With Mr. Old
5.0
Komentar
479
Penayangan
15
Bab

Marlon (37) Pria dewasa yang seharusnya sudah menikah, mempunyai istri, dan anak. Bukan malah mengejar gadis kecil, berhasrat ingin menikahinya dengan alasan sudah siap berbagi ranjang. Belle (17) Gadis pemalu yang belum pernah berpacaran, bukan karena tidak cantik, hanya saja dia terlalu takut berdekatan dengan lawan jenis. Apa yang akan Belle lakukan? Ketika ada lelaki tua berjenggot yang berselisih 20 tahun dengan usianya, datang menghadap kedua orang tuanya, dan melamar Belle.

Bab 1 Awal bertemu

"Paman, aku datang." Suara nyaring bocah itu menyambar kuping Marlon, yang tengah menikmati kopi di musim dingin.

Dengan terpaksa Marlon Exietera menaruh gelas di atas meja, kepalanya menoleh untuk melihat kedatangan Rose, putri dari Miller kakak tertua di keluarga Exietera. Mereka memang cukup dekat. Rose sering mendatangi rumahnya kapan pun dia inginkan, dan Marlon akan senang hati menyambut.

Kantung mata Marlon berkedut saat melihat keponakannya itu tidak sendiri, melainkan datang dengan seorang teman, kesan pertama kali yang dia rasakan bergetar. Padahal, teman Rose terlihat biasa saja, hanya mengenakan kemeja casual dengan bawahan rok di atas lutut, ditambah kaus kaki bewarna pink.

Sementara Rose berlari menghampiri Marlon, gadis itu tetap diam di tempat, bahkan wajahnya tersipu merah saat merasakan ditatap begitu intens. Sambil mendengarkan keluhan Rose di sekolah hari ini, kerap kali Marlon melirik keberadaan gadis di ujung tangga, yang kini sudah tertunduk malu.

Ah, dia sangat menggemaskan.

"Rose, kau membawa seorang teman?" tanya Marlon memotong cerita Rose, dia sangat ingin gadis itu datang mendekat.

"Ah, iya, kemari Belle, jangan mematung di situ terus, Pamanku tidak memakan orang." Rose melompat dari pangkuan Marlon, menghampiri, lalu menyeret Chambell.

Marlon bangkit dari duduknya, mata pekatnya semakin tajam menatap teman Rose, dari bawah ke atas, dan berhenti di wajah mungil yang sangat manis. Bagian dari dalam tubuh Marlon bergetar hebat. Ini sangat aneh! Tetapi, sungguh, kedua tangan kekarnya ingin sekali merengkuh tubuh kecil teman Rose.

"Dia memang sangat pemalu, namanya Isabeau Chambell, biasa dipanggil Belle," ujar Rose sambil mendorong punggung Belle ke arah Marlon, agar mereka berkenalan.

Ketika tangan mereka saling bersentuhan, batin Marlon mengerang kala merasa kulit tangannya begitu halus. Hanya dengan berjabat tangan, tetapi sudah membuat Belle berkeringat dingin.

"Bell-e," katanya terbata, wajah Belle memucat saat hendak menarik alih, tetapi ditahan oleh Marlon.

Kalau tidak ada Rose di sini, kemungkinan terbesar Marlon sudah merengkuh tubuh kecil Belle, mencium bibir ranumnya sampai musim dingin berganti. Di mata Marlon, wajah Belle sangat mungil, seperti melihat boneka barbie.

"Marlon."

Belle langsung menyingkir begitu Marlon melepas jabatan tangan mereka, jantungnya berdegup kencang di bawah tatapan lekat nun tajam. Paman Rose sangat mengerikan. Mulai dari tatapan yang tajam, rambut panjangnya, serta brewok di sekitar dagunya, membuat Belle berpikir jika Marlon bukan lelaki baik-baik. Hih! Tanpa sadar Belle bergidik ngeri, ketika di mata Marlon gadis itu mirip boneka, di matanya dia malah tampak seperti Tarzan liar.

Mencebikkan senyum, Marlon mendekati kuping Rose berbisik, sedangkan Belle hanya mengamatinya dengan penasaran. Saat Rose berlalu meninggalkan ruangan, Belle panik bukan kepalang, alih-alih mundur tangan Marlon lebih cepat menjangkau, melakukan apa yang telah diurungkan sejak 10 menit terakhir.

Spontan kedua mata Belle membeliak, kaget, saat ciuman pertamanya telah diambil oleh lelaki tua berjenggot.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh indkhrsya

Selebihnya

Buku serupa

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku