Mataku yang terpejam terasa sangat sulit dibuka, kepala juga sangat pusing rasanya. Alam bawah sadar mengingatkan aku ada yang tak beres disini, sebaiknya harus segera kabur. Namun tetap saja tubuhku sulit diajak kompromi.
"Huuuhh"
Aku mendesah perlahan, mencoba mengendurkan otot-otot yang membeku ini. Setelah susah payah mencoba, usahaku tidak sia-sia. Mata yang tertutup rapat kini terbuka sempurna. Perlahan aku menatap sekeliling, memindai segala sesuatu yang tampak asing bagiku. Gorden yang lebih lebar dan usang, posisi AC yang tidak semestinya, sprei yang asing, dan selimut yang lebih tebal.
"Sial! Ini bukan kamarku! ", otakku menjerit kalut.
Mataku mengerjap lagi dan menatap sisi kanan. Kini aku sukses terlonjak dari posisi tidur. Didorong rasa kaget yang luar biasa, tubuh ini jadi sadar sepenuhnya. Kutatap pria yang lelap itu dan nyatalah itu wajah asing, bukan suamiku.
"Apa yang sedang terjadi?!", batinku mulai histeris
Apalagi waktu selimut tersingkap, ternyata tubuhku hanya dibalut sepasang bra dan cawat merah. Semalam sengaja dipakai demi memancing hasrat suami yang mulai padam. Meski masih bertanya-tanya, tak ada waktu untuk berpikir. Alarm di otak menyuruhku untuk segera berpakaian dan keluar dari tempat terkutuk ini.
Segera kupungut pakaian yang tercecer di lantai lalu mengenakannya tergesa-gesa. Selama berpakaian benakku sibuk menerka-nerka apa yang terjadi sesudah candle light dinner semalam dengan suami. Orang jahat mana yang tega mencelakai kami? Dimana suamiku saat ini?
Semua pikiran ini berkelindan di otakku bagai benang kusut yang tak tentu ujung pangkalnya, malah membuat kepala jadi semakin runyam. Satu sentakan pelan, akhirnya blouse satinku meluncur bebas menutupi seluruh tubuh. Tak menunggu lama aku segera mencari pintu keluar.
Namun sayang, belum sempat kenop pintu disentuh, sekelompok pria dengan seragam polisi mendobrak masuk tanpa aba-aba.
"Jangan bergerak, hotel ini sedang di razia!", salah satu dari mereka berseru.
Sontak aku mundur ke belakang, tangan terangkat di atas kepala, persis anggota gembong pezina yang tertangkap basah di tempat maksiat. Kucoba bersikap tenang, meski tangan yang mengepal sudah gemetaran.
"Saya dijebak Pak, saya nggak tahu apa-apa", ujarku dengan suara yang diberani-beranikan.
Namun personil polisi yang memborgolku hanya melengos kasar, seolah ucapanku barusan hanya dagelan konyol yang biasa ditontonnya sebelum tidur di malam hari. Dia sudah hendak memborgolku ketika suara yang akrab ditelinga tiba-tiba menyela, membuat dunia yang kacau balau seketika tenang.
"Tunggu! Aku perlu bicara dengan terduga"
Dalam sekejap tangan yang terborgol tadi bebas kembali. Aku langsung menghambur ke pelukan pria yang kupanggil suami. Sedangkan nasib lelaki yang tergeletak di ranjang tadi, aku tak tahu, tak juga peduli. Bagiku, dia hanya orang asing yang terjebak denganku lewat skandal manusia bajingan yang akan segera ditangkap.
Sejurus lamanya, tubuhku yang gemetaran perlahan tenang dalam dekapan hangat suami. Pagi ini beliau nampak gagah dengan seragam kebesarannya.
"Sebentar, aku perlu bicara empat mata dengan nyonya Shanty", ujarnya lagi pada personil polisi yang hendak memborgolku tadi.
Melihat wajah dan sikap suamiku yang terpukul - jika mengalami kejadian serupa, siapa pula yang tidak - akhirnya kami diijinkan bicara secara pribadi, sedangkan pria tadi sudah diamankan kedalam mobil meski dalam keadaan setengah sadar. Mungkin obat bius yang dikonsumsinya punya dosis lebih tinggi.
Setelah hanya kami yang tinggal, barulah sebuah kesadaran pahit menghantam otakku yang tadi sempat beku. Jika aku bisa diculik setelah makan malam dengan suami, lantas kenapa beliau bisa ada disini tanpa kekurangan apapun?
Tanpa selaput kebingungan menutupi benakku, kini bisa kulihat raut wajah suami lebih jelas. Ekspresi cemas tadi tak nampak lagi, malahan dalam manik matanya yang kelam ada seringai ejekan.
"Sudah paham apa situasimu sekarang?", tanyanya seraya menyalakan pemantik logam di tangannya.
"Kenapa?", sahutku perlahan
/0/13649/coverorgin.jpg?v=71a1e44d784e9cf435c366926f6e250e&imageMogr2/format/webp)
/0/17587/coverorgin.jpg?v=3f184f569c499c58033002242fc4a790&imageMogr2/format/webp)
/0/17021/coverorgin.jpg?v=8bfba2fb2d2820bbe566cfe46ce6b456&imageMogr2/format/webp)
/0/2668/coverorgin.jpg?v=c1701687d0f3dbf427f89dd7bb50d76f&imageMogr2/format/webp)
/0/18136/coverorgin.jpg?v=bbddd094c3a24fb96ea320ae91ec957d&imageMogr2/format/webp)
/0/19255/coverorgin.jpg?v=bf25a176b00c418376355bc8252f0915&imageMogr2/format/webp)
/0/15327/coverorgin.jpg?v=027a1fcecb93017dd1d87345850b5037&imageMogr2/format/webp)
/0/22929/coverorgin.jpg?v=7210deed904b68c803a92f2cf55e913f&imageMogr2/format/webp)
/0/30904/coverorgin.jpg?v=7972044cee2dca3a2280867957627523&imageMogr2/format/webp)
/0/7651/coverorgin.jpg?v=4c2f9a954961dfe599635b3d8f1e787d&imageMogr2/format/webp)
/0/21538/coverorgin.jpg?v=99986d535c531f7544eb427d9a9de245&imageMogr2/format/webp)
/0/6214/coverorgin.jpg?v=e7964c940b9a30f19f7aef8a42f2e32c&imageMogr2/format/webp)
/0/21153/coverorgin.jpg?v=a3c220b94da29fd4a4332f588261ba03&imageMogr2/format/webp)
/0/15547/coverorgin.jpg?v=c919da9d1068f2a65413c2b878183c94&imageMogr2/format/webp)
/0/20513/coverorgin.jpg?v=4e99c7b3cee02d796cd9844c1bcb0cb8&imageMogr2/format/webp)
/0/16941/coverorgin.jpg?v=0287241b7668739a4c72736a78e50339&imageMogr2/format/webp)
/0/18210/coverorgin.jpg?v=31158ae1ed59c383e87f44cd82f6a431&imageMogr2/format/webp)
/0/5370/coverorgin.jpg?v=2a674aa6924609945d54c52e1c44793b&imageMogr2/format/webp)
/0/7027/coverorgin.jpg?v=75220ee91a5a06d65d76a3fd76c4fce3&imageMogr2/format/webp)