Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
SEPENGGAL KISAH TANPA JUDUL

SEPENGGAL KISAH TANPA JUDUL

Keycha Key

5.0
Komentar
271
Penayangan
22
Bab

Jeany gadis pendiam berdarah dari Minang. Dalam hidupnya selalu didera masalah bertubi-tubi, dari percintaan yang harus kandas karena perselingkuhan. Belum lagi goncangan hebat menerpa kedua orang tuanya, sang papa meninggalkan Mamanya karena kuatnya pesona perempuan lain, hingga ia nyaris kehilangan Mama yang depresi karena tekanan pengkhianat sang Papa. Hingga Jeany pun mengalami trauma akan sebuah pernikahan. Jeje satu-satunya saudara perempuan Jeany. Menjadi penguatnya selain Mama, yang kini telah depresi berat karena tak kuat dengan pengkhianatan sang suami, begitu juga teror dari selingkuhan suami. Video mesum mereka yang sengaja di kirimkan sang pelakor, merupakan hantaman keras bagi Mama Jeany. Akankah Jeany sanggup melewati kerasnya alur kehidupan?

Bab 1 JEANY MARGARETHA

Dia Jeany Margaretha , dengan nama panggilan Jeany. Dia gadis pendiam gak neko-neko dan berpenampilan apa adanya. Ia tampak jutek jika di lihat sekilas, tapi sekalinya Jeany tersenyum semua orang akan terpesona melihatnya, tetapi Jeany hanya melihatkan senyumannya itu terhadap orang terdekatnya saja.

Tapi semenjak menginjak bangku perkuliahan semua berangsur berubah, karena banyak hal yang pemicunya. Di kampus Jeany punya satu sahabat dekat bernama Lintang. Lintang gadis periang ceplas-ceplos dan inscure, hal ini yang membuat Jeany merasa diimbangi dengan sifatnya yang agak pemalu dan tidak gampang untuk dekat dengan teman-teman lain di kampusnya.

Lintang yang telah banyak mengubah sikapnya untuk lebih berani mengekspresikan diri dan stylenya yang dulu terlalu monoton. Oh ya, Lintang adalah sahabat Jeany dari SMP, jadi cuma dia yang lebih mengerti dan faham sedetail mungkin perihal Jeany. Lintang satu-satunya yang bisa membujuk Jeany, jika lagi ngambek atau pun marah. Kemana-mana mereka selalu berdua, kayak semut dan gula, begitulah saking kompak dan dekatnya mereka berdua.

Drrtt ...

Drrrtt ...

Drrt ...

Drrrrrt ...

Drrrrtt ..

"Hallo," Jeany mengangkat hpnya dengan sedikit ngantuk.

"Haiiii Jen! Lu ngapain siih? Lu gak denger apa panggilan gue?" tanya Lintang teman Jeany di panggilan yang tengah berlangsung.

"Sorry-sorry, gue ngantuk banget," jawab Jeany lirih.

"Lu kagak kuliah Nek?" seru Lintang dengan panggilan spesialnya terhadap Jeany, menurutnya itu panggilan khusus buat Jeany yang berarti dia sayang and dah ngerasa sehati ama Jeany, hahaha, gile kagak tu? Dia pikir Jeany neneknya ape yee?

"Iye-iye gue kuliah dong, ya udah lu matiin dulu dah hpnya, gue mau mandi and beres-beres dulu," jawab Jeany.

"Ya udah buruan gih..! Gue tunggu di kampus aje Yee!" Lintang langsung mematikan hpnya.

Jeany langsung buru-buru melompat dari ranjangnya dan berlari menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.

Jeany memang terlihat humble ketika berbicara dengan Lintang. Padahal, ia memiliki sikap yang berbanding terbalik jika berada di kampusnya. Dingin dan tak peduli dengan sekitar, mungkin ada sesekali sekedar bertegur sapa, tanpa ingin mengenal mereka lebih jauh, tak seperti Lintang.

Mungkin itu yang di namakan persahabatan. Semua hal tentang Jeany, hanya Lintang yang tahu. Begitu pun sebaliknya. Jam sudah menunjukan pukul 10.00 wib, Jeany melangkahkan kakinya di koridor kampus, Jeany terus memindai sekelilingnya mengamati sosok Lintang yang tak kelihatan puncak hidungnya.

"Busyet.. Mana nih anak? Kok gak kliatan yaak?" gumam Jeany dalam hati.

Jeany terus berjalan menuju cafe kampus, berharap sosok Lintang nangkring disana.

Tiba-tiba-"

"Baaa," Lintang menepuk pundak Jeany yang dari tadi celingak-celinguk mengamati anak – anak kampus yang lagi nongkrong di Cafe langganan. Sontak Jeany kaget minta ampun karena lagi fokus banget buat nyari keberadaan si Lintang.

"Anjirr Lu," pekik Jeany sambil menaruh kedua telapak tangannya ke dadanya.

"Hahahhahhaaa," Lintang ketawa lepas sambil merangkul sohibnya.

"Mau bunuh gue Lu? Kaget tau!" jawab Jeany.

"Udeh-Udeh, mumpung kita dah di depan Cafe, gimana kalo kita sarapan dulu, gue yang traktir deeh!" celoteh Lintang sambil terus berjalan masuk kedalam Cafe kampus.

Sreeeettt..!

Lintang menarik kursi dan langsung memesan jus jeruk dan nasi goreng spesial kesukaan mereka. Sambil menunggu pesanan mereka datang, Jeany sibuk memain kan laptopnya.

"Woyy makan dulu Nek..! sibuk bat Lu!" suara Lintang bikin buyar ke fokusan Jeany akan tugas – tugasnya yang ada di laptop.

"Udah, jangan berisik! Duduk aja yang anteng sono! Bentar lagi udah mau masuk kelas nih!" celetuk Jeany padanya.

"Ya udah kalo gitu balik ke kelas aja! Lagi pula, gue males banget lama-lama di kafe. Mana masih pagi banget lagi," ujar Lintang pada Jeany.

"Duluan aja lo, gue masih ada beberapa tugas lagi yang kudu di kelarin," pungkas Jeany.

"Gak apa – apa lu gue tinggalin?," tanya Lintang ragu – ragu.

"iya gak apa – apa bawel," sahut Jeany sambil ngeledek.

" Ya Udeh gue duluan Yee.., hati–hati lu, denger nggak?" timpal Lintang sambil

Cengar–cengir meninggalkan Jeany yang masih di sibukkan oleh laptopnya.

Saking sibuknya sampai–sampai Jeany gak sadar ada seseorang yang duduk disampingnya.

"Ehem...ehem," Jeany sontak kaget mendengar suara berat cowok disampingnya.

"Maaf, aku ijin duduk disini yah?," jawab si cowok sambil mandangin raut wajah Jeany yang melongo antara kaget dan nerveous. Maklumlah Jeany gak terbiasa duduk berdekatan dengan cowok, apa lagi saling komunikasi terlalu lama. Jeany sering kikuk bila berhadapan dengan lawan jenisnya, kecuali sekedar say hallo doang.

"Iya, silahkan," Timpal Jeany dengan ragu – ragu.

"Sendirian aja?," tanya si cowok sambil menyeruput minuman ditangannya.

"iya," sahut Jeany seraya menutup laptopnya.

"Oh ya, kenalin namaku Jordan!," sambil mengulurkan tangannya kearah Jeany.

"Jeany," sahut Jeany dingin.

"Sendirian aja ya?" mengulangi pertanyaannya yang sama pada Jeany.

"Iya, seperti yang di liat," pungkas Jeany pendek.

"Gue gak ganggu kan?" tanyanya lagi.

"Gak kok, lagian aku udah selesai kok," jawab Jeany sambil berdiri dan menggeser kursinya ke belakang.

"Eh.... Jangan buru–buru dong!" cegah Jordan, seperti berharap agar Jeany duduk kembali.

"Aku mau masuk, udah telat nih," seraya melirik jam di tangannya.

"Duluan yaaach," seraya berlalu meninggalkan Jordan yang terus memandanginya.

Dengan langkah cepat Jeany melangkahkan kakinya menelusuri koridor kampus. Bergegas memasuki kelas dan juga mencari Lintang yang meninggalkannya duluan di kafe mengerjakan beberapa tugas.

Akhirnya jam kuliah pun usai, kali ini Jeany akan kembali ke rumah untuk merehatkan sedikit penat yang mengusik jiwa raganya.

Sebelum akan melangkah kan kakinya pulang. Jeany menelesir segala sudut kampus untuk mencari dimana keberadaan Lintang.

Bruk..!!!

"Lintang! Hai ngapain sih lari-lari? Pake nabrak segala lagi!"

Nafas Lintang terengah-engah karena tampak sehabis lari.

"Gue nyariin elu neeek," sahut lintang yang tampak berusaha mengatur nafasnya yang tersengal – sengal.

"Btw ada yang titip salam ke Lu tuh," Lintang sambil tersenyum-senyum menggoda.

"Siapa?," tanya Jeany dengan wajah penasaran.

"Jordan," lirihnya.

"Lagi?" lirih Jeany dan memutar bola matanya.

"Idih, sok jual mahal sih Lu," celetuk Lintang pada Jeany yang menatapnya malas.

"Gue perhatiin kayaknya tu cowok naksir deh ama Lu, Lu tau gak tiap kali kita berpapasan ama tu cowok, matanya gak putus–putus tau mandangin Lu, peka dikit napa?" dengan semangat empat lima Lintang nyerocos panajng lebar. Sementara Jeany Cuma diam tampa merespon Lintang.

Sore itu Jeany duduk santai teras rumah nya sambil menikmati hembusan angin sepoi–sepoi ditemani segelas cholatos hangat kesukaannya. Entah kenapa tiba–tiba ucapan sahabatnya itu seakan–akan tergiang–ngiang di telinganya. Raut wajah cowok yang bernama si Jordan itu seakan–akan ikut menari–nari di pikiran.

"Duuuh...!!! ngeganggu banget nih cowok, " bisik Jeany dalam hati.

"Edan nih, kenapa gue malah mikirin tu cowok yaah? Gak bisa dibiarin nih!," gumam Jeany.

Gadis itu mengalihkan posisinya yang tengah duduk, sontak berdiri. Mencoba untuk menetralkan pikirannya, agar tak selalu tertuju pada pria yang baru ia temui saat di kampus tadi.

Naluri dan hatinya tak bisa di ajak kompromi, masih saja tetap berdetak dan tak bisa lepas dari pria yang di sapa Jordan itu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Keycha Key

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku