Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menikahi Gadis Polos

Menikahi Gadis Polos

Refanisa

5.0
Komentar
11.7K
Penayangan
30
Bab

Status Cerita: Tamat Jovan mempergoki sang kekasihnya bercinta dengan laki-laki lain pada malam disaat pernikahan mereka akan berlangsung esok harinya. Karena sakit hati, Jovan tanpa pikir panjang membatalkan pernikahannya. Namun, tiba-tiba tuhan mentakdirkan ia untuk bertemu seorang gadis yang meminta bantuan kepadanya. Gadis itu mengatakan bahwa ia akan melakukan apapun asal Jovan membantunya. Jovan pun menyetujui dan meminta sang gadis untuk menikah dengannya untu menggantikan sang kekasih yang telah berkhianat kepadanya.

Bab 1 Pertemuan & pernikahan

"AH, JACK. A-AKU KELUAR." terdengar teriakan laknat seorang perempuan, di sebuah kamar di club yang bernama Club Hot fire. Fyi, Club ini adalah club elite, yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang.

Sementara itu, seorang pria terlihat sedang menunggu di depan pintu kamar itu. Dia sedikit mengangkat sudut bibirnya, ketika mendengar ucapan yang di lontarkan oleh seorang wanita di dalam sana. Pria itu adalah Jovan Adijaya, seorang pria tampan, mapan, dan juga menawan. Kini ia berumur 27 tahun.

"Ah, Jack. Aku benar-benar nikmat malam ini, terimakasih." ucap wanita di dalam kamar itu.

"Aku rindu padamu, Alice." ucapan seorang pria, yang dapat dipastikan bernama Jack.

"Aku juga sangat merindukanmu, Jack. Maaf, tapi aku harus segera pergi menemui Jovan, calon suamiku." ucap Alice.

'Klek'

"Jo-Jovan? Ka-kamu ngapain di sini?" tanya Alice dengan panik. Jovan menatap manik Alice dengan tajam, lalu beralih menatap Jack. Dia mengangkat sedikit sudut bibirnya yang membuat dirinya terlihat menyeramkan.

"Bermain bersama calon Istriku, Heh?" ucap Jovan sembari bertepuk tangan.

"Jovan, A-Aku bisa jel-" belum selesai Alice berkata, Jovan terlebih dahulu memotong perkataan Alice.

"Shut up, bitch! Tidak ada yang perlu kau jelaskan!" ucapnya dengan tenang, namun terkesan tegas.

Mata Alice berkaca-kaca, ketika mendengar ucapan Jovan yang menghina dirinya. "Jovan, ka-kamu salah paham." ucapnya sembari memegang tangan Jovan. Namun, Jovan langsung menepis tangan Alice dengan kasar.

"Pernikahan kita, akan di batalkan!" ucap Jovan, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

*******

POV Jovan

"Sialan, Undangan telah disebarkan. Bagaimana cara membatalkan pernikahanku, besok?" ucapku dengan kesal.

Aku mengacak rambutku dengan frustasi. lalu aku berjalan dengan cepat ke arah mobilku, agar bisa segera pulang.

Aku berhenti berjalan, ketika seorang gadis menghalangi jalanku. "Apa yang kau lakukan? Menyingkir dari hadapanku!" Aku berkata, dengan nada dingin.

Terlihat bola mata gadis kecil itu sedikit bergetar ketakutan. "Elif dikejar orang jahat, tolong...," ucapnya dengan lirih, "Elif bakal lakuin apapun yang Om minta. Jika Om, mau bantu Elif." lanjutnya dengan wajah tertunduk.

Aku terdiam untuk beberapa detik, mencoba mencerna perkataan gadis kecil di hadapanku ini. "Baiklah, cepat masuk kedalam mobilku!" ucapku, lalu membuka pintu mobil agar dia segera masuk. Setelah gadis bernama Elif itu masuk, aku pun ikut menyusulnya masuk kedalam mobil.

"Kau berkata akan melakukan apapun, jika aku menolongmu?" Aku bertanya, sembari menatap lurus kearahnya.

Dia terlihat menganggukan kepalanya dengan ragu.

"I-iya, Elif a-akan lakukan apapun untuk Om." jawabnya, lalu dia menatap kearahku.

"Kalau begitu, kau akan menikah denganku, besok." ucapan dariku membuat gadis itu melotot dengan kaget.

"Ta-tapi ..."

"Jadi, kau mau apa tidak? Jika kau mau, saya akan menolongmu. Tapi jika sebaliknya, turunlah kaudari mobilku!" Aku menyela ucapannya dengan cepat.

Terlihat gadis bernama Elif itu menganggukan kepalanya pelan,membuatku tersenyum penuh arti.

POV JOVAN END

********

"Om, makasih, ya. udah selamatkan Elif dari orang jahat itu," ucap Elif dengan tulus,"Dan makasih juga, ya, Om, udah bolehin Elif tinggal di sini." lanjut Elif dengan senyum manisnya

"Tentu saja, dan ... jangan lupa untuk besok." Jovan membalas perkataan Elif.

"Jika bisa, jangan panggil saya dengan sebutan Om. Karena saya belum setua itu." lanjut Jovan, lalu pergi meninggalkan Elif sendirian di sana.

Elif mengerjapkan matanya dengan bingung. "LALU ELIF HARUS PANGGIL APA, OM?" Elif tanpa sadar berteriak kencang memanggil Jovan. Elif kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ketika dia tersadar bahwa ini bukan tempat tinggalnya sendiri.

"Panggil saya Jovan." balas Jovan. "Dan, sampai kapan kamu hanya akan berdiri di sana?" Lanjutnya.

Elif kembali tersadar dari kebododohannya sendiri, lalu mencoba mengimbangi langkah lebar Jovan dengan lari kecilnya.

"Wah, bagus banget rumahnya. Om Jovan tinggal di sini sendirian? Apa sama siapa?" tanya Elif.

"Saya tinggal bersama beberapa maid di sini, dan mungkin akan tinggal bersama 'istri' saya, lusa nanti." ucap Jovan dengan nada tenangnya.

Elif mengangguk, kan kepalanya tanda mengerti. Dan kembali memperhatikan sekeliling dengan tatapan kagumnya.

"Aduh, Om Jovan kok berhenti mendadak sih!" ucap Elif ketika dirinya tidak sengaja membentur punggung tegap Jovan, yang berhenti mendadak.

"Dia memanggilku Om lagi. Apa memang setua itu?" batin Jovan berucap.

"Masuklah, dan segera beristirahat. Saya tidak ingin kamu terlihat jelek besok." ucap Jovan, dan menyempatkan untuk mengusap lembut kepala Elif, sebelum akhirnya berlalu dari hadapan gadis kecil itu.

****

"Iya Mah, dia akan menggantikan Alice. Jadi, tolong suruh periasnya datang kesini." ucap Jovan.

"Baik, Sayang. Mamah akan urus itu. Selamat malam, dan segeralah tidur!" balas Diana -Ibunya Jovan-dari balik telepon itu.

"Baik Mah, Selamat malam." jawab Jovan, lalu mengakhiri sambungan teleponnya.

Jovan membawa sebuah dokumen yang berisi data-data Elif. Dia membaca semua informasi yang telah di berikan oleh sahabatnya yang berprofesi sebagai tangan kanan Jovan, dia bernama Eldrick Al-Zayn.

Nama: Meira Elifa S

Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 13 Oktober 2005

Riwayat pendidikan: SD, SMP, SMA

Tempat tinggal: Bogor, Panti asuhan mawar 06

Orang tua: ------/------- (Tidak diketahui)

Elifa, berada di panti asuhan mawar pada usia 3 bulan. Dia di temukan pada tahun 2005 di depan gerbang yang berada di panti asuhan. Elifa di letakan di dalam sebuah keranjang dan di sisinya ada secarik kertas yang berisi nama, dan tempat tanggal lahirnya saja.

Catatan: Nama belakang Elif 'S' sampai sekarang tidak diketahui kepanjangannya.

Jovan menatap dokumen itu, dengan tatapan ketidak percayaannya. "Gadis kecil sepertinya, tinggal di sebuah panti asuhan sejak dulu. Betapa miris kehidupannya."

Jovan menolehkan kembali pandangannya untuk melihat sebuah secarik kertas yang terselip di dokumen milik Elif itu.

Di sana tertera tulisan yang membuat Jovan mendatarkan ekspresinya.

'Selamat, ya, Pak. Saya tunggu malam pertamanya.'

***

"Aduh Om, Elif gerah banget ini." ucap Elif yang kini sedang bergerak gelisah. Jovan melirik Elif sekilas, lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi turun dari pelaminan.

"Ish, Om Jovan jahat banget sih! Elif, kan gerah. Kok malah ditinggal." Elif membatin dan menggembungkan pipinya dengan kesal.

"Sayang, kalo kamu capek istirahat aja sekarang. Tamunya udah gak banyak kok." Elif mendongak untuk menatap orang yang barusan berbicara.

"Emang boleh, Mah?" tanya Elif dengan lugunya.

"Iya, ayok sekarang kamu ke hotel sama Jovan." balas Mamah Diana dengan senyuman lembutnya.

Elif bangkit dari duduknya, lalu mengangkat sedikit gaunnya agar lebih mudah melangkah. Dan mulai mendekat ke arah Jovan.

"Kami pamit dulu." ucap Jovan dengan sopan, yang diberi angguk, kan oleh orang-orang di sana.

Ketika di perjalanan ke hotel tempat mereka menginap, Elif berjalan dengan kesusahan, karena gaun panjangnya itu.

"Ih, ini gaunnya kok ngeselin banget, Elif, kan jadi susah jalannya!" Elif mengeluh, kan gaunnya itu, untuk kesekian kalinya.

"Biar saya bantu," Jovan berkata dengan intonasi tenang, seperti biasa. Elif memekik tertahan karena merasakan tubuhnya yang di angkat ke atas.

Baru saja Elif akan protes, Jovan menatap Elif dengan tajam. "Diam, dan jangan berontak!" ucap Jovan, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku