Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
1.1K
Penayangan
1
Bab

Adinda Sajidha tiba-tiba kepincut pesona salah satu teman Papanya yang masih melajang, padahal sudah kepala tiga. Eiits! Bukan karena nggak laku, ya, emang dasarnya sosok Erlangga Kusuma yang rada pemilih dan selektif. "Duh, Om, kok Adin jadi suka, ya?!"

Bab 1 Cherry!

"Temannya Papa jadi nginep, Ma?" tanya Adin pada sang Mama yang sedang menyiapkan sarapan.

"Jadi, dong, makanya Papa Kamu sibuk banget, bahkan sampai nggak sempet sarapan, soalnya Om Elang pagi-pagi udah minta dijemput di bandara."

Erina, Mama Adin, menjawab sambil masih sibuk dengan masakannya.

Dua hari belakangan ini memang Papa Adin, Adrian, kelihatan sibuk sekali, lantaran sang sahabat karib sekaligus adik tingkatnya dulu saat kuliah akan ke Indonesia dan menginap di rumahnya.

Dari yang Adin dengar saat Papanya bercerita, sosok pria bernama Erlangga Kusuma itu adalah salah satu CEO dari agensi ternama yang menaungi banyak model dan artis terkenal, baik di luar maupun dalam negeri. Namanya juga sering dimuat di koran dan majalah yang Adin baca.

"Berapa lama, Ma?" tanya Adin lagi.

Seorang Adina Meysha yang pemalu dan agak sulit berteman, tentu saja nantinya akan sedikit risih dengan keberadaan orang baru di rumahnya. Oleh sebab itu, dia perlu tahu, sampai kapan si Om Elang ini akan menginap di rumahnya.

"Kayaknya dua bulanan, deh, sampai urusannya di Indonesia selesai," jawab Erina santai, dia tidak memerhatikan wajah anaknya yang mulai memucat karena mendengar pernyataannya barusan.

"Dua bulan?" monolog Adin linglung.

Yang benar saja?! Dua bulan itu bukan waktu yang sedikit, membayangkan kalau dia harus tinggal bersama orang asing selama waktu yang lumayan panjang membuat Adin ngeri sendiri.

"Emang kenapa, sih? Ini kesempatan Kamu loh, Din, supaya bisa bergaul sama orang lain, lagian Om Elang juga nggak tua-tua amat, kok," ucap Erina setelah sadar kalau anaknya terlihat keberatan dengan apa yang dia katakan barusan.

"Kok lama banget, sih, Ma? Kenapa dia nggak tinggal di apartemen atau sewa hotel aja?" tanya Adin lagi.

Erina tersenyum kemudian menjawab pertanyaan Adin, "tadinya, sih, gitu. Tapi, papa Kamu ngajak Om Elang buat tinggal di rumah kita supaya lebih gampang aja, dia kan udah lama nggak di Indonesia, pasti kesusahan, dong. Hitung-hitung juga kita bantu orang, kan, nak?"

"Iya sih, Ma. Tapi ...."

"Nggap apa-apa sayang, Om Elang nggak gigit, kok," canda Erina dengan jahil.

"Eh?!"

***

"Kenalin, Din, ini teman Papa, dia dulu adik tingkat Papa waktu kuliah, loh. Namanya Erlangga Kusuma." Adrian tersenyum sambil menatap Adin.

Di samping Adrian tengah berdiri seorang Elang yang menatap ke arah Adin dengan tatapan dalam dan dengan jelas menunjukkan kalau dia tertarik.

"Elang." Sebuah tangan terulur mengajak Adin bersalaman.

Adin mendongak dan menatap pria itu yang kemudian diakhiri dengan decakan kagum karena sosoknya yang sangat memukau.

Nama pria itu memang boleh terkesan sangat Indonesia, Erlangga Kusuma, tapi postur tubuh dan wajahnya sangat bule alias sudah seperti orang-orang keturunan barat.

Badan tegap, tinggi, rambut pirang dan tatapan sensual yang sexy dari pria dewasa tersebut, berhasil membius Adin dengan telak.

"Din!" Adrian langsung menegur putrinya karena tidak balas menyalami Elang dan malah fokus memandang dengan menilai saja.

Tatapan Adin pada Elang persis ketika gadis itu melihat sebuah kue coklat, makanan favorit sang anak sejak masih kecil.

"E-eh, m-maaf. Saya Adin, Om." Adin menyambut tangan Elang dengan sedikit gemetar lantaran malu, kikuk, dan gugup.

Huuuft!

Adin berusaha menetralkan napas dan detak jantungnya yang menggila. Baru saja gadis itu ingin menyudahi acara salaman mereka saat dia merasakan sebuah belaian pelan pada telapak tangan bagian dalamnya.

Adin tersentak dan mendongak menatap pada Elang dan mendapati kalau pria tersebut sedang tersenyum menyeringai padanya.

'Hi, Cherry."

Walaupun Elang hanya menggerakkan bibirnya saja dan tidak mengeluarkan suara apa pun, Adin masih bisa menangkap maksud dari perkataan pria tersebut dengan jelas.

Adin berkeringat dingin lantaran Elang mengatakan Cherry dengan cara paling sensual yang pernah dilihatnya sambil menatap lekat ke arah bibirnya dengan penuh minat.

Ugh! Adin merasakan pipinya panas, bahkan sampai telinga dan lehernya juga.

Damage yang dihasilkan Elang sangat besar untuk Adin, walaupun mereka baru bertemu.

***

Entah kebetulan atau tidak, kamar Elang dan kamar Adin itu bersebelahan. Sebelum menuju ke kamarnya, Adin harus melewati pintu kamar pria sexy itu dulu yang berada di dekat tangga.

"Kira-kira dia udah tidur ngga, ya?" tanya Adin pada dirinya sendiri saat sudah selesai makan malam dan ingin ke kamarnya.

Adin sengaja makan dengan lambat supaya tidak disuruh bareng ke lantai atas tempat kamarnya berada bersama Elang oleh sang Mama.

"Mudah-mudahan aja udah tidur," ujar Adin sambil melangkah dengan hati-hati menaiki tangga, takut kalau suara langkah kaki sekecil apa pun bisa membuat sosok Elang muncul di hadapannya.

Adin tidak siap, tidak setelah kejadian memalukan tadi siang, ketika saat itu dia lari terbirit-birit seperti anak TK ke arah Mamanya gara-gara tatapan Elang. Tindakannya sukses membuat ketiga orang yang ada di sana tertawa terpingkal-pingkal.

Sambil mengingat momen memalukan itu, Adin terus berjalan.

Sampai di satu anak tangga paling atas, Adin mematung dan bertambah deg-degan, masalahnya, di sana di depan gadis itu, sosok Elang sedang berdiri sambil menyender pada kusen pintu kamarnya sendiri dan menatap ke arah Adin dengan seksama.

Adin sudah ingin putar balik dan turun, tapi dihentikan oleh panggilan pria tersebut.

"Cherry," kata Elang.

"Ng, s-saya, om?" tunjuk Adin malu-malu pada dirinya sendiri.

Elang mengangguk kemudian membuat isyarat supaya Adin mendekat ke arahnya. Gadis itu tentu saja langsung menurut, walaupun dengan langkah pelan dan malu-malu.

Saat sudah sampai di depan Elang, Adin hanya diam begitu pun dengan pria itu yang hanya menatapnya dengan pandangan sensual yang membuat bulu kuduk sang gadis merinding.

"Ng, Om?" tanya Adin saat melihat Elang masih saja diam dengan tatapan fokusnya.

Tatapan fokus pada bibir Adin, tentu saja.

"Shh, nggak nyangka kalau ternyata Mas Drian nyimpen Cherry yang masih muda dan segar di rumahnya," kata Elang sambil memijat keningnya pelan.

"Cobaan banget," lanjut pria itu terlihat sangat frustrasi.

"Om Elang mau cherry?" tanya Adin bingung.

Sejak tadi, yang Elang bahas hanya cherry dan cherry saja. Nggak salah kalau Adin berpikir pria itu memang sedang menginginkan buah cherry.

"Kamu mau kasih emangnya?" tanya Elang.

Si pria sebenarnya tahu kalau gadis di depannya ini tidak benar-benar tahu tentang cherry apa yang sebenarnya dia maksud.

"Jadi bener mau cheery, Adin nggak punya, Om. Gimana kalau beli besok aja?" tanya Adin polos membuat Elang gregetan.

"Nggak usah nunggu sampe besok," ujar Elang sambil mendekat, "sekarang aja."

"Tapi Adin nggak punya kalau sekarang, Om, Mama juga kayaknya nggak beli," jawab Adin.

Seandainya Kamu tahu cherry apa yang sebenarnya Elang maksud itu, Din.

"Kamu punya," kata Elang.

"Mana?" tanya Adin penasaran. Perasaan dia tidak pernah merasa punya atau membeli buah itu.

Elang menyeringai kemudian memajukan wajahnya pelan sampai tepat di depan wajah Adin.

"Ini," kata Elang sambil meniup pelan bibir Adin.

"E-eh?!"

Adin sukses lari terbirit-birit lagi seperti tadi siang, kali ini bukan ke arah Mamanya, tetapi ke dalam kamarnya sendiri.

Huuuft!

'Apaan itu tadi?' batin Adin.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh via.a

Selebihnya

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

kodav
5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku