

"Nak, ini semua sudah takdir. Kita ikhlaskan kepergian Rian ya," seru Sari, mencoba menguatkan Tania yang merupakan calon istri dari anaknya Rian yang sudah meninggal barusan.

"Tidak Mama, kami sudah janji sehidup semati. Kalau gitu, Tania ikut mati juga ya," ucap Tania mencoba memukul dadanya.

Hal itu membuat kedua orang tua Tania mencoba menghentikan aksi nekatnya itu.

"Nak, jangan nangis! Rian sedih melihat kamu seperti ini. Lebih baik, kita lakukan kewajiban untuk Rian ya!" seru Tiya, mamanya sambil memeluk Tania dengan erat.

Tubuh Tania melemah, ia tak dapat menahan perih yang menggores lukanya itu. Bagaimana tidak, awalnya ia sangat bahagia akan pernikahan nya. Kini, ia harus menanggung perih ketika ditinggal untuk selamanya oleh calon suami yang sangat ia cintai.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku