/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
“Ibu enggak lihat teman-teman kantor kamu. Kamu enggak mengundang teman-teman kantor kamu? Apa bos kamu juga enggak datang hari ini?”
Naya, pengantin wanita yang baru saja menikah di hari itu tampak masih mengenakan gaunnya di malam hari. Para tamu masih berdatangan, dan yang datang di malam hari adalah teman-teman suaminya. Yang membuatnya harus tetap menggunakan gaun resepsinya.
“Mereka datang, kok. Tadi siang, mereka semua datang. Bos enggak datang hari ini, karena katanya lagi sibuk,” jawabnya kepada sosok ibunya yang masih memperhatikan riasan putrinya itu.
Naya menghela nafasnya berat, dia terlihat waswas selama di sana. Seolah dirinya merasa tengah diawasi. Dia tampak tegang dan sama sekali tak menikmati acara yang berlangsung hingga malam.
Sosok suaminya mendekatinya, tersenyum manis memperhatikan pengantin wanitanya yang mulai menguap karena kantuk. Bahkan dia terkekeh meledeknya karena mengantuk.
“Ngantuk, ya?” tanya Ghiyas, sosok suaminya yang kini menatapnya dengan tatapan teduh.
Naya mengangguk dan tersenyum malu. Keduanya tampak serasi menjadi pusat pesta itu. Ibunya Naya tersenyum manis menggoda Naya yang tampak masih malu-malu pada suaminya itu.
***
Malam itu, malam pertama bagi pengantin baru. Di mana keduanya akan saling mendekatkan diri dan mengenal satu sama lain lebih intim. Di sebuah kamar hotel dengan semerbak harum dan dihias seindah mungkin untuk menciptakan nuansa romantis dengan warna merah dan putih.
Naya menatapi kasurnya yang ditaburi kelopak bunga, dibentuk love di sana. Naya mendecak kecil seraya memegangi keningnya. Padahal, dirinya ingin bisa langsung tidur saja malam itu.
“Nay?” Ghiyas melepaskan dasinya dan memperhatikan Naya dengan senyum semringahnya.
“Hm?” Naya langsung menoleh, dengan raut wajahnya yang terkesan malas dan tak bergairah.
“Kenapa? Pusing? Kok, lemes banget?” tanya Ghiyas agak khawatir karena Naya tampak tak senang, padahal ini hari pernikahannya dan ini malam yang seharusnya menjadi momen terbaik di hidupnya.
“Enggak,” jawab Naya seraya menggelengkan kepalanya pelan.
“Bersih-bersih dulu sana! Sebelum tidur, bersihkan dulu make-up, mandi dulu biar enggak terasa lengket!” ujar Ghiyas seraya memegangi bahunya Naya.
“Iya. Naya duluan ya, Mas?” Naya menganggukkan kepalanya dan meminta izin menggunakan kamar mandi lebih dulu dari suaminya itu.
“Iya.” Ghiyas menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, mengalah untuk Naya.
Setelah Naya keluar dari kamar mandi dan menggunakan sebuah piama berwarna merah, Naya duduk di sisi kasur dan menyingkirkan kelopak bunga yang mengganggunya sedari tadi. Hiasan handuk dengan bentuk angsa juga membuat Naya mendecak. Dia tampak tak senang.
Untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa tak senang, Naya membuka handphonenya. Dan itu membuatnya bertemu dengan masalah baru di malam pernikahannya. Puluhan chat masuk sedari tadi, yang membuatnya segera menghubungi seseorang sambil bangkit dari duduknya.
“Halo? Kenapa? Ada apa? Sistemnya eror?”
Naya bergegas membuka tasnya, yang mana berisikan laptop. Sudah dia duga, jika dirinya pasti akan selalu membutuhkan laptop. Apa lagi, jika dirinya harus bekerja dadakan lagi seperti ini.
Gadis itu mengambil tempat di sebuah meja dan membuka laptopnya. Tangannya dengan cekatan mengutak-atik laptop dan juga handphonenya. Sesekali dia melihat laptop, dan sesekali handphone.
Ghiyas yang barus keluar dari kamar mandi memperhatikan Naya yang tampak serius di depan laptopnya. Ghiyas agak kaget karena Naya membawa laptop kerjanya. Dia mengenali barang itu.
“Nay? Enggak tidur? Bukannya tadi udah ngantuk?” tanya Ghiyas seraya menghampiri Naya.
“Enggak. Ada masalah di kantor. Mas bisa tidur duluan, Naya harus selesaikan ini sekarang.”
/0/22567/coverorgin.jpg?v=7c92bcb6385ea72a8db1d758256db4ae&imageMogr2/format/webp)
/0/2314/coverorgin.jpg?v=83d6a252aa475c96b561cd00597ad4c5&imageMogr2/format/webp)
/0/2398/coverorgin.jpg?v=0b2b1c54e4252520e4b43f1d7776df14&imageMogr2/format/webp)
/0/3456/coverorgin.jpg?v=de716839bd98a0fdefee9093bf308d00&imageMogr2/format/webp)
/0/4027/coverorgin.jpg?v=54ca138eca4dd4c2dd32806ddd744bd8&imageMogr2/format/webp)
/0/15322/coverorgin.jpg?v=bfc33bac2d9b27d675ab58eef0b2831c&imageMogr2/format/webp)
/0/5359/coverorgin.jpg?v=31dc0782c37317ab6efea0d844053c45&imageMogr2/format/webp)
/0/15445/coverorgin.jpg?v=9237c6edf1bfb2243d6db3d85f70d75f&imageMogr2/format/webp)
/0/5990/coverorgin.jpg?v=cf8e85a15d831094e7493879013ec767&imageMogr2/format/webp)
/0/16754/coverorgin.jpg?v=d4db72e404c10eee92f590cbd35a266b&imageMogr2/format/webp)
/0/12496/coverorgin.jpg?v=e465861c1e137237de497e6ff6f88463&imageMogr2/format/webp)
/0/16925/coverorgin.jpg?v=bcbcd6a509b2cae5e28e275b71d7ec56&imageMogr2/format/webp)
/0/22407/coverorgin.jpg?v=c7641c702e1e9d740e819467251f260b&imageMogr2/format/webp)
/0/16151/coverorgin.jpg?v=a220e864e5dbf64d96768e682ffbbf09&imageMogr2/format/webp)
/0/15682/coverorgin.jpg?v=309d2c68cdf00ae1a052e743831ec10a&imageMogr2/format/webp)
/0/23722/coverorgin.jpg?v=99d347a720b226ce13c8e6b617d987ca&imageMogr2/format/webp)
/0/12754/coverorgin.jpg?v=e6ce11975e25da3381ac05989a07a327&imageMogr2/format/webp)