Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Lillahi taala, Umi tidak akan pernah ridho dunia akhirat kalau kamu masih saja berhubungan dengan wanita yang tidak jelas nasab nya seperti wanita itu, Emran."
Tangan yang hendak mengetuk pintu, tiba-tiba membeku. Bibir mungil yang sepanjang jalan tersenyum, perlahan memudar. Manik mata berbinar-binar, seketika berubah nanar. Dada berasa ditimpa batu-batuan besar, begitu berat dan sesak mendengar ucapan lantang seorang wanita baya berpakaian sari' yang pernah menyambutnya dengan sangat hangat. Ya, dia masih ingat betul pada pemilik khas suara itu.
Emran memegang lengan sang ibu yang sudah nampak keriput,hendak mencoba menenangkan emosinya yang tengah meluap. Namun, sang ibu justru menepis kasar tangannya dan berkata lantang.
"Jangan pegang umi, umi kecewa sekali sama kamu. Jauh-jauh kamu sekolah ke negara Korea, kenapa menjalin hubungan dengan wanita yang tidak jelas asal usulnya dan juga agamanya? Kamu tau bukan, kalau keluarga kita ini keluarga terhormat dan terpandang. Abi mu seorang ustad dan pengelola pondok pesantren yang cukup terkenal. Apa kata orang nanti, Emran! Apa kamu mau mempermalukan umi dan Abi mu?"
"Bukan kah kemarin umi sudah setuju? kenapa sekarang berubah pikiran? dia gadis baik-baik, umi. Dia gadis yang selalu menjaga kehormatannya."
"Jangan paksa umi. Pokoknya umi tidak sudi punya menantu anak haram."
Brugh
Suara dentuman yang terdengar cukup keras itu mengalihkan perhatian dua pasang mata ke arah pintu yang tertutup rapat.
"Anna, apa itu Anna!" ucap bathin Emran. Raut wajahnya berubah tegang. Dia ingat jika hari ini meminta sang kekasih untuk datang ke rumahnya. Nanti malam akan ada acara keluarga sekaligus ingin mengenalkan dia pada ayahnya yang masih dalam perjalanan pulang dari luar daerah.
Emran berlari ke arah pintu. Namun setelah pintu dibuka, dia tidak menemukan siapapun di luar sana. Dia cukup terkejut ketika melihat di bawahnya, ada sebuah pot bunga dalam keadaan pecah berserakan.
"Apa yang terjadi, Emran?" Sang ibu berdiri di belakang Emran. Karena Emran tidak menjawab pertanyaannya, dia membuka pintu lebar-lebar agar dapat melihat apa yang terjadi diluar. Bola matanya melebar ketika melihat apa yang terjadi.
"Astaghfirullah hal adzim, siapa yang berani merusak pot bunga kesayangan umi, Emran?"
Emran tidak mempedulikan pertanyaan wanita baya itu. Dia berjalan keluar dan mengedarkan pandangan ke sekeliling pekarangan rumah yang cukup luas. Namun, dia masih belum menemukan sosok yang membuat pot bunga kesayangan sang ibu berserakan.
Belum puas hanya dengan mencari disekitar pekarangan, Emran berjalan lebih jauh. Tanpa sengaja, ekor mata menangkap sosok wanita berhijab sedang memasuki sebuah taksi di seberang jalan yang cukup jauh sehingga dia kesulitan mengejarnya.
Meskipun wajahnya tidak nampak dengan jelas, tapi Emran meyakini bahwa gadis itu adalah kekasihnya. Emran masih ingat betul warna dan motif hijab yang pernah dibelikan untuknya. Pada saat dia baru tiba di Indonesia, Emran memberikan dua hijab yang berbeda warna dan motif. Emran sengaja memberikan hijab agar kekasihnya memakai hijab-hijab itu ketika bertemu dengan keluarganya.
Dret
Dret
Tas kecil milik seorang gadis yang baru saja masuk ke dalam taksi bergetar. Dia merogoh tas itu dan menatapnya nanar. Nama "love" di layar ponsel merk biasa sedang memanggil. Dia mematikan dan menyimpannya kembali kedalam tas.
"Maaf nona, kita mau kemana ya?" Tanya sang sopir ketika taksi sudah bergerak melaju.
"Jalan saja, pak!" Gadis itu menjawabnya datar. Sang sopir mengangguk tanpa bertanya ulang.
Dia memegang dadanya yang begitu sesak, sesak sekali. Bersamaan dengan itu, airmata yang sudah menumpuk di kelopak mata akhirnya mengalir deras. Hinaan orang tua kekasihnya tadi sangat menyakiti perasaannya. Seburuk itukah dia di mata keluarga pria yang dicintainya? Hanya karena dilahirkan dari rahim seorang wanita tanpa memiliki seorang suami.
Dia merasa keputusannya hingga menentang sang mama untuk pindah sekolah ke negara dimana pria yang dicintainya tinggal merupakan hal yang sia-sia. Ternyata, keluarga pria yang dicintainya tak seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Keluarga yang agamis, baik, hangat, ramah dan mau menerimanya tanpa memandang bibit, bebet serta bobot.
"Maaf, sebenarnya tujuan nona mau kemana? Apa hanya mau memutar-mutar kota saja?
Mendengar pertanyaan sang sopir yang sudah kesekian kalinya, gadis itu hanya bergeming. Dia bingung tidak tau harus pergi kemana. Tapi yang pasti, dia ingin menghindari Emran untuk sementara waktu.
"Nona!"