Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
CEO with Pole Dancer

CEO with Pole Dancer

Ummu Amay

5.0
Komentar
71K
Penayangan
152
Bab

Sebuah peristiwa telah mengubah takdir hidup seorang Zia Zovanka. Peristiwa yang terjadi karena hal sepele, menjadikan Zia satu-satunya wanita yang diincar dan dicari oleh seorang lelaki bernama Sagara Pratama. Siapakah Sagara? Ada hal apakah sehingga sosok lelaki tersebut marah dan mencari gadis yatim piatu itu hingga mengambil sesuatu yang berharga milik sang gadis? Di saat hal berharga itu sudah Sagara dapatkan, lelaki yang tak pernah 'bermain' dengan para wanita itu justru mendambakan sosok Zia. Zia terus membayangi pikirannya setiap waktu, hingga akhirnya ia bisa menemukan wanita tersebut ketika sedang menari di sebuah klub malam langganannya.

Bab 1 Awal Mula

Beberapa gelas jatuh dari atas nampan setelah seorang pelayan menubruk tak sengaja pada seorang pria yang tiba-tiba berdiri ketika ia sedang berjalan. Tepat saat pelayan perempuan itu melewatinya, si pria yang berpenampilan bak seorang eksekutif muda mendadak bangun dari duduknya dengan suasana hati yang terlihat kesal.

"What the ...!" umpat si pria dengan wajah penuh emosi. Sempat ia menarik kemeja si pelayan, reaksi spontan atas kemarahannya.

Namun, seolah menyadari keberadaannya di area umum, umpatan kasar itu tidak 'tulus' terucap, dan lelaki itu pun kembali melepaskan kemeja pelayan itu dari cengkeramannya.

"M-maaf, Tuan. M-maaf!" ucap si pelayan dengan suara bergetar.

Wajahnya cemas dan takut saat ia melakukan kesalahan yang sebetulnya tidak disengaja. Meski pria itu yang salah karena tidak melihat dan langsung berdiri, tetapi pelayan itu sadar jika dirinya-lah yang harus meminta maaf.

"Apakah kamu buta?" hardiknya dengan wajah memerah penuh emosi serta tangan menunjuk si pelayan yang saat ini semakin ketakutan.

Tubuh pelayan itu gemetaran. Ia sadar dirinya sedang dalam masalah sekarang. Bagaimana tidak jika ia harus berurusan dengan seseorang yang semua orang di kafe tempatnya bekerja mengenal dan tahu siapa dirinya.

Pria yang pakaiannya basah oleh pelayan bernama Zia itu adalah Sagara Pratama, seorang pengusaha muda yang terkenal akan sikapnya yang dingin dan angkuh.

Sagara adalah pelanggan tetap di kafe tersebut. Ia kerap datang ke tempat itu saat hendak bertemu dengan klien atau sekedar untuk menikmati makanan dan minuman.

Sagara bukanlah pengusaha muda biasa. Wajahnya yang tampan bak seorang model, tubuhnya yang bagus dengan tinggi dan berat proporsional, menjadikannya sebagai sosok lelaki yang banyak diincar bagi banyak wanita-wanita kalangan atas.

Namun, tidak sedikit juga yang takut akan sosok lelaki itu. Sebab bagi mereka yang tahu, Sagara bukanlah seorang lelaki yang mudah atau harus didekati. Ia adalah seseorang yang menyeramkan, yang bisa melakukan apapun sesuai keinginannya. Bahkan, bukan hal aneh jika sosok Sagara memiliki banyak musuh yang tak terlihat. Sebab pada kenyataannya sosok Sagara yang terkenal di banyak kalangan tersebut -baik itu bisnis bersih atau kotor- mampu melakukan tindakan keji seperti menculik atau membunuh musuh-musuhnya yang diketahui sengaja mencari masalah dengannya.

Sagara tidak akan segan memberi hukuman bagi orang-orang yang melakukan kesalahan. Baik itu karyawannya di kantor, para pengawalnya sendiri, atau bahkan orang lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengannya, termasuk rekan bisnis yang tiba-tiba berkhianat.

Hal itulah yang membuat sosok pengusaha itu ditakuti semua orang, pun bagi Zia yang saat ini menundukkan kepala ketakutan. Selentingan kabar mengenai siapa Sagara, sudah ia ketahui sejak pertama kali dirinya bekerja.

Seorang laki-laki lain yang juga bersama sang pengusaha, mencoba mencegah Zia yang tiba-tiba ingin mengelap pakaian lelaki itu dengan tisu. Sebab menurutnya apa yang Zia lakukan adalah hal yang sia-sia.

Benar dugaannya, ketika Zia akan mengeringkan pakaian Sagara yang basah karena tumpahan minuman yang dibawa, lelaki itu menolak. Menepis tangan Zia dengan kencang, membuat gadis itu kaget.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sagara menatap Zia yang terus menunduk.

"S-saya mencoba mengeringkan pakaian Anda, Tuan," ucap Zia masih dengan suara bergetar.

"Kau ini gila atau apa? Pakaian mahal seperti ini mau dikeringkan dengan selembar tisu? Cih!"

"M-maaf, Tuan."

Zia terus saja menunduk -reaksi dari rasa takut dan malu sebab suasana kafe yang mulai terdengar gaduh dengan beberapa pengunjung yang kasak kusuk memperhatikan sebuah 'drama' yang terjadi antara dirinya dengan si pengusaha.

"Ada apa ini, Zia?" tanya seseorang yang datang di tengah keributan.

Lelaki paruh baya dengan penampilannya yang mirip seperti Sagara -kemeja dipadu dasi serta sebuah jas melengkapi penampilannya- datang dari arah belakang Zia dan kini berdiri di sebelah anak buahnya itu.

"P-pak Deri, i-itu Pak, saya enggak sengaja menjatuhkan gelas-gelas ini dan mengenai T-Tuan Sagara," ujar Zia dengan suara bergetar ketakutan.

Lelaki paruh baya itu langsung mengerti. Sempat terlihat kedua matanya yang membola, sedetik kemudian ia mencoba bersikap tenang dan biasa.

"Maafkan karyawan kami, Tuan Sagara. Kami akan membantu Anda dengan me-laundry pakaian Anda yang kotor sebagai kompensasi kesalahan yang sudah karyawan kami lakukan."

"Tidak perlu. Mood saya sudah buruk sebelum karyawan kamu buat kesalahan. Sekarang mood saya semakin rusak karenanya."

Ya, Sagara yang rencananya sore itu hendak melakukan sebuah proyek akuisisi perusahaan dengan seorang rekan bisnis, seketika marah dan kesal setelah mendengar berita yang asisten pribadi sekaligus pengawal setianya sampaikan.

Rencana proyek akuisisi itu gagal sebab alasan yang belum Sagara ketahui alasannya. Kini kekesalan pengusaha itu semakin bertumpuk oleh kecerobohan seorang pelayan yang sudah membuat kemeja mahalnya terkena tumpahan jus.

"Sekali lagi maafkan kami, Tuan. Jadi, apa kiranya yang bisa kami lakukan sebagai permintaan maaf kami kepada Anda?"

Sang manajer kafe tentu akan berbuat apapun demi kata maaf yang diberikan oleh salah satu pelanggan setianya itu, termasuk jika harus memecat Zia saat itu juga meski ia tidak akan tega melakukannya.

Sagara diam sebentar, lalu ia pun menjawab tawaran manajer kafe tersebut.

"Berikan saya minuman terbaik di tempat ini!"

Sang manajer tahu jika minuman terbaik yang Sagara maksud adalah minuman beralkohol untuk lelaki itu nikmati sampai mabuk.

"Gratis!" Sagara menekankan.

"Baik, Tuan. Segera kami siapkan."

Saat sang manajer akan berbalik bersama Zia, lelaki bernama Sagara itu kembali bicara.

"Dan pelayan itu yang harus menyiapkan dan membawakannya untuk saya!" tunjuk pria itu lagi menatap tajam Zia yang seketika mengkerut demi melihat kemarahan yang Sagara tampakkan.

"Saya mengerti, Tuan," sahut manajer tersebut.

Sagara lalu mengusir dua orang itu dengan mengibaskan tangan. Ia sendiri kembali duduk, lalu melihat hasil 'karya' si pelayan di bajunya.

"Shit!" umpat Sagara saat melihat kemeja putihnya yang kotor.

"Dasar pelayan ceroboh!"

Rasa kesal itu masih bergelayut di hati Sagara, dan hal itu tak lepas dari sepasang mata sang pengawal pribadi, yang sejak tadi hanya diam dan berusaha menenangkan tuannya agar keributan yang terjadi tidak bertambah parah. Sebab jujur saja melihat ekspresi dan ketakutan yang tampak pada gesture tubuh Zia, sang pengawal merasa kasihan dan sedikit iba.

Dia adalah Ardan, seorang asisten pribadi yang memenuhi segala urusan keperluan Sagara, termasuk urusan pekerjaan di kantor atau di rumah.

***

Sagara sudah mulai mabuk setelah dua botol minuman yang pihak kafe sediakan untuknya habis dalam waktu sekejap. Namun, ia masih bisa menguasai diri ketika memutuskan pulang meninggalkan kafe.

Saat Sagara hendak masuk ke dalam mobil, bertepatan dengan munculnya Zia dari arah pintu belakang kafe, yang sepertinya akan pulang ke rumahnya.

Sagara yang masih setengah sadar, rupanya masih menyimpan rasa kesal dan emosi pada Zia. Alhasil, ia pun meminta pengawalnya untuk 'menculik' gadis itu untuk ikut bersamanya.

Dua orang pengawal yang Sagara perintahkan 'menculik' Zia lalu menghampiri gadis itu. Sedikit perlawanan, tetapi akhirnya Zia bisa dibawa masuk ke dalam mobil yang sama di mana Sagara sudah ada di dalamnya.

"Ada apa ini, Tuan?" tanya Zia saat melihat sosok Sagara ada di depannya.

Kembali rasa cemas dan takut menghampiri perasaan gadis itu. Mengapa ia harus ikut bersama Sagara? Apakah kesalahannya tadi belum termaafkan olehnya?

Jawaban atas pertanyaan Zia terbayar saat ia dibawa masuk ke dalam kamar Sagara di rumahnya yang besar dan megah. Ia yang belum tahu maksud dari lelaki itu membawanya ke dalam mobil, sedikit demi sedikit paham apa yang tengah menimpanya.

Sagara yang sudah dalam keadaan mabuk langsung menyergapnya setelah seorang pengawal bertubuh besar membawa dan memaksanya masuk ke dalam sebuah kamar yang besar nan luas.

"Tuan, apa yang Anda lakukan?" Zia tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya melakukan aksi pemberontakan semampunya dengan menahan serangan serta sergapan Sagara ketika lelaki itu mendorong dengan tenaganya yang sangat kuat.

Sagara sama sekali tidak merespon ucapan Zia, ia terus berusaha mendekap gadis itu ke dalam pelukannya supaya diam.

"Tidak! Tolong lepaskan saya, Tuan!" pinta Zia dengan segala daya dan upaya yang ia miliki.

"Hei, Wanita! Kau itu sudah membuat hariku bertambah buruk tahu!" hardik Sagara akhirnya setelah tidak juga membuat Zia diam.

"Maafkan saya, Tuan. Maaf karena kesalahan saya membuat Anda kesal dan marah. Tapi, tolong lepaskan saya sekarang. Saya akan melakukan apapun supaya kesalahan saya diampuni."

Zia masih berusaha bicara dan memohon di tengah aksi Sagara yang kini sudah membuatnya terjatuh ke atas ranjang. Serangan itu tidak juga berhenti, bahkan Sagara berhasil membuat pakaian atas Zia robek karena ia tarik paksa. Hingga akhirnya lelaki itu berhasil menempelkan bibirnya di atas bibir sang gadis, lalu memagutnya kasar setelah juga meninggalkan jejak di tubuh gadis itu yang menyisakan warna kemerahan di beberapa titik.

Zia jelas melawan seiring air mata yang mulai menggenang. Ia takut memikirkan akan aksi Sagara selanjutnya.

Beberapa waktu berlalu dengan Zia yang terus melawan dan mencoba mengelak demi menghindari serangan Sagara, membuat tenaganya pun terkuras habis.

Satu titik di mana waktu seolah berputar menurut gadis itu, adalah saat Sagara berhasil menarik lepas pakaian atasnya. Air mata itu akhirnya mengalir juga di kedua pipinya.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Ummu Amay

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku