Yuga sebenarnya tidak benar-benar membenci Chessi, tapi Yuga hanya benci karena tiba-tiba saja Chessi hadir di hidupnya. Bukan hanya itu, Chessi tiba-tiba saja menjadi istri Yuga dan merebut kebahagiaan Yuga yang sudah tertata rapi. Sejak ayahnya meninggal, Yuga harus menuruti setiap aturan yang mama Yuga buat. Termasuk ketika mamanya mendekatkan Yuga dengan Chessi. Pernikahan yang digadang-gadang akan menjadi pernikahan paling bahagia itu, justru jadi menjadi sarana Yuga melampiaskan kemarahannya. "Kenapa sih, kamu benci banget sama aku?" "Karena kamu hadir di hidup aku." "Ada cara gak supaya, kamu mau maafin aku dan gak benci aku lagi?" "Ada." "Apa?" "Putar balik waktu dan jangan datang di hidup aku. Bisa?"
"Kamu ngapain disitu?" tanya Yuga yang sudah lelah kerja seharian, tapi sesampainya di rumah justru harus mencari Chessi yang tiba-tiba menghilang.
Ternyata Chessi ada di taman dekat apartemen mereka dan sedang memangku kucing liar yang entah dari mana Chessi dapat.
"Yuga, kenapa kesini? Kamu nyariin aku?" tanya Chessi polos.
"Menurut kamu? Kenapa jadi pegang-pegang kucing liar begitu. Cepet turunin kita pulang!" ajak Yuga dengan suara tegas.
"Anu, Yuga."
"Anu apa?"
"Kasian kalau kucingnya di tinggal disini sendirian. Boleh gak aku pelihara aja? Tadi, aku nemu di jalan depan hampir ketabrak motor."
Wajah Chessi memelas dan seperti menaruh banyak harapan supaya Yuga mengijinkannya memelihara kucing itu.
"Aku gak suka kucing!" tegas Yuga.
"Yuga, please! Aku, janji akan rajin mandiin dan rumah gak akan kotor karena kucing ini."
Chessi benar-benar memohon pada Yuga.
Yuga sendiri lalu menghela napas kesal lalu memalingkan wajahnya. Biasanya dia akan mudah banget menolak apapun yang Chessi minta, tapi sekarang ada yang aneh. Melihat wajah sedih Chessi, Yuga justru jadi ikut sedih.
"Terserah kamu! Intinya aku gak mau rumah jadi kotor karena peliharaan kamu."
Yuga akhirnya luluh dan memperbolehkan Chessi untuk membawa pulang kucing liar itu. Chessi sendiri tersenyum senang dan menganggukkan kepalanya antusias. Yuga berjalan meninggalkan Chessi yang masih menimang-nimang kucing itu dengan senang.
Karena tidak kunjung disusul oleh Chessi, Yuga menghentikan langkah Yugainya dan kembali melihat ke arah Chessi.
"Kamu, mau disini terus? Aku, kesini itu cari kamu, Ches."
Mendengar suara Yuga yang mulai meninggi, Chessi melihat ke arah suaminya itu. Chessi tersenyum kecut lalu meminta maaf pelan.
"Iya, aku pulang."
***
Sudah seminggu sejak Yuga tidak pulang ke apartemen mereka. Chessi keluar dari kamar diikuti Pupus kucing berwarna belang tiga yang Chessi pelihara. Chessi sedikit terkejut melihat Yuga masuk bersama dengan ibu mertuanya.
"Mama," sapa Chessi pelan.
"Chessi, mama kangen banget sama kamu."
Ibu mertua Chessi langsung memeluk menantu pilihannya itu hangat. Chessi sendiri membalas pelukan mama Yuga tidak kalah hangat. Sekilas Chessi melirik Yuga yang terlihat jengah melihat kelakuan mereka berdua. Tanpa berkata-kata lagi, Yuga berjalan masuk ke dalam kamar.
"Ma, kok bisa pulang sama Yuga?" tanya Chessi sembari melepas pelukannya pada ibu mertuanya.
"Yuga nginep di rumah mama beberapa hari ini."
Chessi terdiam mendengar ucapan mertuanya itu. Ternyata Yuga memang sangat tidak menyukai dirinya hingga harus terus-terusan menghindar dari Chessi dengan banyak alasan.
"Padahal dia bilang harus keluar kota," lirih Chessi menundukkan kepalanya.
"Memang iya, Yuga baru pulang dari Surabaya 3 hari lalu. Terus dia demam tinggi, batuk dan pilek juga. Dia bilang gak mau pulang, takut nularin ke kamu. Jangan mikir yang gak-gak dulu, Ches," terang mama Yuga.
Chessi mengangkat kepalanya lalu melihat ke arah ibu mertuanya dengan wajah sedikit tidak percaya. Sedangkan mama Yuga yang biasa di panggil Mirna itu menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Chessi.
Setelah menghabiskan waktu mengobrol dengan mama Mirna. Chessi lalu mengantar ibu mertuanya itu keluar dari apartemennya. Setelah itu Chessi kembali masuk ke dalam apartemennya dan melihat ke kamar Yuga.
"Apa Yuga tidur ya? Tapi, dia belum makan malam," lirih Chessi yang kemudian memberanikan diri untuk mendekat ke kamar Yuga.
"Ga, kamu mau makan malam apa?" tanya Chessi sembari mengetuk pelan pintu kamar Yuga.
Tidak ada jawaban dari dalam kamar Yuga. Kening Chessi mengerut bingung, Chessi lalu memegang gagang pintu dengan ragu-ragu. Walaupun suami istri, Chessi belum pernah sekalipun masuk ke dalam kamar Yuga. Karena pemilik kamar melarang keras Chessi untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Ah,,,biarin aja deh, nanti aku malah kena marah gara-gara masuk tanpa permisi," ujar Chessi ketika sadar kalau apa yang dia pikirkan akan membuatnya dalam masalah nantinya.
***
Chessi sedang memasak di dapur, dia membuat sayur sop kesukaan Yuga. Chessi tentu dapat bocoran dari ibu mertuanya, karena Yuga tidak mungkin bilang pada Chessi apa yang dia suka ataupun yang gak dia suka. Tidak lama suara langkah kaki yang cukup cepat terdengar menuju dapur. Chessi memalingkan wajahnya dan melihat ke asal suara.
"Udah bangun, Ga?" tanyanya sambil tersenyum.
"Kok, kamu gak bangunin aku? Pagi ini aku ada meeting penting."
Yuga terdengar sedikit marah. Sedangkan Chessi tiba-tiba saja kehilangan senyumnya yang manis tadi.
"Aku, gak tahu," lirihnya kemudian.
"Ah,,,kamu apa yang tahu," ketus Yuga yang kemudian berjalan meninggalkan Chessi begitu saja di dapur.
Chessi menghela napas dalam dan kembali sibuk dengan masakannya.
"Salah lagi aku."
Setelah lebih dari setengah jam berkutat di dalam kamarnya. Chessi berjalan menuju meja makan, Chessi sedikit tertegun dan terlihat kecewa karena ternyata bekal yang dia siapin buat Yuga tidak dibawa. Chessi menghela napas berat lalu kemudian mengambil ponselnya. Chessi memfoto tas bekal yang dia siapkan dan mengirimnya ke Yuga.
"Yuga, kenapa makanannya gak dibawa? Aku, udah masakin makanan kesukaan kamu."
Yuga membaca pesan Chessi lalu kemudian membalasnya cepat.
"Aku gak nyuruh kamu buat masakin aku juga. Stop buat ngeluluhin hati aku, gak bakalan mempan!"
Chessi menelan salivanya dengan susah setelah membaca chat dari Yuga. Chessi sudah biasa diacuhkan Yuga, tapi setiap kali mendapat perlakuan buruk dari Yuga, tetap saja Chessi jadi sedih dan ingin menangis. Chessi lalu menghela napas berat dan kembali membalas chat dari Yuga.
"Gak bisa ya, Ga hargain sedikit aja usaha aku jadi istri yang berguna buat kamu? Setidaknya walaupun gak bisa suka sama aku, kamu bisa pura-pura menghargai apa yang aku lakuin."
Chessi lalu menonaktifkan ponselnya setelah mengirim pesan itu pada Yuga. Chessi meletakkan ponselnya di meja lalu pergi keluar rumah dengan membawa Pupus kucing kesayangannya ikut serta.
***
Yuga memegangi dadanya yang terasa sangat sesak, walaupun begitu dia terus mengedarkan pandangannya ke seluruh area taman di dekat apartemennya untuk mencari Chessi. Sekarang sudah jam 9 malam dan Chessi belum juga pulang.
"Kemana sebenarnya bocah itu pergi?" gerutu Yuga yang kemudian kembali berjalan mencari Chessi ke dalam area taman.
Yuga sudah putus asa dan akan pergi meninggalkan taman, kalau saja ekor matanya tidak melihat sosok Chessi yang duduk di kursi taman yang ada di sudut dan sedikit gelap. Yuga melangkahkan kakinya menuju Chessi dengan wajah kesal, tapi sejurus kemudian Yuga menghentikan langkahnya karena kegelapan mulai mencekik lehernya. Yuga memegangi dadanya yang semakin terasa sesak.
"Chessi!" teriak Yuga memanggil istrinya karena sudah tidak tahan lagi.
Mendengar namanya dipanggil Chessi melihat ke asal suara Yuga.
"Yuga, ngapain kesini?" tanya Chessi dengan polosnya lalu kemudian berdiri sambil menggendong pupus.
Chessi menghampiri Yuga yang mulai berkeringat dingin dan juga merasa kakinya lemas. Yuga hampir terjatuh ke tanah, tapi Chessi dengan sigap menahan badan Yuga.
"Yuga, kenapa?" tanyanya kemudian.
"Kamu itu kemana aja? Ngapain di tempat gelap seperti ini? Kamu, niat mau bunuh aku? Gak mempan Chessi kalau cuma kayak gini."
Yuga terdengar sangat marah, Chessi sendiri bingung dengan ucapan suaminya itu. Yang Chessi sadari sekarang tubuh Yuga yang semakin lemas, Chessi melepaskan Pupus yang dia gendong dan membantu Yuga untuk berdiri dengan benar.
"Yuga, kamu kenapa? Ayo pulang! Badan kamu kenapa jadi lemas gini?" tanya Chessi panik.
"Gak usah sok peduli!"
Yuga menepis tangan Chessi kasar lalu kemudian berjalan meninggalkan Chessi dengan memaksakan diri. Chessi tertegun dengan sikap Yuga yang terlihat sangat marah. Belum juga jauh, Yuga justru limbung dan jatuh ke tanah.
***
Buku lain oleh Ny. Min
Selebihnya