"Ku kira aku akan jadi wanita paling bahagia karena telah di berikan suami dan anak yang tampan, nyata nya aku hanya di jadikan mesin penghasil anak oleh suami ku.. Dia punya istri lain selain aku, dan tujuan nya menikah hanya untuk mendapatkan anak! Tega sekali kamu, mas!" _Selly Widya_
"Kenapa kamu tidak melepaskan Rendi saja Sell, kamu akan bebas dari cengkaraman dia.. Sudah cukup, nak.. sudah cukup kamu bertahan untuk laki-laki seperti dia". Ucap Bu siska, suara nya terlihat sangat lirih, sesekali ia mengusap air mata nya, berusaha kuat melihat putri nya mengalami hal seperti ini.
Sementara perempuan berambut panjang itu menatap nanar ke luar jendela rumah sakit. Tatapan nya benar-benar kosong sekaan tak ada kehidupan disana.
Flashback On..
Sah
sah..
kata itu menggema disebuah ruangan kecil. Kini seorang gadis telah resmi dipersunting oleh seorang pemilik peternakan terbesar di Bandung, Dia adalah Selly Widia.
Seorang gadis biasa, orang tua nya hanya pedagang bakso. Sangat kontras dengan keadaan Rendi Nugraha yang kini menjadi suami nya.
Rendi sendiri seorang anak yatim piatu yang di besarkan oleh paman nya, namun sang paman dan bibi kini berada di luar negeri, dia hanya tinggal berdua saja dengan sepupu nya Bima Nugraha.
Tangis bahagia mengharu biru,putri kesayangan mereka kini resmi menikah.
Setelah pernikahan, Rendi memboyong Selly untuk tinggal di Bandung, walau merasa sangat berat hati meninggal kan kedua orang tua nya, namun sebagai istri yang baik Selly harus menuruti permintaan sang suami untuk menemani di manapun suami tinggal.
Satu bulan kemudian Selly positif hamil,mereka benar-benar sangat bahagia, ucapan syukur tak henti-hentinya di ucap kan Selly atas kebahagiaan yang datang bertubi-tubi di kehidupan nya.
Suatu sore, Ia tengah duduk dengan secangkir teh di teras rumah, Ia merenung sejenak, tentang apa yang sudah ia alami , entah keberuntungan dari mana hingga ia bisa bersuamikan seorang Rendi Nugraha.
"Bumil ngelamun aja". Ucap Bima mengagetkan, ia ikut bergabung dan langsung duduk berhadapan dengan Selly.
"Gak ngelamun , bengong dikit aja" Jawab selly sembari terkekeh geli.
"Sama kali.. Mikiri apaan ?"
"Enggak sih, cuma.. kadang aku mikir.. kok bisa anak penjual bakso, ehh dapet suami yang kaya, kayak upik abu jadi cinderella loh". Ucap selly.
"Jodoh kan gak ada yang tau sell? Jangan banyak mikir.. Nikmati aja hidup biar ponakan aku di dalam sana sehat." ucap bima menimpali.
Selly menarik nafas panjang, menyandarkan sedikit badan nya dengan perut yang sudah mulai membuncit ke samping kursi.
"Takut entar jam 12 nya segera datang dan semuanya balik kayak semula Bim."
Bima tak menjawab Selly, ditatap nya gadis polos di hadapan nya kini, wajah nya ceria cantik alami ,tatapan nya menenangkan.
Sementara Bima masih bergelut dengan pikiran nya sendiri entah apa yang ada dalam pikirannya.
Malam hari Selly tengah berkutat di dapur memasak untuk makan malam mereka bertiga. Dan Nampak Rendi mulai turun.
"Masak apa sayang? bau nya enak." Tanya Rendi langsung memeluk istri nya dari belakang.
"Cumi asin mas, Ayoo kita makan dulu, Bima mana mas ?"
"Sebentar lagi mungkin dia turun.. Nah itu panjang umur dia" jawab Rendi.
Suasana hening seketika , hanya suara dentingan sendok beradu dengan piring. Baik Bima, Rendi ataupun Selly tak ada yang membuka suara mereka. Tiba-tiba dering ponsel milik Rendi berbunyi memecah keheningan di ruang makan itu.
Drrttt... drrrttt... drrtt...
Rendi melihat ponsel nya sebentar lalu melanjut kan makan nya lagi.
"Kenapa gak diangkat mas?" Tanya selly.
"Lagi makan Selly, palingan juga konsumen minta diantarkan sapi." tutur nya.
Bima menatap tajam Rendi yang tengah menikmati makanan nya tanpa sepatah kata pun. Ada tatapan lain dari Bima, tatapan penuh dengan kekesalan.
Saat mereka selesai makan, selly merapikan bekas makan mereka ketempat cuci piring, sedangkan Rendi nampak sedang bercakap-cakap dengan seaeorang lalu segera memasukan kembali ponsel ke sakunya. Bima datang menghampiri Rendi.
"Selesai kan dengan cepat Ren, 4 bulan lagi.. Kasihan Selly". Ucap bima yang langsung pergi meninggal kan Rendi yang masih berdiri termangu di teras belakang. Dia menyulut Rokok nya dan duduk di teras sendirian.
Rendi kembali ke kamar pukul 12 malam, ditatap nya wajah istri nya yang sedang terlelap, diusap perlahan punca kepala wanita yang sudah 6 bulan ini menjadi istri nya.
sangat cantik dan meneduh kan. tak lama ia mendapat kan sebuah pesan.
[Sayang.. kapan kamu pulang kesini.. Aku benar-benar rindu.]
[Besok aku kesana] balas Rendi.
Rendi kembali meletakan ponsel nya di nakas, lalu ikut merebah kan diri di samping istri nya, mecoba memejam kan mata nya. Saat ia baru saja masuk ke alam mimpi samar-samar ia melihat bayangan ibu nya dari kejauhan, sorot mata nya tajam seakan ia begitu marah pada Rendi.
"Ibu melahir kan kamu bukan untuk menyakiti perempuan Rendi!!! kamu akan menyesal Ren.. benar-benar menyesal!"
"Ibu...." Ia terperanjat dari mimpinya keringat nya mengucur deras nafas nya masih sedikit terengah.
"Mas...Mimpi buruk ya??" ucap selly yang bergegas mengambil kan segelas air minum.
"Iya aku mimpiin ibu sell." Rendi meraup kasar wajah nya.
"Sudah mas , itu cuma mimpi ayo tidur lagi baca do'a sebelum tidur mas, biar gak mimpi buruk lagi." ucap selly di barengi dengan anggukan Rendi. Ia memeluk tubuh istri nya, ada kedamaian disana, rasanya benar-benar nyaman.
Pagi hari Rendi terbangun, Selly sudah tidak ada di kamar. Mungkin ia masak pikir nya.
segera Ia mandi dan bersiap, setelah selesai gegas ia turun kebawah mencari istri nya, nampak Selly sedang bercakap-cakap dengan Bima, sesekali mereka tertawa bersama. Bima tak pernah sedikit pun tertawa lepas bersama ku, kenapa ia begitu dekat dengan Selly gumamnya dalam hati, ada perasaan yang menusuk jantung nya melihat sang istri dan sepupu tertawa lepas begitu.
"Pagi sayang?" Sapa Rendi yang langsung mencium kening istri nya.
"Pagi juga mas, Ayo sarapan tadi Bima bawain bubur ayam". jawab selly sembari menyiap kan bubur untuk Rendi.
"Kamu gak masak ?" tanya Rendi.
"Enggak mas, tadi aku ke pengen bubur ayam, langsung di beliin sama Bima". ucap selly yang langsung menyendokkan bubur kedalam mulut nya.
"Kok gak bilang sama aku? Malah ke Bima?" Rendi menautkan alis nya.
Bima yang sedari tadi diam pun ikut buka suara
"Elahh, perkara bubur doang Ren.. cemburu sama gue?" tanya Bima dengan enteng.
Rendi mengepalkan tangan nya dibawah meja. Ia menyantap cepat makanan nya lalu berpamitan dengan Selly.
"Sell, aku pamit ya.. oya mungkin malam ini aku gak pulang karna mau mengirimkan pesanan sapi ke jakarta.. Kamu baik-baik dirumah ya.. Inget suami kamu itu aku bukan Bima!" Rendi melirik sekikas ke arah Bima, sedang kan yang dilirik hanya menyungging kan sudut bibir nya.
"Iya hati-hati ya, mas". ucap selly mencium punggung tangan suami nya.
Ia menatap mobil suami nya yang perlahan hilang dari pandangan.
"Kamu gak apa sering di tinggal Rendi, Selly, lagi bunting gini.. entar kalau tiba-tiba kontraksi gimana ? Bener-bener tu Rendi.. kerjaan mulu yang di pentingin." ucap Bima.
"Gak apa, Bim.. sejauh ini masih aman kok ,kan untuk anak kami juga, lagian ada kamu kan.". Jawab selly sambik terkekeh.
memang dia begitu akrab dengan Bima, sepupu suami nya itu sangat enak di ajak ngobrol dan bercanda.