Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Scandal with CEO

Scandal with CEO

SugaIn

5.0
Komentar
4.1K
Penayangan
20
Bab

Blurb Ashley Adam Brooklyn gadis berusia 20 tahun harus terlibat scandal dengan bos barunya bernama Nicholas Smith. Pertama kali bertemu dengan nicholas, entah kenapa Ashley begitu sangat membencinya. Akan tetapi berbeda dengan Nicholas. Nicholas malah tertarik dengan Ashley saat pertemuan pertama. Nicholas berniat untuk membawa Ashley masuk kedalam kehidupannya, yaitu hanya sebagai penghangat ranjangnya, tak lebih dari itu. Namun, karena Ashley yang sulit untuk ditaklukkan, akhirnya Nicholas mencari tahu titik kelemahan dalam hidup Ashley, hingga akhirnya Nicholas harus menggunakan cara tersebut dengan membuat sebuah perjanjian.

Bab 1 Part 1

"Masih saja kamu disini, Ashley. Kamu tidak jadi masukkan lamaran ke perusahaan yang kamu bilang kemarin. Perusahaan apa katamu waktu itu, Ashley? Perusahaan Copration group atau apa yah? Aku lupa lagi. Yang jelas itu lah. Apa kamu tidak jadi melamar kerja disitu, Ashley?" Aleana sahabat Ashley tiba-tiba menghampiri sahabatnya yang tengah murung, dengan raut wajahnya yang tengah cemberut.

Sudah beberapa kali Ashley menjatuhkan lamarannya di segala perusahaan, tetap saja Jawabannya yang sama yang di dapat oleh Ashley. "Aku masih trauma untuk di tolak lagi kesekian kalinya," pungkas Ashley begitu saja.

Sementara Aleena memilih beranjak ke sebelah sahabatnya yang tengah murung itu. "Kamu harus semangat dong, yakinkan dirimu kalau kali ini kamu tidak akan ditolak!"

"Apaan, kemarin kamu juga bilangnya gitu. Ayo semangat aku yakin kamu tidak akan ditolak kali ini, Ashley! Tapi nyatanya apaan, lagi-lagi ditolak kan? Kamu tidak ingat tuh ekspresi wajahku saat di tolak. Ya ampun. Kalau aku ingat kesitu. Jadi aku mau nangis lagi tau, tidak? Dari sepuluh perusahaan yang aku datangi tidak satupun yang mau menerimaku menjadi karyawannya. Aku sudah bilang, aku memiliki keahlian mengoperasikan komputer atau apapun itu. Tapi tetap saja ijazah sarjana yang mereka minta. Apa bedanya coba yang punya gelar tinggi dengan orang seperti aku. Iya, aku cuman mengandalkan ijazah SMU doang sih. Bukan berarti kan aku tidak dapat bersaing dengan mereka yang memiliki gelar sarjana, doktor, profesor atau gelar apa lah itu. Yang terpentingkan kemampuan. Sayangnya mereka tidak memberikan aku kesempatan bergabung dengan mereka." Ashley tiba-tiba sedih jika mengingat semua itu.

Usianya yang masih dua puluh tahun, masih minim dengan pengalaman, tapi bukan berarti wanita yang berparas cantik itu tidak memiliki keahlian. Andai saja keluarga Ashley berasal dari orang kaya. Mungkin di fakultas Ashley bisa menjadi mahasiswa dengan peringkat atas. Sayangnya keinginan itu tidak tercapai. Dan Ashley dituntut untuk bekerja mencukupi kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya.

"Sudahlah Ashley, kamu tidak boleh hilang semangat gini dong. Kali ini kamu harus percaya padaku. Kalau kamu pasti akan diterima, aku dapat informasi ini langsung dari orang dalam perusahaan itu. Makanya pas kamu bilang kalau ingin melamar pekerjaan di perusahaan itu. Aku langsung dukung, karena jauh-jauh hari aku sudah mendengar informasi itu sih. Hanya saja aku lupa ngasih tau. Ah ha sekarang perusahaan itu sedang ramai pemberitaan loh. Para wartawan sibuk membuat artikel tentang perusahaan itu. Dan dengar-dengar CEO nya juga. Uh, tampan. Kamu gak bakal nyesel deh. Ayo gih buruan bangkit aku antar. Tapi biasa. Aku antar nya sampai depan perusahaannya saja yah. Karena aku juga mau lanjut kerja nih. Sudah jam berapa ino. Ntar lagi aku telat. Ayo bergegas bangkit."

Aleana terlebih dahulu beranjak sebelum sahabatnya itu. "Apa iya aku coba saja yah? Urusan diterima atau nggaknya yah nanti dipikirin," batin Ashley yang pada akhirnya memupuk semangat itu kembali.

Ashley bergegas menuju arah kamarnya, mengenakan pakaian ala kantoran dengan rok yang sedikit seksi, di padukan oleh kemeja berwarna putih panjang. "Perfek, aku cantik. Bodoh kalau masih ada perusahaan yang menolakku." Ashley berbincang dengan cermin yang ada di hadapannya itu.

"Apa kamu sudah selesai, Ashley? Cepat dong! Ntar aku terlambat kerja nih!" ucap Aleena dari luar pintu kamar itu.

"Iya yah tunggu, aku tinggal pakai sepatu." Ashley menggunakan sepatu high heels untuk penyempurna penampilannya kali ini, tidak lupa tiga atau empat kali semprotan sebagai penambah kesempurnaan penampilannya.

"Wah, cantik. Aku yakin nih. Kali ini sahabatku ini pasti akan diterima." Aleena kembali memupuk semangat sahabatnya itu.

"Kalau kali ini aku gak diterima, ya sudah deh. Aku melamar di tempat kamu bekerja saja. Jadi tukang cuci piring boleh juga lah, daripada gue nganggur gitu kan."

"Gitu dong, baru sahabatku. Memiliki semangat tinggi."

"Hmmm, terima kasih."

Ashley dan Aleena bergegas menuju ke arah perusahaan Copration group, berhubung hari yang masih pagi dan jam yang menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. "Apa kamu yakin ini tempatnya, Aleena?" tanya Ashley yang berdiri sedikit jauh dari perusahaan itu.

"Hmmm, aku sangat yakin. Ayo semangat. Yakin pasti di terima, aku pergi dulu."

"Tapi Aleena, ah. Main kabur aja sih." Ashley menggerutu saat melihat sahabatnya itu meninggalkannya, dengan perasaan yang sedikit bingung dan canggung. Ashley berjalan melihat para karyawan perusahaan yang lalu lalang. Ada yang baru datang dan ada yang masih sengaja keluar, Ashley memperhatikan mereka semua.

Saat kaki Ashley melangkah tanpa menoleh, karena matanya yang masih menerawang melihat sekitar lokasi perusahaan. Dan saat bersamaan seorang pria baru saja keluar dari dalam mobilnya, disaat itu kaki Ashley tersandung oleh sesuatu. Yang mengakibatkan Ashley terjatuh pada tubuh seorang pria yang berpapasan sedang menoleh ke arah yang berhadapan dengan Ashley. Mengakibatkan pria itu menangkap badan Ashley dan terlentang secara bersamaan di atas lantai depan perusahaan.

"Eh eh."

Brughh

Dua mata itu saling beradu bertatapan begitu dekat, bahkan bisa dibilang tidak ada jarak diantara dua mata itu. Bukan itu saja, bibir Ashley dan pria itu sempat bertemu dalam waktu beberapa menit. Yang membuat satu wartawan yang sedang meliput perusahaan itu menangkap gambar keduanya.

Melihat rekan wartawan yang mengebadikan momen itu, membuat para wartawan lainnya berlarian mengambil foto keduanya. Hingga Ashley dan pria itu menjadi sorotan wartawan, sebagai berita hangat yang akan dibicarakan.

Ashley tersadar, jika cahaya lampu kamera para wartawan itu tengah mengambil gambar keduanya. Sehingga Ashley bergegas ingin bangkit dari tubuh pria itu. Naasnya, kancing baju Ashley malah nyangkut di kemeja baju pria itu. Sehingga pas Ashley hendak berdiri pria itu meronta kesakitan, dan memegang bagian alat vitalnya.

Iya, Ashley baru saja menekan barang berharga pria itu dengan lututnya. Mengakibatkan bunyi suara kecil keluar dari mulut pria itu. "Argh arghkk ahhh," ucap pria itu memegang bagian intimnya.

Ashley melotot menoleh ke arah intim pria yang tengah kesakitan itu, dan sesaat kemudian Ashley menutupi perutnya yang terbuka sedikit akibat satu kancing baju Ashley yang sempat lepas saat Ashley memaksakan berdiri. "Bos, apa Bos baik-baik saja?" tanya seorang pria berjas, dengan postur berotot. Bisa dikatakan pria itu sebagai pengawal pribadi pria itu.

"Argh arghkk, sial. Bawa wanita itu ke dalam!" seru pria itu.

"Lah, eh. Aku gak mau! Aku gak mau!" Ashley merasa ketakutan, saat kedua pria berbadan kekar itu menarik paksa tangan Ashley untuk masuk ke dalam. Mengikuti pria itu dari belakang badanya. "Lepaskan aku! Lepas!"

••••

Ashley masih saja memberontak ingin melepaskan tangannya dari dua tangan pria itu, tapi kedua pria itu begitu kuat menahan tangan Ashley. Bagaimanapun Ashley memberontak dan ingin lepas dari cengkraman dua pria itu. Tetap saja Ashley tidak sanggup melakukannya. Dua pria itu begitu kuat, tidak sebanding dengan kekuatan Ashley yang tengah berusaha melepaskan tangannya dari dua tangan pria itu. "Lepaskan aku! Apa salahku sih!?" bentak Ashley yang menjadi pusat perhatian para karyawan perusahaan itu.

Sepanjang jalan menuju ruangan pria yang bernama Nicholas Smith itu, sepanjang itu semua mata menoleh ke arah Ashley yang sedang memberontak. "Kalian ini maunya apa sih? Lepaskan aku!" Ashley yang marah malah menggigit tangan pria yang memegang tangannya yang di sebelah kiri.

"Argh aaah!" pekik pria itu merasa kesakitan dan spontan melepas tangan Ashley, tinggal satu pria yang berada di sebelah kanan Ashley. Dan pria itu menatap kawannya kesakitan.

"Ini gak bisa dibiarkan ini," batin pria itu, memilih terlebih dahulu menggendong paksa Ashley masuk ke dalam ruangan Nick.

"Ini Bos!" ucap pria itu di hadapan Nicolas dan masih memegang tangan Ashley.

Nicholas lantas berdiri dari kursinya, berjalan menatap Ashley sebagai mangsa yang sedap. Tidak itu saja, Nikolas bahkan melihat dari ujung kaki Ashley hingga ujung kepala Ashley. Dimana Ashley tidak sanggup menatap tatapan pria yang berdiri di hadapannya kini.

"Kau! Cari tau tentang dia!" titah Nicholas pada para bawahannya.

"Aku bukan siapa-siapa, lepaskan aku! Kenapa kalian memperlakukanku seperti ini? Aku datang kesini hanya untuk mencari pekerjaan. Bukan untuk apa-apa! Bisa tidak melepaskanku!" bentak Ashley yang memberanikan diri melihat wajah pria tampan yang ada di hadapannya kini.

"Ah." Nicholas lantas tersenyum kecil di sudut bibirnya, memperlihatkan betapa tampannya pria yang ada di hadapan Ashley sekarang, namun sayangnya Ashley terlanjur marah melihat ke arah pria itu.

Mengingat kalau Nicholas sudah mempermalukannya di hadapan semua orang. "Kamu cantik juga," ucap Nicholas mengangkat dan menahan dagu Ashley cukup keras, dan membuat Ashley menahan kesakitan akibat cengkraman tangan Nicholas.

Ashley berusaha memberontak, dengan melepaskan cengkeraman tangan Nicholas di dagunya, tapi sayangnya kedua tangan Ashley di tahan oleh satu tangan Nicholas, dan Nicholas yang tersenyum melihat Ashley.

"Siapa namamu, sayang?" tanya Nicholas.

Ashley yang kesal mengangkat satu kakinya, mengarahkannya ke arah selangkangan Nicholas. "Argh arghkk akhhh ahhh, kau. Tahan dia!" Nicholas yang kesakitan menjatuhkan kedua lutut kakinya di atas lantai itu.

"Simpan dia untukku!" titah Nicholas, sebelum Nicholas meninggalkan ruangannya.

"Baik Bos," balas dua pria itu.

Ashley mulai ketakutan mendengar perintah itu, sehingga Ashley mengambil apapun yang ada di hadapannya. Melemparkannya secara brutal pada dua pria itu.

"Aku tidak akan membiarkan kalian menyentuhku lagi, awas. Pergi dari hadapanku. Tolongggggg! Tolong aku siapapun! Tolongggggg! Hiks." Ashley mulai menyerah, setelah menyadari tidak ada satupun diantara banyaknya karyawan itu yang bersedia menolongnya.

Ashley jadi meringkuk ketakutan, melihat tatapan sangar dua pria itu. "Aku mohon, jangan sakiti aku. Lepaskan aku. Hiks." Ashley yang tadi kuat dan selalu memberontak, kini wanita itu menjadi lemah.

Rasa takut itu kian menyelimuti hatinya, saat dua pria itu semakin dekat berjalan ke arahnya. "Apa salahku sih? Kenapa kalian memperlakukanku seperti itu? Aku mohon lepaskan aku? Aku janji tidak akan melaporkan hal ini ke polisi. Asal kalian mau berjanji untuk melepaskanku." Ashley berusaha melakukan negosiasi dengan dua pria itu, tapi sayangnya dua pria itu hanya patuh pada bosnya saja.

"Ayo kita bawa dia!" ucap satu pria kepada rekannya.

"Hmmm, apa kita bawa dia ke rumah bos saja, atau ke apartemen bos?" balas pria itu sedikit bingung.

"Kita bawa saja ke apartemen, Bos. Bukankah tempat itu lebih dekat. Nanti kalau di perintahkan lagi baru kita pindahkan," ucap yang satunya lagi.

"Apa-apaan ini, aku gak mau. Aku gak mau ikut kalian berdua. Aku gak mau! Lepaskan aku!! Lepaskan akuuuuu!" pekik Ashley yang tidak ada satupun yang peduli dengan suara itu.

Mereka lebih memikirkan nasib pekerjaan mereka kalau sempat ikut campur, daripada memikirkan nasib Ashley yang tidak henti-hentinya meminta pertolongan. "Kau, kalau masih ingin hidup. Lebih baik diam deh! Jangan buat aku semakin marah padamu. Apa kau paham!!" bentak pria itu.

Brughh

Ashley tidak mau begitu saja dibawa oleh pria itu, sehingga Ashley mengangkat satu kakinya ke atas, menginjak kaki pria itu dengan tajam sepatu high heels nya.

"Arghh ah ah ahhh, pegang dia!" ucap satu pria yang tengah kesakitan itu.

"Kau!"

Plakk

Sahabat pria yang kesakitan itu marah, dan menampar pipi Ashley cukup keras. "Hiks hiks." Ashley memegang pipinya beriring dengan tangisannya, bukan hanya rasa takut yang sedang dihadapinya kini. Melainkan kerasnya perlakuan mereka pada Ashley.

"Sudah kami katakan, jangan pernah melawan!" bentak pria itu.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku gak mau mati sia-sia disini. Aku harus mencari cara untuk kabur, iya. Tapi bagaimana caranya? Mereka sangat kuat." Ashley bergumam di dalam hatinya.

"Ayo seret dia!" titah pria yang kesakitan tadi.

"Apa perlu tangannya kita ikat saja?" tanya sahabatnya.

"Apa obat bius kemarin kemarin masih ada?"

Mendengar kata obat bius, membuat Ashley ketakutan. Sehingga Ashley berusaha meloloskan diri bagaimanapun caranya.

Ashley menunggu waktu yang tepat, dimana Ashley menggunakan kepalanya untuk menyeruduk pria yang ada di hadapannya, masih sama dengan sasaran Ashley. Bagian intim pria itu. Merasa waktunya sudah pas, membuat Ashley melancarkan rencananya.

Mengatur langkah kaki menyeruduk lalu berlari ke arah pintu, tali.

Brughh

Badan Ashley kembali menabrak badan Nicholas, yang baru masuk ke dalam ruangan itu. "Kau!" ucap Nicholas marah pada Ashley, yang masih saja berusaha kabur dari Nicholas.

"Argh sakit."

Beda halnya dengan Nicholas yang marah pada Ashley, lantas Ashley mengelus-elus kecil kepalanya merasa sakit akibat jedotan kepala Ashley, yang sempat mengenai pintu lalu terbanting sedikit ke arah Nicholas.

"Bukankah aku sudah menyuruh kalian menyimpan wanita ini untukku ha? Kenapa kalian belum lakukan juga!?" bentak Nicholas yang memarahi kedua anak buahnya.

"Maaf Bos, wanita jalang itu sangat liar!" balas salah satu pria itu.

"Aku bukan wanita jalang, kalian sudah salah paham. Aku bukan wanita jalang. Tolong lepaskan aku. Hiks." Ashley yang tidak tahu berbuat apa-apa lagi, memilih untuk menangis dan memohon di kaki Nicholas.

"Tolong lepaskan aku, Tuan. Aku bukan wanita jalang. Aku hanya datang ingin melamar bekerja, dan aku tidak tahu kesalahan apa yang sudah saya lakukan. Hingga Tuan dan anak buah Tuan begitu marah denganku. Aku mohon Tuan, izinkan aku keluar dari tempat ini. Aku tidak akan memberanikan diriku lagi melangkah ke perusahaan Tuan ini. Tolong Tuan!" Ashley merendahkan harga dirinya berlutut di kaki Nicholas.

"Kalau aku gak mau, bagaimana?"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku