Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"AH, JACK. A—AKU KELUAR." terdengar teriakan laknat seorang perempuan, di sebuah kamar di club yang bernama Club Hot fire. Fyi, Club ini adalah club elite, yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang.
Sementara itu, seorang pria terlihat sedang menunggu di depan pintu kamar itu. Dia sedikit mengangkat sudut bibirnya, ketika mendengar ucapan yang di lontarkan oleh seorang wanita di dalam sana. Pria itu adalah Jovan Adijaya, seorang pria tampan, mapan, dan juga menawan. Kini ia berumur 27 tahun.
"Ah, Jack. Aku benar-benar nikmat malam ini, terimakasih." ucap wanita di dalam kamar itu.
"Aku rindu padamu, Alice." ucapan seorang pria, yang dapat dipastikan bernama Jack.
"Aku juga sangat merindukanmu, Jack. Maaf, tapi aku harus segera pergi menemui Jovan, calon suamiku." ucap Alice.
'Klek'
"Jo—Jovan? Ka—kamu ngapain di sini?" tanya Alice dengan panik. Jovan menatap manik Alice dengan tajam, lalu beralih menatap Jack. Dia mengangkat sedikit sudut bibirnya yang membuat dirinya terlihat menyeramkan.
"Bermain bersama calon Istriku, Heh?" ucap Jovan sembari bertepuk tangan.
"Jovan, A—Aku bisa jel—" belum selesai Alice berkata, Jovan terlebih dahulu memotong perkataan Alice.
"Shut up, bitch! Tidak ada yang perlu kau jelaskan!" ucapnya dengan tenang, namun terkesan tegas.
Mata Alice berkaca-kaca, ketika mendengar ucapan Jovan yang menghina dirinya. "Jovan, ka—kamu salah paham." ucapnya sembari memegang tangan Jovan. Namun, Jovan langsung menepis tangan Alice dengan kasar.
"Pernikahan kita, akan di batalkan!" ucap Jovan, lalu pergi meninggalkan tempat itu.
*******
POV Jovan
"Sialan, Undangan telah disebarkan. Bagaimana cara membatalkan pernikahanku, besok?" ucapku dengan kesal.
Aku mengacak rambutku dengan frustasi. lalu aku berjalan dengan cepat ke arah mobilku, agar bisa segera pulang.
Aku berhenti berjalan, ketika seorang gadis menghalangi jalanku. "Apa yang kau lakukan? Menyingkir dari hadapanku!" Aku berkata, dengan nada dingin.
Terlihat bola mata gadis kecil itu sedikit bergetar ketakutan. "Elif dikejar orang jahat, tolong...," ucapnya dengan lirih, "Elif bakal lakuin apapun yang Om minta. Jika Om, mau bantu Elif." lanjutnya dengan wajah tertunduk.
Aku terdiam untuk beberapa detik, mencoba mencerna perkataan gadis kecil di hadapanku ini. "Baiklah, cepat masuk kedalam mobilku!" ucapku, lalu membuka pintu mobil agar dia segera masuk. Setelah gadis bernama Elif itu masuk, aku pun ikut menyusulnya masuk kedalam mobil.
"Kau berkata akan melakukan apapun, jika aku menolongmu?" Aku bertanya, sembari menatap lurus kearahnya.
Dia terlihat menganggukan kepalanya dengan ragu.
"I—iya, Elif a—akan lakukan apapun untuk Om." jawabnya, lalu dia menatap kearahku.
"Kalau begitu, kau akan menikah denganku, besok." ucapan dariku membuat gadis itu melotot dengan kaget.
"Ta—tapi ..."
"Jadi, kau mau apa tidak? Jika kau mau, saya akan menolongmu. Tapi jika sebaliknya, turunlah kaudari mobilku!" Aku menyela ucapannya dengan cepat.
Terlihat gadis bernama Elif itu menganggukan kepalanya pelan,membuatku tersenyum penuh arti.
POV JOVAN END
********
"Om, makasih, ya. udah selamatkan Elif dari orang jahat itu," ucap Elif dengan tulus,"Dan makasih juga, ya, Om, udah bolehin Elif tinggal di sini." lanjut Elif dengan senyum manisnya
"Tentu saja, dan ... jangan lupa untuk besok." Jovan membalas perkataan Elif.
"Jika bisa, jangan panggil saya dengan sebutan Om. Karena saya belum setua itu." lanjut Jovan, lalu pergi meninggalkan Elif sendirian di sana.
Elif mengerjapkan matanya dengan bingung. "LALU ELIF HARUS PANGGIL APA, OM?" Elif tanpa sadar berteriak kencang memanggil Jovan. Elif kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ketika dia tersadar bahwa ini bukan tempat tinggalnya sendiri.
"Panggil saya Jovan." balas Jovan. "Dan, sampai kapan kamu hanya akan berdiri di sana?" Lanjutnya.
Elif kembali tersadar dari kebododohannya sendiri, lalu mencoba mengimbangi langkah lebar Jovan dengan lari kecilnya.