Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
"Lo apa-apaan sih?" teriak Mirella berusaha melepaskan diri tapi Gibran tak memberinya akses untuk pergi.
"Jawab dulu pertanyaan gue, lo Mimikan?"
"Lo belum nyerah juga ya? Kenapa sih lo keras kepala banget?" ucap Mirella dengan wajah cemas, resah, gelisah, takut, dan gugup. Semua bercampur menjadi satu dalam benak wanita itu.
"Gue nggak akan pergi sebelum lo jawab pertanyaan gue. Lo Mimi kan?" tanya Gibran lagi dengan tatapan lurus dan tajam. Dada lelaki itu naik turun. Sekuat tenaga menahan diri untuk tidak lepas kendali akibat keintiman mereka saat ini.
"Harus berapa kali lagi gue bilang, gue bukan Mimi! Gue bukan cewek yang lo cari!" desis Mirella sambil melotot. Sesekali dia melirik ke arah CCTV itu. Mirella yakin Freddy akan menghukumnya setelah ini.
"Gue akan terus di sini, sampai lo ngaku!" tegas Gibran menantang. Dia menarik pinggul Mirella, memeluknya dengan sangat erat.
"Lo harusnya malu sama apa yang udah lo lakuin sekarang! Lo itu lelaki beristri! Nggak seharusnya lo seperti ini!" bisik Mirella tegas.
Wanita itu sadar, pelukan Gibran yang kuat memancing getaran lain di sekujur tubuhnya. Terlebih dengan busananya yang super minim itu.
"Pernikahan gue sama Gaby cuma sandiwara! Selepas satu tahun nanti, gue dan Gaby akan bercerai sesuai perjanjian yang udah dibuat sama Gaby sendiri!" jelas Gibran.
"Terus? Apa hubungannya sama gue?" tanya wanita itu dengan kening yang berkerut. Bola mata Mirella terus bergerak menatap bola mata Gibran. Wajah mereka benar-benar dekat bahkan Mirella bisa merasakan hempasan kasar nafas Gibran di wajahnya saat itu.
"Setelah gue bercerai sama Gaby, gue akan menikahi lo, MIMI!"
Ke dua bola mata Mirella mendelik lalu berputar, kepalanya menggeleng. "Lo gila!"
"Ya, gue emang udah gila! Gara-gara lo!" jawab Gibran cepat. Sebelah tangannya merayap di punggung Mirella berusaha melepas satu-satunya bahan yang menutup tubuh wanita dalam pelukannya itu.
Mirella tersentak saat jemari Gibran sudah berhasil menarik handuk bagian belakangnya. Menurunkannya ke bawah dengan gerakan super pelan.
"Lepasin gue!" desisnya yang kembali meronta. "Jangan sentuh gue lebih dari ini! Dan nggak seharusnya lo mendekat, karena lo akan menyesal!" tambahnya dengan wajah hampir menangis.
Gibran malah menyeringai.
Tatapannya lurus tertuju ke bibir Mirella yang sukses membuatnya mati penasaran.
Gibran mencium bibir itu tanpa permisi.
Mirella melotot kaget.
Jantungnya seolah mau copot.
Karena tak mendapat sambutan, Gibran melepas ciumannya.