Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PENGABDI SUAMI
5.0
Komentar
1.6K
Penayangan
25
Bab

Ketika pengabdian seorang istri harus di balas dengan sebuah pengkhianatan. Hingga tragedi tragis pun terjadi menimpanya, apakah ini sebuah rencana buruk. Hingga pembunuhan diatur seolah-olah menjadi sebuah kecelakaan. Bagaimana kelanjutan nasib seorang Alana, istri tak dianggap yang telah menyerahkan segenap jiwanya pada sang suami yang begitu sangat ia cintai.

Bab 1 TERUNGKAPNYA KEBOHONGAN

"Alana mana minuman dan sarapanku? Ayo cepat Alana! Bisa-bisa aku telat nih."

Wanita berparas biasa-biasa saja dengan daster lusuh berjalan tergopoh-gopoh dengan nampan berisikan sarapan pagi dan minuman hangat untuk suaminya.

Ia tetap tersenyum memperlakukan dengan baik David bak seorang raja.

"Ntar aku pulang dini hari, kamu nggak usah nungguin. Tidur aja kamu duluan!"

"Oh iya Mas. Tidak apa-apa kalau begitu. Aku sudah biasa menunggu kamu pulang kerja larut malam tiap hari kan?" ucap Alana memperlihatkan senyuman simpulnya.

"Iya, tapi tidak perlu juga kamu menunggu. Aku tidak tau pasti akan pulang jam berapa. Jadi, kamu tidak perlu begadang segala, hanya untuk menunggu aku pulang. Lagian, aku membawa kunci cadangan." Jelas David bersikap santai di hadapan sang istri.

"Ya sudah aku berangkat dulu." David pamit mengabaikan Alana yang hendak mencium punggung tangan sang suami.

Alana hanya terpaku berdiri di ambang pintu, menatap David tampak buru-buru menjalankan mobilnya. Alana melihat jika sang suami tengah berkomunikasi via ponsel dengan seseorang, meski pun mengemudi mobilnya.

"Mas. Kamu semakin cuek saja padaku, dan ini bukan untuk pertama kalinya kamu mengacuhkanku, buru-buru pergi ke kantor. Kamu selalu terlihat bahagia ketika berkomunikasi entah dengan siapa melalui handphonemu." Alana membatin.

Alana menarik napas panjang seraya kembali bergumam sendiri.

"Ya sudahlah. Biarkan saja. Apapun yang terjadi yang penting aku bahagia memiliki suami seperti mas David. Aku tidak ingin dia meninggalkanku, jadi aku harus berprasangka baik padanya. Jangan sampai pikiran buruk itu menguasai jiwaku membuat aku berasumsi yang bukan-bukan terhadap suamiku. Apapun yang dilakukan di sana, aku yakin dia pasti tidak akan menyakiti perasaanku." Alana pun bergegas masuk kembali ke dalam rumahnya.

Ia pun melangkah mendekati kamarnya berberes-beres dan merapikan kembali kamar yang kerap ia huni berdua dengan sang suami. Meskipun, semenjak dua tahun belakangan ini David terlihat begitu sibuk. Tidak pernah pulang tepat waktu, justru ia lebih sering pulang dini hari bahkan pagi hari. Namun Alana selalu menepis setiap pikiran buruk yang hinggap di kepalanya perihal sang suami di luar sana.

Dia pun mengambil pakaian kotor David yang tergeletak di atas lantai kamar. Sepertinya itu pakaian kerjanya semalam yang tak sempat ia taruh keranjang kain kotor. Alana pun mengutip kemeja sang suami yang berada di lantai kamar. Namun ketika ia hendak mengangkatnya, ada sesuatu yang terjatuh dari saku kemeja tersebut.

"Apa ini? Ponsel siapa ini? Mas Davidkah? Masak sih? Setahuku Mas David hanya memiliki satu ponsel yang kerap ia bawa kemana-mana. Sekalipun ke kamar mandi, ponselnya tak pernah lepas dari genggamannya. Lalu ini ponsel siapa ya?" Alana tampak kebingungan seraya memegang sebuah ponsel yang baru pertama kali ia lihat.

Ia pun menyalakan ponsel yang masih dalam genggamannya. Ketika benda pipih itu aktif, ternyata ponselnya tak terkunci. Sehingga Alana pun mulai memeriksa ponsel tersebut, dengan maksud mengetahui siapa pemilik dari ponsel yang berada dalam satu kemeja kerja suaminya. Pesan pun bertubi-tubi masuk. Alana pun semakin penasaran, ia pun antusias untuk melihat pesan-pesan yang bertubi-tubi masuk ke dalam aplikasi hijau yang ada dalam ponsel tersebut.

"Istriku?"

Alana mulai membaca nama si pengirim pesan. Ia semakin penasaran, sebuah pesan masuk begitu banyak dari seseorang dengan nama istriku. Alana pun mulai membuka pesan pertama yang masuk ke ponsel yang belum jelas pemiliknya.

"Suamiku. Aku kangen nih. Maunya berduaan terus dengan kamu," Alana membaca pesan tersebut yang dikirimkan oleh seseorang yang ditujukan entah untuk siapa.

"Istriku? Suamiku? Siapa perempuan ini? Lalu siapa pria yang diakui sebagai suaminya? Apakah ini ponsel milik mas David? Ya Tuhan. Jangan sampai itu benar-benar terjadi." Batin Alana mulai merasa gelisah.

Alana pun kembali membaca pesan berikutnya.

"Suamiku. Tidur berdua dengan kamu benar-benar suatu hal yang sangat menyenangkan buatku. Aku sangat bahagia melihat kamu begitu puas melakukan permainan kita semalam. Aku ingin kita mengulanginya lagi. Tapi jangan terburu seperti itu lagi ya sayang, kan aku tidak bisa menikmatinya."

Deg!

Jantungnya Alana serasa berhenti berdetak. Membaca percakapan yang ada di pesan tersebut akan tetapi sepertinya pria yang dituju belum sempat membalas pesan dari perempuan yang dipanggil dengan istriku tersebut.

Tubuh Alana mulai mematung, rasa ketakutan pun menjalar sekujur tubuhnya. Ia pun membuka pesan sebelumnya antara perempuan dengan pemilik ponsel yang berada di tangan Alana.

Tubuh Alana seketika menjadi limbung hingga ia terjatuh dan terduduk di lantai. Dadanya naik turun menahan sesak yang tiba-tiba saja menyerang dadanya.

"Istriku, aku ingin kamu menyervisku di ranjang kita. Aku lagi stres, pekerjaan di kantor menumpuk. Aku ingin kita menikmati waktu berdua terlebih dahulu denganmu istriku, saling berbagi peluh dan bercumbu denganmu. Bergumul denganmu sayang tak pernah membuat aku bosan. Nanti malam kita mulai lagi ya. Pertempuran kita yang lebih sengit dari sebelumnya." bibir Alana bergetar hebat, ketika membaca pesan yang membuat perasaannya mulai curiga terhadap sang suami.

"Ah Suamiku! Apa sih yang tidak aku berikan untukmu. Mau berapa ronde malam ini sayang? Terserah mau gaya apa pun, alan aku kabulkan. Aku juga tidak sabar untuk menikmati setiap inci tubuhmu." balas dari wanita itu.

"Jadi tidak sabaran lagi ya menunggu nanti malam. Aku pun juga sama denganmu istriku."

"Oh ya, istri kamu di rumah gimana? Masih bercumbu dengan dia yah?"

"Ih. Amit-amit deh. Liat wajahnya aja aku sudah eneg. Apa lagi bercumbu dengannya. Bikin bosan, tampang plus dandanan kayak asisten rumah tangga kegitu. Mana bisa bikin aku klepek-klepek kayak denganmu istriku."

Air mata Alana seketika menetes membasahi pipinya. Ia semakin yakin jika pria yang dipanggil sebagai suamiku itu adalah mas David. Alana sungguh tidak percaya jika suaminya tega berkhianat setega ini padanya. Dengan air mata berderaian, Alana kembali membaca percakapan antara sang suami dengan perempuan selingkuhannya.

"Ya sudah, ceraikan saja dia! Jika kamu tidak bahagia dengan perempuan pembantu itu, buat apa dipertahankan lama-lama. Campakkan saja dia! Aku yakin kamu tidak akan bahagia hidup bersama dengannya. Aku semakin penasaran, seperti apa sih tampang istrimu itu?" Air mata semakin membanjiri pipinya setiap kata-kata yang dibaca Alana seakan-akan mengiris hati dan jantungnya. Berkali-kali Alana mengelus dadanya, menahan rasa sakit yang tak mampu ia ungkapkan.

"Iya, kamu benar sayangku. Aku sungguh sudah mati rasa padanya. Bagiku dia hanyalah seorang pembantu, yang bertugas melayani makan, minum dan pakaianku serta menyiapkan semua kebutuhanku. Namun tidak untuk di ranjang, perempuan bau bawang itu benar-benar membuatku muak. Apalagi daster lusuh tidak pernah lepas dari tubuhnya, stylenya bagaimana layaknya mak-mak sejati." Alana menggigit dari jemarinya, menahan rasa sakit atas kata-kata sang suami yang menghina dirinya habis-habisan di hadapan perempuan lain, yang saat ini mampu memberikan kebahagiaan untuknya.

"Ya sudah sayang, makanya ceraikan aja dia tunggu apalagi sih? Hubungan kita sudah 2 tahun sayang, sampai kapan kita seperti ini terus? Kapan kita nikahnya? Hidup bahagia berdua sayangku, tanpa ada perempuan pembantu itu menjadi penghalang hubungan kita."

"Tenang saja sayang. Aku menunggu waktu yang tepat, menyingkirkan perempuan itu dan kita bisa hidup bahagia berdua sayangku."

Alana tak mampu lagi melanjutkan membaca pesan demi pesan yang sengaja tak dihapus dari ponsel tersebut. Ia terus menangis dari rasa sakit, bagai disambar petir di pagi hari. Ketika awalnya mengetahui suatu kebohongan yang selama ini tak pernah terbersit dalam benaknya terhadap sang suami.

Ingin lebih meyakinkan dirinya, Alana pun membuka galeri yang ada di ponsel tersebut. Tubuhnya semakin lemas ketika ia melihat foto sang suami bersama perempuan lain, yang diakui berparas jauh lebih cantik dari dirinya, dengan pakaian begitu seksi dan minim. David tampak begitu mesra beradegan panas dalam galeri-galeri yang mereka abadikan di dalam ponsel yang ternyata memang milik suami Alana.

"Jahat kamu Mas. Tega-teganya kamu menusukku dari belakang seperti ini. Apa kurangnya diriku di hadapanmu, hingga kamu sejahat ini memperlakukanku. Aku akui, menang aku tak secantik perempuan itu, dandananku sungguh tak semenarik dia. Namun tak semestinya kamu membalas ketulusanku sejahat ini. Selama 4 tahun pernikahan kita ini, aku akui aku belum bisa memberikan keturunan untukmu. Tapi apakah ini murni kesalahanku semata Mas? Hingga kamu membunuhku perasaanku dengan cara seperti ini. Aku sangat mencintaimu Mas, dan aku rela mengabdi untukmu, melakukan apapun yang kamu minta. Semata-mata karena aku mencintaimu dengan segenap jiwaku. Namun kamu malah membalasku dengan cara sekejam ini." Dengan suara terbata-bata Alana mengungkapkan kehancuran yang ia rasakan atas kebohongan, pada akhirnya ia ketahui tanpa sengaja.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Keycha Key

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku