Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Marrying With CEO

Marrying With CEO

Widia Afriana

5.0
Komentar
355
Penayangan
16
Bab

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Apa tujuanmu?" Tanya Syafa."Menghancurkanmu!" jawab Nathan.***Syafa Sidqyah, seorang wanita muslimah yang cantik. Syafa adalah seorang sekretaris di sebuah perusahaan terkenal milik Devan Putra Pramana. Syafa yang terlihat biasa saja, ternyata punya banyak rahasia. Semua itu terungkap saat ia bertemu dengan seseorang yang terobsesi melukai hidup Syafa.Semuanya berjalan begitu cepat sehingga suatu hari dia tiba-tiba saja menikah dengan bosnya sendiri yang tidak lain adalah Devan.bagaimana pernikahan itu terjadi?

Bab 1 1

Syafa Sidqiah, seorang wanita muslimah yang cantik dan juga pintar. Dia adalah seorang CEO di sebuah perusahaan besar milik ayahnya. Namun, Syafa malah memilih melakukan pekerjaan lain dan mempercayakan perusahaannya kepada orang kepercayaan nya.

Dan hari ini adalah hari pertama Syafa bekerja sebagai sekretaris di kantor orang lain.

Terdengar aneh memang, sudah punya perusahaan sendiri tapi masih ingin kerja di kantor orang lain.

Tapi memang itu keputusan Syafa, jadi tidak ada yang bisa mencegah nya.

***

"Pak ayo cepat bawa mobilnya pak," desak Syafa kepada supir taksi yang sedang dia naikin.

"Iya neng, sabar. Ini juga udah cepat neng," jawab sopir taksi tersebut.

Syafa masih saja terlihat gelisah. Kenapa tidak, hari ini adalah hari pertama dia bekerja. Dia tidak mau membuat kesan yang buruk di tempat kerja nya hanya karena dia datang terlambat.

Taksi pun sudah berhenti di depan kantor. Dengan cepat Syafa langsung berlari kearah kantor nya.

Brukkk

Syafa menabrak seseorang. Dengan merasa bersalah, Syafa langsung meminta maaf.

"Maaf pak saya gak sengaja."

Orang tersebut menatap tajam kearah Syafa. Namun emang dasarnya Syafa yang tidak pernah takut malah membalas tatapan orang tersebut.

"Hei pak, kenapa bapak natap saya seperti itu? Ada yang salah?"

"Iya, memang ada yang salah. Anda sudah membuat pagi saya menjadi buruk!"

"Apa maksud bapak bilang kayak gitu? saya tidak pernah punya masalah sama bapak," balas Syafa tak mau kalah.

"Anda sudah menabrak saya dan itu adalah masalah anda!"

"Pak, apa bapak tidak sadar. Bapak itu jalan sambil sibuk memainkan ponsel tanpa memperhatikan jalan. Jadi bapak juga bersalah dalam hal ini!" ujar Nayla tak mau kalah.

Orang tersebut menjadi semakin kesal kepada Syafa yang tidak mau disalahkan.

"Kenapa anda malah menuduh saya, jelas-jelas anda yang sudah menabrak saya."

"Hei pak, kalau gak mau di tuduh itu, bikin jalan sendiri aja biar gak ada yang nabrak bapak lagi."

"Lama-lama pusing saya hadapin orang seperti anda. Mending saya pergi aja."

"Kalau mau pergi, ya pergi aja pak. Gak usah ngomong segala kali."

"Lama-lama nih orang bikin saya emosi!" ujar orang tersebut geram. Dia pun meninggal kan Syafa.

"Dasar orang aneh," ujar Syafa pelan tapi masih didengar oleh orang tersebut.

"Saya dengar!"

"Bagus deh kalau dengar."

Syafa pun melanjutkan langkahnya lagi.

***

Para karyawan di kumpulkan oleh Deni selaku menejer di perusahaan ini. Hari ini ia mewakili CEO nya untuk memperkenalkan sekretaris baru untuk CEO mereka.

"Baiklah, maksud saya mengumpulkan kalian disini yaitu untuk memperkenalkan sekretaris baru di perusahaan ini," ujar Deni.

"Dia adalah saudara Syafa Sidqyah," lanjut nya lagi.

"Sekarang kalian semuanya boleh berkenalan dulu," ijar Deni.

Satu persatu karyawan datang menghampiri Syafa untuk berkenalan.

"Hallo Syafa, aku Rianti, salam kenal ya."

"Hallo Rianti, salam kenal juga."

"Hai Syafa, aku Fina."

"Ha juga Fina."

Dan begitu selanjutnya mereka saling berkenalan.

Dan emang dasarnya Syafa itu orangnya mudah akrab dan cepat beradaptasi dengan orang baru, jadi dengan cepat ia langsung nyaman aja bicara dengan teman-teman barunya itu.

Setelah acara perkenalan selesai, Syafa dan karyawan lainnya pun mulai bekerja.

"Syafa ini meja kerja kamu ya," ujar Deni menunjukkan meja kerja Syafa.

Dan kebetulan meja kerja nya berada di depan ruangan Devan.

"Oke, terima kasih pak," ujar Syafa.

"Sama-sama. Semoga betah ya."

"Insyaallah pak."

"Yaudah, kalau gitu saya permisi dulu. Selamat bekerja," pamit Deni.

"Baik pak," balas Syafa sambil menganggukkan kepalanya.

Setelah Deni pergi, Syafa pun memulai pekerjaannya.

"Hai Syafa, semoga kamu betah ya kerja disini," ujar Rianti yang menghampiri Syafa.

"Insyaallah mbak," balas Syafa sambil tersenyum.

"Eits, jangan panggil aku mbak, panggil Rianti aja," ujar Rianti memperingati Syafa.

Syafa sedikit tersenyum.

"Baiklah Rianti," jawab Syafa.

"Oh ya, kalau boleh tau kamu udah ada ketemu belum dengan CEO kita?" tanya Fina yang juga ikut menghampiri Syafa.

Syafa menggeleng.

"Belum pernah."

"Kami harap nih ya, kalau kamu ketemu sama CEO nanti, kamu harus punya kesabaran yag ekstra," ujar Rianti tiba-tiba.

"Emangnya kenapa?" tanya Syafa bingung.

"Soalnya, dia itu orang nya galak," jawab Fina dengan membuat ekspresi seperti orang marah.

"Dia itu kerjaannya suka marah-marah mulu," tambah Rianti lagi yang semakin mengompori.

"Kalian ini ada-ada aja deh. Masa bos sendiri di bilang gitu," ujar Syafa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi ini beneran lho Fa," ujar Rianti lagi yang mencoba meyakinkan Syafa.

"Udah lah, gak baik ngomongin bos sendiri nanti orangnya dengar bisa berabe urusannya," ujar Syafa mengingatkan.

"Mending kalian lanjut kerja lagi. Dari pada nanti kena marah gara-gara ngerumpi pas jam kerja," ujar Syafa lagi.

"Hehe iya deh Fa. Ini kami juga mau kerja kok," balas Rianti dan Fina sambil nyengir kuda.

Belum beberapa lama Syafa memulai pekerjaannya, tiba-tiba Deni datang untuk memanggil nya.

"Syafa!" panggil Deni.

Syafa pun menoleh kearah sumber suara.

"Iya pak," balas Syafa.

"Kamu di suruh pak Devan ke ruangannya," ujar Deni.

"Baiklah pak, saya akan kesana," balas Syafa sambil mengangguk.

"Cepat ya, kamu sudah ditunggu."

"Baik, terima kasih pak."

Syafa pun mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan Devan.

Tok...tok...tok

"Masuk!"

Syafa yang mendengar suara itu pun langsung membuka pintu dan memasuki ruangan tersebut.

Terlihat seseorang yang sedang duduk membelakangi pintu.

"Bapak memanggil saya?" tanya Syafa setelah masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Iya. Silahkan duduk!"

Syafa pun langsung duduk didepan meja bosnya tersebut.

"Ada apa ya bapak memanggil saya kesini?" tanya Syafa setelah duduk di depan meja Devan.

"Apakah anda sekretaris baru itu?" tanya Devan yang masih membelakangi Syafa.

"Iya pak," balas Syafa.

Orang tersebut pun membalikkan kursinya agar duduk menghadap ke arah Syafa.

Seketika mata Syafa membulat melihat siapa orang yang ada didepannya ini.

Jadi dia bos aku?

Tanya Syafa dalam hati.

Devan tersenyum mengejek ketika melihat ekspresi Syafa.

"Oo, jadi kamu yang menjadi sekretaris saya?" ujar Devan sambil menampilkan ekspresi yang tidak dapat di artikan.

"I...iya pak," jawab Syafa yang entah sejak kapan mulai terlihat gugup.

"Tapi sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya. Tapi dimana ya?" Devan mengetok-ngetok jarinya diatas meja dengan gaya arrogannya seperti orang yang sedang berfikir.

Mati lah diriku.

ujar Syafa dalam hati.

"Oh iya, saya ingat. Kamu wanita yang tadi pagi bukan?" tanya Devan sambil menatap Syafa.

"I...iya, pak," balas Syafa gugup.

"Aneh emang. Kenapa wanita seceroboh seperti kamu bisa jadi sekretaris saya," ujar Devan seperti mengejek Syafa.

"Maksud bapak apa?" Syafa tidak terima dengan ucapan Devan tersebut.

"Ya pikir saja sendiri," jawaban Devan berhasil membuat Syafa menahan kesal nya.

"Ngeselin banget sih punya bos kayak dia," ujar Syafa pelan.

"Kamu bilang apa?"

"Eh, enggak ada kok pak."

Setelah itu wajah Devan berubah menjadi serius.

"Perkenalkan nama kamu!" ujarnya tegas.

"Nama saya Syafa Sidqyah pak."

Devab mengangguk kan kepalanya.

"Sekarang kamu sudah mulai bekerja. Tapi ingat jangan sekali-kali bikin kesalahan kalau kamu gak mau di pecat!" ujar Devan tegas.

"Baiklah pak. Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Syafa.

"Silahkan," balas Devan tanpa melihat kearah Syafa, karena dia sudah mengalihkan pandangannya ke arah laptop nya.

Syafa pun keluar dari ruangan Devan dengan rasa kesal yang sedari tadi ia tahan.

"Kamu kenapa Fa?" tanya Fina yang sadar dengan raut wajah Syafa.

"Aku gak nyangka aja kalau pria itu yang jadi bos kita," balas Syafa.

"Siapa maksud kamu? Pak Devan?"

"Ya siapa lagi."

Fina terkekeh.

"Emang kenapa? Diapain kamu barusan sama pak Devan?"

"Menurut aku ya, dia itu cowok yang ngeselin banget tau gak," ujar Syafa.

Tawa Rianti dan Fina pun pecah.

"Kan emang udah kami bilangin tadi, kamu sih gak percaya. Pak Devan itu emang kayak gitu orangnya," ujar Fina yang ketawa melihat wajah kesal Syafa.

"Awas aja ya kalau tuh orang berani-beraninya sama aku, bakal aku jadiin peyek dia," ujar Syafa yang membuat Fina bergidik ngeri.

"Siapa yang kamu maksud?"

ujar seseorang dari belakang Syafa.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Widia Afriana

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku