"Jangan pernah memaksa seseorang untuk bisa menjadi yang diharapkan. Akan tetapi, biarkan dia berfikir untuk bisa menjadi lebih baik. Karena yang serius akan berubah sendirinya tanpa di minta apalagi dipaksa!" - Bhalendra Alaska Arlic ___ "Lo mau ngapain? Mau tetap bertahan? Sampai kapan, menunggu setan berubah menjadi malaikat, cinta itu cuma omong kosong Alaska, kecuali beneran jatuh di orang yang tepat!" -Johannes Azka Ini tentang Alaska, yang berkali-kali dipatahkan namun tetap bangkit dan berusaha terlihat kuat. Tentang cinta yang tak pernah bahagia, semua akan baik-baik saja jika seandainya ia tak pernah merasakan sebuah rasa cinta. Pertemuannya dengan Yesaya, tidak membuat perubahan apa-apa, melainkan sakit hati trauma yang sangat lama. Namun, saat kehadiran orang baru. Apakah Alaska bisa untuk membuka pintu hatinya lagi?
"Cinta itu diukur dari hati, dan tindakan. Bukan dari harta dan kekayaan."
***
Langit malam kali ini begitu membuat hati semakin tenang ketika menatapnya. Terlebih saat benda angkasa menghiasinya bak lampu kamar yang menerangi temaramnya malam ini.
"Ka, lo mau ke mana?" tanya Azka sahabat Alaska. Ia menganggetkan Alaska yang tengah melamun, pria itu membuyarkan lamunan dengan menepuk pundaknya.
"Hah?" tukas Alaska yang kaget, ia menoleh ke arah belakang tepat di mana Azka berdiri.
"Makanya, jangan bengong! Kesambet baru tau rasa!" celetuk Azka pada Alaska yang menatapnya datar.
"Azka, menurut lo gue pantas gak sih untuk pergi dinner bareng Yesaya malam ini?"
"Malam ini?" tanya Azka dengan mata yang membulat pada Alaska yang menatap datar sahabatnya itu.
"Iya jelas malam ini lah!" tukas pria itu lagi pada Azka yang mengangguk. Seketika Azka menatap tajam ke arah Alaska yang masih bimbang.
"Menurut gue sih layak, gak ada yang kurang dari lo, Ka."
"Tapi, kenapa gue gak percaya diri buat pergi malam ini? Gue takut gak bisa tampil terbaik."
"Udah deh Alaska! Jangan minder duluan!" bantah Azka yang kesal dengan sikap pria itu.
Alaska dan Azka bersamaan masuk ke dalam rumah. Alaska berniat, bersiap untuk mengambil motor dan juga helmnya untuk menjemput kekasih hatinya itu. Tapi ternyata gerakan Alaska terlalu lamban, hingga akhirnya Yesaya yang datang lebih dulu menghampiri Alaska ke kostnya.
Suara klason dari mobil Pajero putih telah terparkir tepat di halaman rumah kostnya.
Sontak membuat Alaska bergegas menghampirinya dengan hati yang bisa di bilang bahagia. Meskipun ia sedikit kecewa jika Yesaya tak ingin dijemput olehnya.
"Kok pake helm sih?" tanya Yesaya saat ia membuka kaca mobilnya dan menatap Alaska yang tersenyum simpul ke arahnya.
"Enggak, tadi itu aku mau jemput kamu ke rumah." jawab Alaska lembut pada kekasihnya itu.
"Gak usah deh, jangan nyari malu aku! Masa pake motor itu sih, gak banget! Kalo temen-temen aku tau, mau ditarok di mana nih muka? Masa model pergi dinner pake motor butut!" cela Yesaya pada Alaska yang tertegun mendengar kalimat yang di ucapkan kekasihnya. Bahkan dalam diamnya, Alaska menangis dalam hati tanpa menggubris perkataan Yesaya padanya walaupun sepatah kata.
"Iya udah, aku ke dalam bentar ya." tukas Alaska. Mungkin, jika diikuti kata hati rasanya berat untuk pergi malam ini setelah mendengar lontaran kalimat Yesaya. Akan tetapi, ia tidak ingin membuat orang yang ia sayang kecewa.
"Iya cepetan! Gak pakai lama!" titah Yesaya dengan gaya pongahnya, lalu merapikan rambutnya dengan kaca yang ada dalam mobil. Alaska yang tadi berada di dalam, kini telah menghampiri. Membukakan pintu untuk gadis itu turun dan berganti posisi dengan Alaska yang akan mengendarai mobilnya malam ini.
Oh iya, sedikit perkenalan. Bhalendra Alaska Arlic adalah mahasiswa akhir di salah satu universitas ternama yang ada di ibu kota. Ia rela menjadi seorang anak kost demi pendidikan yang ia harapkan dapat mewujudkan semua impiannya. Alaska dikenal dengan julukkan ice boy, karena sikapnya yang dingin, tampan dan pintar. Juga sulit untuk menjadi dekat dengannya, karena prinsipnya : "Lebih baik memiliki satu teman yang selalu ada, dari pada memiliki banyak teman yang hanya datang di saat bahagia."
Alaska bukan berasal dari anak orang kaya, melainkan dari sebuah keluarga sederhana. Di ibu kota juga, Alaska dipertemukan dengan seorang pria yang bernama Lintang Azka Johanes , dia adalah sahabat satu-satunya yang dimiliki Alaska selama berada di kota orang.
Kehidupannya menjadi anak kost bukanlah hal yang mudah, karena ia harus mulai dari nol tanpa bantuan dari siapapun. Berbanding terbalik dengan Yesaya Irene Zudith. Ia adalah kekasih Alaska, satu kampus dengannya dan merupakan anak dari seorang pengusaha terkenal di ibu kota ini. Ia terkenal dengan beautiful rich. Ia berprinsip: "Jika semua bisa diukur dengan uang." Tidak hanya itu, Yesaya juga seorang model yang terkenal.
"Ayok kita berangkat!" ajak Alaska pada Yesaya, kemudian Alaska mengendarai mobil gadis itu menuju cafe di mana mereka akan mengadakan makan malam hari ini.
Sesekali, sambil menyetir Alaska mencuri pandang hanya untuk menatap wajah Yesaya yang masih sama, terlihat manis dan anggun. Bahkan baju apapun yang ia kenakan pasti akan tampak indah di tubuhnya. Tubuh dan wajah yang bisa di bilang perfect, dan juga sangat cantik.
Dalam hati, Alaska bergumam.
"Andai kelak gadis ini jadi masa depan gue, gue bakalan jaga dia lebih dari pada jaga diri gue sendiri."
Namun lamunan Alaska buyar saat Yesaya sadar, jika dirinya diperhatikan hingga membuatnya melontarkan pertanyaan.
"Ngapain sih liatin aku terus?" tanyanya ketus saat sadar diperhatikan oleh Yesaya.
"Hah? Terpesona sama bidadari cantik." tutur Alaskan keceplosan.
"Baru tau ya? Kemaren kemana aja? Kok baru sadar kalo aku itu cantik!" celetuk Yesaya yang membuat Alaska hanya tersenyum simpul mendengarnya.
Sementara sesak, sangat menyesak di dadanya.
Alaska hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban kekasihnya itu.
Karena selama ini, Alaska selalu memperhatikan Yesaya dalam diamnya. Yah meskipun Yesaya tidak sadar akan hal itu, dan tak pernah peduli dengan perhatian dan perasaan Alaska akhir-akhir ini.
š¤
Setelah beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya mereka tiba juga di tempat tujuan di mana banyak orang yang telah berada di sana, bahkan berpasangan. Hingga akhirnya Yesaya turun lalu bersapa dengan salah satu wanita yang jika dilihat mereka sangat dekat.
Rasanya ini pertama kalinya Alaska diajak untuk makan malam, setelah sebelumnya selalu banyak alasan bagi Yesaya untuk membawa pasangannya dalam berbagai acara. Bahkan saat ia tampil di catwalk pun Alaska tak diperbolehkan datang. Akan tetapi, pria itu selalu berpikiran positif dan tidak terlalu ambil pusing, meskipun selalu overthingking.
"Hai Tania, udah dari tadi ya datangnya?" sapanya pada Tania, yang merupakan sahabat dekat Yesaya.
"Enggak lama kok, baru aja lima menit sebelum lo dateng, eh btw partner lo mana?" tanya Tania lagi, dan membuat mata Tania tak berhentinya menelisir semua penjuru untuk melihat siapa pasangan sahabatnya itu. Sontak dengan tatapan malas, Yesaya melihat ke arah Alaska yang berdiri beberapa langkah di belakangnya.
Sementara itu, Alaska tengah terdiam menatap ramainya manusia yang ada di tempat itu. Bahkan style mereka lebih kece jika dibandingkan dengan dirinya yang apa adanya. Hingga terlintas dalam benaknya, jika Alaska tidak pantas untuk berada di sini.
"Ini pacar gue." lirih Yesaya pada Tania seraya menatap Alaska yang tengah fokus melamun itu dengan malas.
"Oh ini pacar lo?" tanya Tania seakan tak percaya.
Tetapi, Yesaya tidak menggubris pertanyaan Tania dan memilih bicara dengan sedikit berteriak pada Alaska.
"Kenalin, ini Tania, sahabat aku!" ujarnya.
"Alaska." sapanya seraya membungkukkan badannya, Tania mengulur tangan namun tidak dijawab oleh Alaska.
"Hm, pacar lo alim banget ya Yesa, masa gue uluran tangan aja gak digubris." celetuk Tania dengan nada mengejek karena sikap Alaska yang tidak ingin terlalu dekat dengan wanita lain selain pasangannya. Padahal, ia berpikiran untuk menjaga perasaan pasangannya di samping ia memang malas untuk terlalu sok dekat dengan orang lain.
"Bukannya memang begitu seharusnya? Setidaknya, hargai sedikit pasangan yang kita miliki." timpal Alaska dengan sedikit kesal pada Tania yang seakan meledeknya.
"Kamu tuh yah! Bikin aku malu aja!" gerutu Yesaya setengah berbisik pada Alaska yang kemudian menghela napasnya berat.
Sementara Tania, sudah berjalan lebih dulu menghampiri yang lain. Karena memang, yang mengadakan acara makan malam itu adalah Tania.
"Ya udah yok Yesaya, kita makan lagi aja! Btw tadi gue udah pesen ini loh." ajak Tania menuju sebuah meja yang ada di hadapannya.
Sementara Alaska? Di abaikan begitu saja, seakan Alaska tidak ada, yah walaupun dia di minta untuk duduk di samping Yesaya, tapi ia tak diajak berbicara seasik pasangan sahabat Yesaya. Ketika menatap itu sendirian, Alaska merasa enggan, bahkan untuk menelan makanan pun tidak berminat.
"Lo itu yakin milih dia jadi pasangan lo? Enggak banget loh, Ya!" bisik Tania pada Yesaya pelan, dan menatap ke arah Alaska yang masih terdiam layaknya orang bodoh di sana.
"Tau deh Tan, gue gak tau juga kenapa gue bisa milih dia jadi pasangan gue." jawab Yesaya setengah berbisik juga.
"Lah terus kenapa lo mau jadi pacarnya dia? Secara lo itu cantik, lo juga model, famous pula. Please deh, jangan pacaran sama orang yang gak selevel ama lo, yang ada bikin malu aja tau gak!" bisik Tania pada Yesaya yang kemudian terdiam mencerna kalimat yang diucapkan oleh Tania barusan padanya.
Emang sih Yesaya itu cantik dan juga jadi idola banyak pria, tapi hanya sikapnya yang kurang patut dicontoh.
"Gue juga gak betah sama dia! Liat aja gayanya, kampungan banget tau gak?"
Alaska yang merasa dirinya di perbincangkan merasa tidak nyaman. Ia akhirnya menghentikan makannya. Dalam benaknya, Alaska berpikiran untuk meninggalkan tempat ini, karena ia merasa tempat ini sudah tak nyaman lagi baginya. Tetapi, ia berlikir dua kali jika ia melakukan hal bodoh itu demi harga dirinya. Lantas meninggalkan kekasihnya begitu saja? Pria pecundang macam apa dirinya ini? Pikir Alaska.
"Yesaya, kita pulang aja yok!" ajak Alaska.
"Kenapa sih? Kok buru-buru banget pulangnya?" tukas gadis itu pada Alaska.
"Iya kita pulang aja, udah kemalaman banget loh." Tania yang mendengar kalimat itu, tertawa geli mendengarnya.
"Huh, ini itu kota Alaska! Enggak kampung yang jadwal pulangnya harus dibatasin. Udah deh Ka, kalo lo mau pulang, pulang aja sendiri!" timpal Yesaya pada Alaska yang tertegun mendengarnya. Bahkan ia merasa jika dirinya tak ada arti apa-apa di mata pasangannya itu. Alaska mencoba untuk meredam amarahnya.
"Iya gak enak, aku udah gak nyaman!"
"Kamu itu gimana sih, gak bisa sekali aja liat aku seneng? Giliran diajak minta pulang, giliran gak diajak ditanyain kenapa, maunya apa sih? Ya udah, kalo gitu kita putus!" teriak Yesaya yang kemudian mendengus kesal.
Deg!
Perasaan aneh kembali menyesakkan dada dan pikiran Alaska.
***
Bab 1 PUTUS
23/02/2024
Bab 2 KHAWATIR
23/02/2024
Bab 3 HARAPAN TIDAK SESUAI DENGAN KENYATAAN
23/02/2024
Bab 4 MATI SATU TUMBUH SERIBU
23/02/2024
Bab 5 MENCARI YESAYA
23/02/2024
Bab 6 SIALAN!
23/02/2024
Bab 7 TUAN HUANG
23/02/2024
Bab 8 PERPUSTAKAAN
23/02/2024
Bab 9 ADA YANG LAIN DI SENYUMMU
28/02/2024
Bab 10 PERASAAN ALASKA
28/02/2024
Bab 11 TAKDIR
29/02/2024
Bab 12 PADA AKHIRNYA
29/02/2024
Bab 13 ES DI ANTARTIKA AKHIRNYA MENCAIR JUGA
01/03/2024
Bab 14 PERJODOHAN
01/03/2024
Bab 15 RENCANA MAKAN MALAM
01/03/2024
Bab 16 TELUK ALASKA
03/03/2024
Bab 17 PIMPINAN BARU
09/03/2024
Bab 18 Karma Itu Nyata
15/03/2024
Buku lain oleh Keycha Key
Selebihnya