Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Sejak pertemuan untuk urusan pekerjaan dan makan malam, itu menjadi awal mula kedekatan Ryn dengan Karan. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, makan malam, makan siang dan bahkan Karan sering menginap di kamar kos Ryn tanpa seizin Eliza.
Ia merasa bahwa Ryn lebih memahami dirinya daripada kekasihnya sendiri. Ryn tidak keberatan memberikan dirinya kepada Karan, keduanya menikmati cinta terlarang mereka.
Tidak jarang Karan mengeluhkan sikap cemburu Eliza yang kelewat batas. Sebagai kekasih kedua, Ryn hanya memberikan nasehat-nasehat agar Karan sabar menghadapi Eliza. Apalagi keduanya akan segera menikah.
Hingga sore itu, sepulang dari tempat kerja. Saat Alya mengantar Ryn pulang, kedekatan keduanya mulai dicurigai oleh Alya, teman Ryn.
“Ryn, akhir-akhir ini aku lihat kamu akrab dengan atasan kita? Ada urusan apa?“ tanya Alya siang itu sepulang kerja.
Seperti biasa, Alya mengantar Ryn ke kosan dengan mobil kesayangannya.
“Urusan pekerjaan sih seringnya, atau hanya sekadar mengobrol biasa. Dia sering curhat masalah kekasih kepadaku.“
Ryn menjawab dengan santai seolah memang tidak terjadi apa pun padanya dengan Karan.
Alya terkejut, “Hah!! Sampai sedekat itu,“ ujarnya sambil menatap mata Ryn.
“Idih, biasa aja kali. Gak ada apa-apa, hanya sebatas rekan kerja saja dan teman biasa. Kenapa kamu jadi panik begitu?“
“Kamu harus berhati-hati, jangan terlalu dekat, loh! Karan itu sudah memiliki calon istri.“
Ryn tertawa memperlihatkan gigi putihnya yang tertata rapi, “Haha! Lalu memangnya kalau Karan sudah memiliki calon? Itu bukan urusanku.“
“Kamu gak takut disebut pelakor nanti? Apa kata orang tentang kamu.“
“Perebut lelaki orang? Hah, kenapa harus takut? Karena memang aku tidak merebut siapa pun. Lagi pula baru calon, belum menjadi istri sesungguhnya.“
“Aku perhatikan, Karan itu suka sama kamu. Dia memperlakukan kamu berbeda dengan karyawan yang lain.“
Ryn menaikan sebelah alisnya, seolah tidak peduli dengan kecurigaan Alya padanya. Entah ada ataupun tidak ada hubungan special antara dirinya dengan Karan, itu juga bukan urusan Alya. Lagi pula, Karan belum menikah. Masih menjadi milik siapa pun sebelum ada yang memiliki seutuhnya.
“Hah! Masa sih? Itu gak mungkin. Menurutku itu biasa saja, tidak ada yang istimewa.“
“Terserah kamu deh, yang penting kamu harus berhati-hati dengannya. Aku sudah mengingatkan kamu,“ ujar Alya sambil kembali menyetir mobilnya.
“Iya, Alya sayang. Takut banget sih kamu, aku juga tidak ada berniat akan merebut calon suami orang lain. Ya, walaupun Khan memang tampan dan menarik, impian semua gadis.“
Alya melihat ketertarikan Ryn kepada Karan, meski gadis itu berusaha untuk menutupinya. Akan tetapi, tingkah Ryn menunjukkan ada sesuatu yang disembunyikan Ryn darinya. Hanya saja, dia tidak ingin membuat praduga yang justru menimbulkan retaknya hubungan pertemanan.
Namun, apa pun pilihan Ryn itu bukan urusan Alya. Dia hanya tidak ingin temannya terjemus pada masalah yang nanti akan menghancurkan hidup Ryn. Sebab cinta sesaat itu hanya indah diawal dan menyakitkan pada akhirnya.
“Aku takut temanku jatuh cinta pada suami orang lain, apalagi menjadi perusak rumah tangga orang lain.“
“Ya, enggaklah. Aku tahu batas-batas dalam berteman, kecuali kalau Karan sendiri yang suka sama aku dan memilih aku.“
“Eh, kok kamu bilang begitu? Jangan-jangan, kamu dan Karan memang ada hubungan istimewa lagi.“
“Enggak kok, aku cuma bercanda aja tadi.“
Hampir saja Ryn membongkar hubungan antara dirinya dengan Karan. Itu akan membuat Alya menjauh darinya dan membuat Eliza marah pada Karan. Ryn juga sangat mengenal Eliza dan cukup dekat.
Bukan hanya itu saja, keputusan Ryn menggantikan Eliza di kantor juga atas permintaan Eliza. Sebab Karan tidak ingin Eliza terlalu sibuk dan lelah sebelum hari pernikahannya.
“Uppstt, hampir saja aku membongkar rahasiaku sendiri,“ batin Hureem sambil menepuk jidatnya.
“Eh, arah kosmu belok kanan ya? Aku lupa, banyak banget belokannya.“
“Hmm, padahal sudah beberapa kali ke sini masih lupa. Iya, belok kanan sedikit.“
“Belok kanan ada pagar warna hitam. Nah, di depan itu kosan aku.“
Alya mengikuti arahan dari Ryn, sudah lama memang tidak mampir. Alya sangat pelupa, sehingga tidak dapat mengingat dengan baik arah kos Ryn. Mungkin sudah waktunya gadis itu menikah, agar pelupanya hilang.
“Sampai juga, sudah lama banget aku gak main. Maklum, jam kerja kamu sudah padat banget. Kamu jadi gak ada waktu untukku, lagi pula aku juga sering lembur.“
“Jadi, mau mampir juga sekalian?“