Cinta yang Tersulut Kembali
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
Gairah Liar Pembantu Lugu
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Sang Pemuas
cukup untuk menyewa kereta kuda yang jauh lebih layak dari yang sekarang.
"Sialan! Apa sejauh itu tempat yang akan kita kunjungi sampai kita masih belum sampai? Kereta kuda sial ini juga buat aku pusing, " gerutu Alex.
"Sabarlah, Alex. Kita 'kan tidak punya uang. Jadi mau bagaimana lagi, hanya dengan inilah kita bisa bertahan sampai tempat yang akan kita tuju."
"Ah! Cerewet kamu, bisa-bisanya kamu ceramahin aku. Urus saja masalahmu sendiri," hardik Alex.
Tidak lama setelah mereka berdebat, kereta kuda itu berhenti di tengah hutan yang lebat.
"Turunlah! Kalian sudah sampai!" teriak sang kusir.
"Pak Tua! Yang benar saja dong, masa kita berhenti di tengah-tengah hutan seperti ini. Kamu mau menipuku ya? Kembalikan uangku sekarang!" Alex yang sudah jengkal semakin murka saat dia melihat keadaan diluar kereta yang tidak ada apapun, selain pohon-pohon besar yang tinggi menjulang.
"Hahaha! Dasar bodoh! Kamu pikir uang segitu bisa buat aku kaya? Masih mending aku mau mengantar kalian sampai disini, kalau saja aku tahu tujuan kalian yang sebenarnya. Aku tidak akan mau menerima kalian sebagai penumpang ku!" Pak Kusir tidak mau kalah dengan teriakan Alex, dia sudah capek-capek mengantar keduanya bukannya mendapat uang tambahan malah dituduh menipu penumpangnya.
"Alex sudah, ayo kita turun saja dari sini." Lily menarik lengan kakak lelakinya.
"Lepaskan aku Lily! Aku mau buat perhitungan dengan Pak Tua itu!"
"Sudah dong, Lex. Kalau kaya gini sama aja kita bikin malu."
"Malu? Tahu apa kamu tentang rasa malu? Kamu itu nggak ada kontribusi apapun dalam keluarga kita! Bisanya ngabisin nasi saja!" Alex yang kesal karena dihalangi saat dia ingin melampiaskan amarahnya pada Pak Kusir, kini dia melampiaskan kemarahannya pada Lily.
"Maaf, Lex. Tolong kita pergi dulu dari sini, Pak Kusir tadi juga sudah pergi. Hari sudah semakin gelap, kita harus sampai mansion yang dikatakan Ayah dalam suratnya," ujar Lily.
"Huh! Semuanya menyebalkan! Awas saja kalau kejayaan sudah ada di tanganku, akan ku binasakan semua orang yang menghinaku!"
Benar apa yang dikatakan Lily, langit semakin gelap sehubungan matahari yang mulai beranjak menuju tempat peraduannya. Akan jauh lebih berbahaya berjalan di tengah hutan dalam keadaan gelap gulita, belum lagi keduanya juga masih belum tahu dimana letak mansion itu berada.
Mau tidak mau, Alex akhirnya mengikuti saran adik perempuannya. Dia melangkahkan kaki menuju arah selatan, menurut peta yang ditinggalkan oleh sang ayah, mansion yang akan mereka tuju ada di bagian selatan hutan kematian.
"Lex kamu dengar nggak ada suara aneh?"
"Nggak."
"Beneran loh, Lex. Suara itu seperti mengikuti kita," ucap Lily.
Lily sangat yakin apa yang dia dengar itu bukan khayalan, bahkan bukan hanya suara yang dia dengar. Lily juga merasa ada berpuluh pasang mata yang mengawasi dia dan Alex.