Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Los Angeles adalah kota impian bagi setiap gadis dengan ambisi untuk hidup di dunia glamor yang penuh kemewahan. Tapi itu tidak berlaku untuk Iris Barcova.
Gadis yang baru saja menginjak usia dua puluh dua tahun ini menjalani kehidupan yang cukup kelam. Terjebak dalam tawaran yang menggiurkan, kemudian berakhir menjadi wanita penghibur, memberikan kesenangan pada pria mana pun yang menginginkannya.
Tragis dan pahit ....
Mereka menginjakkan kaki di kota yang terkenal dengan segala kehebatan di industri hiburan, bersama keluarganya, sepuluh tahun lalu, tapi tidaklah mudah untuk berjuang menjalani kehidupan yang layak. Mereka pindah dari negara yang penuh konflik ekonomi saat itu, Slowakia, dengan harapan memiliki peluang yang lebih menjanjikan.
Namun kenyataan yang terjadi tidak semanis yang diharapkan. Ibunya meninggal dalam kecelakaan, sementara ayahnya masih hidup tetapi tidak memiliki kaki. Kini dengan keterbatasan ayahnya, Iris harus menjadi penopang utama keluarga, terutama untuk adik laki-lakinya.
Bekerja sebagai pelacur di usia muda dan Iris tenggelam lebih dalam ke penghinaan.
Malam itu, lampu klub yang remang-remang berkedip-kedip liar seiring irama musik yang semakin cepat. Para pencari hiburan satu per satu meninggalkan gelas minum mereka dan mulai bergerak mengikuti tempo lagu.
Para wanita penghibur yang bekerja untuk klub mulai menarik tamu dan menyebar ke berbagai sudut ruangan.
Juarez memang terkenal dengan tangan dinginnya dalam mengelola hotel kelas bintang lima yang juga memiliki klub terbaik di kota Los Angeles.
Wanita penghibur yang dia pilih juga merupakan pilihan terbaik. Dalam waktu dua tahun, Juarez berhasil membawa hotel ini menjadi terkenal di dunia kehidupan malam di antara jajaran hotel lainnya.
Dari jajaran wanita dalam koleksinya, Juarez memiliki tiga wanita andalan. Lori, Sherry, dan Iris. Ketiga wanita ini tidak hanya cantik tetapi juga paling menawan, mereka pandai menarik tamu, kecuali Iris tentunya.
Wanita yang memiliki fisik paling sempurna ini dikenal dengan sifatnya yang pendiam dan dingin. Wajah Iris yang khas Eropa jelas membentuk kecantikan klasik yang tiada duanya.
Ketertarikan semua tamu selalu tertuju padanya. Iris memang tidak terampil di atas tempat tidur seperti perempuan lainnya di tempat tersebut. Mungkin kecantikannya yang bak dewilah yang membuat para pria tergila-gila atau bahkan keangkuhannya yang jinak menjadi tantangan tersendiri.
Sayang, gadis itu selalu murung, seakan tidak menikmati perannya. Tidak seperti teman profesional lainnya yang selalu genit dan liar, Iris cenderung menarik diri dan duduk diam.
Malam itu, Iris seperti biasa menjadi orang terakhir yang hadir. Begitu dia memasuki klub, beberapa pasang mata menoleh padanya.
Dengan sikap tenang dan anggun, Iris melangkah menuju meja yang ada di ujung. Gaun merah tanpa lengan di atas lutut itu memperlihatkan lekuk tubuhnya yang menggoda.
Payudara besar, bulat, dan kencang dengan pinggang ramping dan bokong bulat sempurna, mengukuhkan Iris sebagai mahakarya Tuhan yang patut diapresiasi tinggi.
Sayangnya, dia harus jatuh ke lembah aib. Siapa yang tidak ingin mendapatkan Iris? Meski begitu, berbagai lamaran untuk menjadi wanita simpanan dan nyonya kedua, Iris tolak mentah-mentah.
Menjadi penghibur tanpa ikatan jauh menyenangkan, karena tidak peduli seberapa tinggi gelar yang melekat padanya, dirinya masih merasa terhina!
Iris memilih untuk tetap melajang, tanpa terlibat dalam hubungan apa pun. Merdeka tanpa dimiliki oleh siapa pun menjadi prinsip teguh yang dipegangnya selama ini. Iris belum pernah jatuh cinta sebelumnya dalam hidup.
Tak satu pun dari pria tersebut yang menarik hatinya.
Iris tahu, semua pria hanya menginginkan tubuhnya saja. Pria baik mana yang masih berkenan menerima Iris dalam kondisi sekarang? Setelah sekian lama berprofesi sebagai PSK, setiap pria mungkin akan merasa jijik untuk memilihnya sebagai istri sah.
Iris menganggap dirinya hanya layak untuk dinikmati dan bukan dimiliki.
Saat Iris termenung dalam bayangan kelam kehidupan, manajer klub mendekat dan berbisik padanya. Wanita itu mengangguk dan kembali menyibukkan diri dengan ponsel.
Tak lama berselang, muncullah seorang pria yang cukup terkenal sebagai produser film nasional. Dia menyapa Iris dan menawarinya minuman. Wanita itu menjawab dengan anggukan lemah dan senyum tipis terpaksa.
Setelah beberapa menit obrolan ringan yang membosankan, pria yang hampir setengah baya itu mulai meraba-rabanya. Iris dengan lembut mendorong tangan pria itu menjauh.
"Maaf, Anda hanya meminta saya menemani minum, Tuan Hernandez. Jika Anda menginginkan lebih dari yang kita lakukan sekarang, silahkan bicara dengan manajer klub terlebih dahulu," pinta Iris pelan namun tegas.
"A-Aku tidak tahan hanya duduk-duduk dan minum, Iris! Tolong, tidurlah denganku malam ini?" tanya Marten terengah-engah. Pria itu tidak bisa menahan keinginannya sendiri.
"Tidak malam ini." Iris menolak, seiring dia mulai menjauh.
"Aku bisa membayar dua kali lipat tarifmu!" serunya mencoba menahan Iris. Wanita itu menoleh, meskipun tidak sepenuhnya dan bergeming.